"keadaanya kritis!"
"Apa yang harus kami lakukan dok?"
"Tenang dulu Ma. Kami akan berusaha." Dokter yang menangani Karen saat ini adalah Brama, teman kuliah Rama.
Rama memeluk erat Farah yang sudah menangis sedari tadi sambil mengata - ngatai dirinya. "aku engga becus jaga Karen mas. Maafin aku."Karen sudah ditemukan tergeletak di lantai balkon kamarnya. Udara Jerman yang sudah mulai dingin namun keadaan Karen yang tak dapat menerimanya.
Lalu kemana Danen?
Danen sedang berlari untuk kedua kalinya dari apartemen Adnen menuju rumah sakit. Mengendarai motor seperti manusia kesetanan. Dirinya sedang asik menata baju dan juga beberapa oleh - oleh yang akan dibawanya kembali ke Indonesia. Namun begitu mendapat telpon dari Rama, baju yang sudah ditatanya rapi kembali berantakan dan bajunya terlempar kemana - mana. Karena, mantelnya tepat berada dibagian paling bawah tatanan baju.
"Rama. Bisa ikut gue ke ruangan sebentar ga?" Ujar Brama yang kembali datang menuju Rama. "Kenapa? Engga disini aja?"
"Penting!"
Rama dengan sabar mengusap punggung istrinya supaya tetap tegar menghadapi segalanya. "Ke ruangan Brama dulu yuk." Dengan tertatih - tatih Farah berjalan sambil dipapah oleh Rama.
"Ma, tujuan gue nyuruh lo kesini adalah untuk meminta tolong sama lo. Gue harap lo sama Farah bisa mengatur makanan Karen sabaik mungkin. Hindari makanan ayam atau daging. Perbanyakin sayur, khususnya brokoli. Sesekali boleh lah ikan. Gimana bisa?"
Farah mengangguk antusias sedangkan Rama masih bingung akam maksud Brama. "Maksudnya? Apa tujuannya?"
"Sayuran, khususnya brokoli mampu membantu penyembuhan. Brokoli berguna untuk melawan kanker. Jadi bisa?"
"Bisa, apapun buat anak gue satu -satunya. Gue berharap besar sama lo."
"Kanker yang diderita Karen masi belum terlalu parah. Dibeberapa anggota badan seperti otak belum terlalu banyak virus yang menyebar tapi pada ginjal dan hati masi agak lama untuk itu. Butuh kemo jangka panjang. Gue minta lo selalu mendukung dan memberi semangat untuk Karen. Kumpulin orang - orang terdeketnya."
"Kemarin - kemarin masi ada Danen, tapi besok dia balik ke Jakarta. Semenjak ada Danen, Karen mulai mau makan, minum obat dan dia kelihatan seneng banget. Gue masi belum bisa bayangin kalo Danen balik ke Jakarta nanti Karen gimana?"
Seakahn ada lampu kuning di kepala Brama. "Kenapa ga minta Danen buat sekolah disini aja. Atau ambil cuti sekolah kaya Karen?"
☘☘☘☘☘☘
Hanya terbatas kaca dan dinding, Danen berdiri terpaku di depan Karen saat ini. Tubuhnya terasa lemas saat melihat 'kekasihnya' terbaring tak berdaya diatas bangkar. "Lo kuat. Lo harus kuat Ren."
Pertemuan terakhir kemarin memang sedikit kurang menyenangkan. Danen melarang Karen makan mie, tau sendiri alasannya.
Dan ditambah kedatangan Adnen sambil membawa embel - embel baru 'nyonya' semakin membuat Karen jengkel.Begitu dikabari oleh Rama, Danen mengambil kunci motor Adnen dan mengendarainya dengan kecepatan ala pembalap. "Apa yang bisa gue bantu buat lo sadar lagi. Biar gue bisa bikim senyum di bibir lo?"
Keadaan semua masi setabil dengan irama monitor yang konstan. Dan tiba - tiba semua berubah menjadi panik. Karen mulai dikerubungi oleh suster dan dokter yang datang sambil berlari. Diikuti oleh Rama dan Farah yang sudah menangis sejadi - jadinya. "Jangan tinggalin mama, Ren.. Karen mas.. Karen...."
Rama hanya memeluk erat tubuh Farah sambil memberinya kekuatan. "Anak kita kuat.."
Dan Danen hanya diam ditempat sambil menyaksikan penanganan dokter dan perawat di dalam untuk kembali menyetabilkan detak jantung Karen.
Hatinya merasakan sesak. Seperti ada sesuatu yang ingin dikeluarkan. Dan Adnen tiba sambil memeluk Danen. Berlahan tubuh Danen bergetar halus dan Adnen hanya dapat mengelus punggung sikembar. "Gue harus gimana Ad."
Iya, Danen menagis untuk manita kedua setelah ibunya. Danen tipikal orang yang sedih tak begitu ketara. Karena mukanya lempeng - lempeng aja.
"Lo yang tenang. Sabar. Ikhlasin aja. Jangan tahan kalo dia mau pergi. Kalo dia lihat lo gini pasti-"
"Karen selamat. Dia melewati masa keritis.."
Kalimat itu membuat Farah langsung duduk di lantai, sedangkan Danen kembali memeluk Adnen dengan erat. "Dia pasti engga mau nyerah buat lo bang."
☘☘☘☘☘☘
"Om boleh bicara sama kamu?" Suaran Rama yang datang dengan tiba - tiba membuat Danen kaget. "Eh.. iya boleh om."
"Om boleh minta tolong sama kamu? Ini buat Karen."
"Boleh."
"Kamu mau ngelanjutin sekolah disini?" Tanya Rama to the point. Dan Danen kembali terkejut atas permintaan tolong Rama. Rambutnya beberapa kali disisir kebelakang menggunakan jari - jari tangannya. Pertanda dia bingung dan gugub.
"Bunda saya sendirian om nanti di Indonesia."
"Siapa nama bunda kamu? Biar om yang ngurus. Om butuh kamu disini. Semenjak ada kamu, om lihat Karen bahagia banget. Kemarin waktu dia cerita 'katanya kamu nembak dia' Karen senengnya luar biasa. Yang biasanya susah minum obat tiba - tiba dia minta sendiri. Yang awalnya engga mau kemo tiba - tiba bilang iya aku siap di kemo pagi ini juga. Jadi om minta kamu ini cuman pengen ngebahagiain putri om satu-satunya. Sebelum waktunya. Kamu tau sendiri kanker itu gimana."
"Iya, nanti coba saya diskusikan sama bunda."
"Tolong ya Dan." Dengan seulas senyum Rama bangkit meninggalkan Danen yang masi duduk termenung di tempatnya. Memikirkan bagaimana reaksi bunda saat mengetahui kalau anak - anaknya akan meninggalkannya sendiri di Indonesia.
From: Danen
Bun, Danen engga bisa pulang sekarang. Karen kritis lagi. Kalo nanti bunda udah engga sibuk, Danen kabarin ya bun. Biar Danen telpon nanti. ❤Dan jari Danen mencari aplikasi Line untuk menelfon Adnen yang sudah balik ke sekolah dua jam yang lalu. "Gue engga bisa balik ke Jakarta besok. Jadi gue nginep apart lo lagi ya."
"....."
"Ketemu aja, gue ceritain."
"...."
"Kalo bunda gue ajak kesini gimana?"
"...."
"Ok."
Sedikit aja ya.. gue lagi kesel sama di Danen yang sesungguhnya. Dan gue lagi males ngetk banyak²
Btw gw udah lulus SMA, jadi bingung mau lanjut cerita tentang anak sekolahnya gimana.. 😌
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling In Love With "BADAI"
Teen FictionBadai: "menjadikan mu sebuah bagian dalam hidupku, walaupun sesaat bukanlah sebuah kesalahan dan menjadikannya penyesalan. Kamu adalah sosok manusia yang tak dapat aku diskripsikan. Semoga kamu bahagia disana." Karen: "aku memang berhasil memilikimu...