33'2 "On The Road"

98 10 0
                                    

Maaf kalo kalian masih nemu typo. Kasih tau gw aja dimana typonya biar nanti segera gw benerin. Itu salah satu bentuk kepedulian loh..

🍂🍂🍂🍂🍂🍂

Karen mulai nampak lebih baik belakangan ini. Mungkin karena adanya Danen dan Adnen yang selalu datang menjenguknya. Dan dapat dikatakan Danen lah yang selalu ada disampingnya. Mulai dari saat membuka mata hingga mata terpejam lagi.

Bisa kalian bayangkan, betapa senangnya Karen. Dirinya mencoba menguraikan rasa takut yang menghantuinya. Bagai mana jika mereka dekat dengan ku hanya karena aku sakit?

Danen juga sudah mengetahui bagaimana perasaan Karen terhadapnya. Namun mereka berdua enggan untuk saling membahas. Biarkan segalanya seperti ini dulu mungkin? Kalau kata Adnen nyamanlah terlebih dahulu hingga nanti rasa takut kehilangan muncul. Ikuti saja arusnya.

Adnen memanglah nampak berbeda dengan Danen. Namun cinta dan sayangnya Karen tetaplah pada Danen seorang.

Karen sedang jalan-jalan keluar menggunakan kursi roda yang didorong oleh Danen. Tak henti-hentinya Karen bercerita.

"Lo tau gak, dulu Lolo suka main pulpen kalo gue belajar, dia naik aja gitu ke meja belajar."
"Terus kalo mau minta makan, wajahnya imut banget." Dan kalian tau Karen tan nampak seperti orang sakit.

"Iya, iya." Tabggapan acuh Danen membuat heran Karen.

"Dan, gue mau ngomongin hal penting sama lo. Boleh?" Tanyanya dengan rasa didadanya seperti teremas-remas. Dan seperti biasa, Danen hanya menganggukkan kepalanya.

"Gue minta jangan temui gue lagi. Gue mohon sama lo." Dengan satu tarikan nafas Karen mengucapkan kalimat laknat itu.

Danen terkejut karena ada rasa baru lagi yang mermbat keperasaannya. "Kenapa?"

"Gue gak bisa jelasin. Gue.. gue minta sama lo. Jangan temui gue lagi." Air mata Karen mulai tumpah. Tubuhnya bergetar, kepalanya menunduk.

"Coba lo bilang apa alasannya." Sambil menghadapkan wajah Karen di depannya. Tepat dengan tatpan mata Danen yang menusuk.

Karen hanya menggelengkan kepalanya. Nafasnya juga masih sesenggukan. Namun, Danen dengan sangat sabar menunggu Karen hingga tenang denga posisi jongkok. "Udah. Coba jelasin."

Perasaan Karen sudah diujung tebing, takut nantinya apabila sudah mengatakan alasannya, Danen akan benar-benar pergi dari sisinya. Dan Karen pun tak menginginkannya. Namun jika Danen masih disisinya takut suatu saat nanti Danen akan mersakan yang namanya kehilangan.

Dengan menarik nafas yang dalam dan menghembuskannya Karen mengatakan segalanya. Segala kebohongan yang sudah masuk kedalam otaknya tanpa permisi. "Karna itu mau gue. Jadi gue harap ini yang terakhir kecuali didepan sahabat-sahabat gue."

"Bohong." Dengan suara dingin.

"Terserah. Bisa anter gue ke kamar lagi. Dingin."

"Engga mungkin. Lo mau tau alasan gue kenapa gue bisa ada disini? Kenapa gue rela engga ikut ST?"
Dan inilah saatnya, ini harus segara dimulai untuk awal yang baru. Betul?

Karen hanya diam dan mengamati batu kerikil di bawah. "Gue enggak peduli. Kalo enggak mau anter gue, bisa minta perawat. Permisi."

"Can you help me!" Teriak Karen dan itu hanya sia-sia.

"Dengerin gue. Jawabannya karna gue ngerasa ada yang beda sama lo, sama perasaan gue, sama hidup gue semenjak deket sama lo. Semenjak gue lihat lo jatuh waktu itu, waktu lo dengan engga sengaja ikut balapan liar, dengan acara malam tahun baru.. dan juga waktu raja dan ratu pensi. Masih banyak lagi dan gue gak mungkin nyebutin satu-satu. Gue suka sama lo."

Falling In Love With "BADAI"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang