32 ^I just want to hug you^

92 9 0
                                    

Bisakah matahari muncul bersamaan dengan bulan?
Bisakan hujan datang bersamaan dengan panas terik?

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
ʕ•ﻌ•ʔ


"Danen.. Bangun nak, sarapan dulu." suara khas seorang ibu membangunkannya dari tidur gelap, yang teramat gelap.

"eh tante. Maaf jadi ngerepotin" suara serak yang menjadi ciri orang bangun tidur membuat hati Farah senang. Andai yang mendengar suara kamu Karen. Betapa senangnya dia Dan.

"cuci muka kamu dulu sana, baru makan. Tante bawain makanan dari rumah, tadi sebelum kesini sempet masak dulu. Siapa tau Karen bangun mencium aroma makanan kesukaannya." tutur Farah dengan sangat parau. Jujur saja, hatinya tak tega melihat keaadaan anaknya, Karen saat ini. Andai dapat ditukar posisinya. Biarkan dirinya yang merasakan sakit, toh dirinya sudah tua, dan membiarkan anaknya mengejar apa yang diinginkannya.

Kakinya melangkah menuju sofa panjang yang berada di depan tv. "Adnen, bangun nak.. Ayo sarapan."

Karena merasa ada yang membangunkan, Adnen duduk setengah sadar, dengan rambut berantakan dan mata setengah terbuka. Menimbulkan suara tawa dari Farah dan menyadarkan Adnen dari setengah sadarnya. "tante Farah."

"hey.. Tenang boy.."
"cuci muka dan sarapan. Tante udah masakin buat kalian makan."

Adnen berjalan menuju kamar mandi dan berpapasan dengan Danen. Memang tangan Admen yang jahil, dengan gampangnya menampol kepala Danen, "anjir." dan dijawab kekehan oleh Adnen. "adik kagak tau diri."

"sayangnya dulu gue satu rahim sama lo, gimana dong?"

"sabodo."

***

"ngapain lo bawa baju banyak banget? Mau pindah ke Bali?"

Ratna, Elen, dan Tania sudah berada di kediaman Elen. Melihat keadaan kamar Elen yang sudah seperti kapal pecah membuat Tania dan Ratna menggelengkan kepala. "berangkat masih lusa, dan lo udah hancurin kamar lo, kurang waras emang."

"yah gimana ya Tan, gue jujur. Bingung mau bawa apa aja, yaudah dari pada gue bingung dan nanti kalo gue butuh jadi gue bawa semuanya."

"tapi kan bisa beli di sana, kayak kagak ada toko aja disana Len."

"ya itu sama aja gue beli dua kali lah oon, hemat uang dikit, enggak boleh boros. Lo itu contoh dari manusia di jaman yang akan datang, manusia yang tak bisa berhemat. Kelak kau tak dapat membeluli rumah."

"yang oon elo, apa hubungannya coba sama rumah. Tinggal cari suami kayak kok ya repot." sambar Ratna dengan sinis dan disetujui oleh Tania.

"lo kira bang Galih lu bakal bisa beli rumah buat lo?" tanya Elen dengan kerlingan jahil.

"siapa juga yang mau punya suami kepedean gila.kayak Haykal. Yah walaupun kalo dilihat-lihat dia lumayan lah."

Mata Ratna hampir keluar dari tempatnya sedangkan Tania sudah menganga lebar. "emang kurang waras dia Rat. Ehh VC si Danen. Disana mumpung masih pagi." usul Tania.

"iya. Buruan." kalian tau suara siapa itu, Elen lah jawabannya.

Tak butuh waktu lama untuk menunggu Danen mengangkat VC. "paan?"

"ielah, galak amat mas. Gimana keadaan sahabat gue."
"kangen nih.."
"lihatin mukanya Karen kalik Dan."

Terlihat di layar ponsel Ratna, Danen yang sedang makan. "tau dari mana gue ada di Karen?"

"gak usah banyak tanya. Buruan Karen mana?"

Danen bangkit berdiri kemudian terlihat berjalan menuju bangkar Karen. "Ren bangun, sahabat-sahabat lo pada kangen nih sama lo."

Raut muka Tania, Elen dan Ratna matanya berubah berkaca-kaca. "Karen ayam. Gue kangen sama lo. Lo tidur lama amat. Bangun kek. Gue kangen lihat senyum lo."
"gue kangen kejar-kejaran sama lo lagi. Kalo kali ini lo menang. Lo boleh rampok isi lemari baju sama kulkas gue deh. Bangun Ren"
"Ren. Kita kangem sama lo."

Dalam sekejap tiga perempuan itu menangis tersedu-sedu. Ratna yang tak tega melihat kondisi Karen yang jauh dari kata baik. Dengan ditempelnya kabel dan selang yang masuk kedalam mulut. Suara mesin yang berbunyi tut.. Tut.. Tut... Semakin menunjukkan bahwa Karen memang bemar-benar sakit.

"gue enggak tega buat berangkat liburan besok. Gue mau ketemu Karen ajalah. Maaa..." suara sumbang Elen memanggil sang mama. Sedangkan Ratna dan Tania berusaha mengontrol diri agar dapat mengerti keadaan sahabatnya saat ini.

Danen yang berada di sebrang sana ikut merasakan kesedihan Tania, Elen dan Ratna. Tangannya mengusap pipi Karen untuk memberi tanda pada Karen. "Ren, gue sama sahabat-sahabat lo ada disini. Bangun yuk. Di ajak kejar-kejaran lagi sama Elen. Bangun Ren."

Sedangakan Farah sudah menagis tersedu-sedu di tempat duduknya. Adnen mencoba menenangkan Farah dengan memberikan genggaman tangan dan pelukan. "yang kuat ya Tante. Karen juga lagi perjuang." dijawab anggukan oleh Farah.

@@-@@

"tante saya sama Adnen ijin pulang dulu ya. Nanti kami kesini lagi buat gantiin tante." pamit Danen dengan sopan.

"terima kasih." dua kata, satu tarikan nafas dan setetes air mata.

Adnen dan Danen asik berjalan di trotoar jalan, memcari toko bahan makanan untuk benerapa hari kedepan.
"lo kayaknya ada rasa sama Karen yan bang?" tanya Adnen dengan senyum jahilnya.

"enggak."

"gak usah ngelak lagi. Gue kembaran lo dari dalem perut bunda juga. Jujur napa sih."

"hemm nyaman aja yang gue rasain."

Pletak. Dengan santainya tangan Adnen menggampar kepala Danen. "eh bang-ke kemana-mana kenapa hanya nyaman." Adnen mencondongkan badannya kebelakang untuk menghindari balasan dari Danen.
"lo aja sama dua curut rasanya juga nyaman, sama gue nyaman. Apa-apa nyaman. Selain nyaman enggak ada rasa lain apa. Kaya ada manis-manisnya."

Danen sedikit berfikir lebih keras untuk merasakan apa yang ia rasakan saat bersama Karen. "bahagia, seneng, nyaman, entahlah tapi rasanya disini kaya kena serangan jantung."

Setelah mengucapkan apa yang dirasakan Danen, Adnen tertawa terbahak-bahak sampai air matanya keluar. "abang gue kocak. Lo.. Haduh perut gue." sambil memegang perutnya dan punggungnya bersentuhan dengan tembok.
"lo tau itu rasanya lo lagi jatuh cinta." ucapnya dengan satu tarikan nafas dan tentunya sudah dapat mengintrol nafasnya.

"sialan lo. Emang bener?" tanya Danen dengan alis yang terangkat satu.

"iyalah ogep."

"udah deg, enggak usah ketawa. Dilihatin banyan orang ini Dek. Buruan beli abis itu balik ke tempat lo. Gue masih ngantuk, badan juga pegel."

"iyalah, lo aja rela tidur di single sofa. Haha. Ketawa lagi boleh gak?"

"serah, tapi jalan sendiri yaa.."

^ω^
_____

Lama tak jumpa ya kita.
Happy new year 🎉
Semoga ditahun ini cerita si Badai tambah baik lagi. Karena gue mikir ini cerita kagak tau kapan mau konflik.
Gw nunggu Karen sadar dulu, kapan mau konflik di mulai. Ya kalian kan tau sendiri si Karen masih tidur cantik noh... 😌

Falling In Love With "BADAI"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang