Tetania Ramadini : Hanggini
{{}}"Karenn... Bangun sayang... Udah jam 6 nih... Sekolah nanti telat..." suara Farah sejak 15 menit yang lalu membangunkan putri tidur kesayangannya.
"iya.. 5 menit lagi maa.." bukannya bangun Karen malah semakin bersembunyi di balik selimut tebalnya.
"gak, dari tadi udah 5 menit terus. Ini udah jam 6 lebih Karen. Nanti keburu telat, terus nanti supirnya kamu suruh kebut-kebutan lagi di jalan."
"mama..!" teriak Karen sambil menyibakkan selimutnya dan mengenai Farah. "mama kenapa gak bilang dari tadi." Dan tubuh Karen menghilang di balik pintu kamar mandi. "anak suapa kamu ini Ren-Ren, sante dikit gak bisa apa kamu."
Selagi menunggu sang anak selesai mandi dan berdandan, Farah turun kebawah untuk menyiapkan makan dan obat untuk Karen. "pasti nanti dia gak sempet makan lagi. Biar nanti dibawa, sama obatnya sekalian." makanan itu ditata dipiring seperti biasa. Nanti saat diperjalanan Karen dapet memakannya. Obatnya di masukkan kedalam kotak kecil yang terlihat seperti kotak kado.
6:45 am.....
Danen berjalan masuk menuju pintu utama rumah Karen. Ditekannya bell beberapa kali hingga terdengar suara seorang ibu."iya, sebentar.." pintu berwarna hitam itu terbuka dan menampakkan wanita yang masih terlihat cantik diusinya yang sudah mengijak kepala empat. "kamun Danen buka?" tanya Farah mengingat wajah yang sedikit tak asing.
"ahh iya tante, saya Danni Danendra. Saya mau minta izin sama tante buat berangkat sekolah bareng Karen. Boleh kan...?" ucap Danen dengan sopan.
Farah melebarkan senyumnya. "iya. Bentar ya tante panggil Karen dul-" kalimat Farah terputus karena melibat Karen sudah berjalan sambil membawa piring sarapan yang sudah disiapkan oleh Farah tadi. Dan tangan satunya membawa botol air mineral.
"ma aku berangkat dulu, takut telat. Assalammualaikum." pamit Karen sambi mencium tangan mamanya dan dia sedikit kerepotan dengan barang bawaanya.
"saya juga ya tante, Assalammualaikum." Danen juga mencium punggung tangan Farah.
Dalam hati Farah bahagia karena Karen berhasil dekat dengan Danen. Perjuangan anaknya tak sia-sia namun apa artinya jika dirinya taunya sekarang. Disaat beberapa hari lagi harus pergi ke German.~•••~
"Dan, gue makan di mobil lo gak papa kan?" tanya Karen, namun saat Danen akan menjawab "iya, boleh" Karen sudah memasukkan nasinya kedalam mulut dengan lahap.Mobil berhenti di lampu merah, mata Danen tak luput untuk melihat bagai mana cantiknya wajah Karen. Danen menyukai pipi yang masih gempal, mata hitam dan rambut coklat gelap milik Karen.
"enak ya makanannya?"
Karen yang mendengar langsung menghentikan kegiatannya dengan posisi sendok yang masih menepel di tangan dan mulutnya."emm.. Enak.. Lo mau, tapi gak bawa sendok lagi gue." tawar Karen setelah selesai mengunyah makanan yang ada di dalam mulut.
Karen kembali menyendok makanannya untuk dimasukkan kedalam mulut, tiba-tiba sendoknya berubah arah menuju mulut Danen. Kaget, adalah satu ekspresi yang terbaca di raut muka Karen. "gak apa-apa. Udah dilanjut makan lagi."
Gemuruh semakin terasa di tubuh Karen. "udah buruan makan lagi, btw masakan mama lo enak."
Karen tak membuka suara lagi, dia hanya diam sambil mengunyah. Perasaanya sudah tak karuan.
°•••••••°
Kaki Karen menapak tak sempurna. Lututnya terasa lemas. Setelah berjalan benerapa langkah, Karen berjongkok sambil menyembunyikan mukanya di lipatan dangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling In Love With "BADAI"
Genç KurguBadai: "menjadikan mu sebuah bagian dalam hidupku, walaupun sesaat bukanlah sebuah kesalahan dan menjadikannya penyesalan. Kamu adalah sosok manusia yang tak dapat aku diskripsikan. Semoga kamu bahagia disana." Karen: "aku memang berhasil memilikimu...