35 "Evening Breeze"

95 10 1
                                    

"tinggal malam ini, besok dan lusa."

"Kenapa?"

"Takut engga ketemu lo lagi, maaf ya udah repotin lo selama seminggu lebih ini, makasih udah perhatiannya selama ini, maaf lagi kalo gue ganggu lo, maaf-"

"Bukan lebaran Ren, udah gue enggak ngerasa terganggu.. Dan ga usah minta maaf buat hal yng emang lo sukai.. Santai aja.."

"Tapi kan.."

"Tapi apa? Selama lo suka lakuin itu, jangan ditahan. Ok?"

Karen mengangguk dengan senyum yang merekah. Angin malam ini yang menjadi saksi dimana perkataan Danen yang menenagkan hatinya, yang memang 'agak' aneh dan rasanya seperti ada yang mengganjal.

Danen menoleh kearah Karen dengan senyum dan rambutnya berterbangan. Bergerak-gerak mengikuti arah angin yang berhembus.

Tangan Karen mengulur untuk memegang rambut Danen. Hatinya berdesir hebat, darah mengalir lebih cepat dari sebelumnya. Dan saat melihat mata Danen tertutup. Rasa suka dan sayang Karen menjadi berkali-kali lipat dari sebelumnya.

Menikmati wajah Danen dan juga rambut yang selama ini menjadi salah satu alasan mengapa Ia suka dengan Danen. Asal kalian tau, Danen itu unik. Dia memiliki cara pandang dia sendiri. Berbeda dari laki-laki lain. Danen melihat satu derajat dari sudut pandang orang lain. Dia berwibawa, dan dia selalu menghargai usaha orang lain.

"Udah?"
Karen tersadar dan membetulkan lulit muka yang sudah benar-benar merah, dan menetralkan jantung dan hatinya.

"Rambut lo engga pernah kena protes guru apa?" Pertanyaan yang selama ini ditahan-pun akhirnya terlontar.

"Sampai saat ini engga, kenapa?"

Karen menggeleng namun senyumnya tak pudar sedikitpun.

"Masuk. Angin udah mulai dingin."
Belun ada jawaban dari Karen namun Danen sudah memapahnya berdiri dan berjalan menuju kasur.

"Kan masi mau diluar Dan.." buat lihat pemandangan langka yang indah, apa lagi kalo bukan rambut dan senyum lo.

Toh percuma saja protes, Danen tak menanggapi sama sekali. Dia hanya menatap dengan tajam, seolah semua kata yang ingin diucapkannya terlontar. Dan ketahuilah Karen bukan pembaca mimik muka.

"Dan, pengen mie instan...." Cicit Karen sangat pelan. Bahkan Danen pun menambah ketajaman pendengarannya.

"Apa!"

"Engga!" Karen merebahkan badannya lalu menutup seluruh tubunya dengan selimut tebal.

"Yudah."

Lama dua mahluk itu hanya diam, dengan Karen yang masih dalam mode ngambeknya, dan bertahan di balik selimut. Sedangkan Danen yang sudah asik dengan game pada ponsel.

"Begini bentuk orang pacaran? Kagak ada romantis-romantisnya. Ini lagi bangsat satu, kenapa ngegame mulu coba?" Suara berisik dan nyerocos itu muncul dari Adnen yang tiba - tiba saja datang tak diundang dan tak diantar.

"Berisik!!!" Ucap Danen dan Karen secara bersamaan.

"Wadawww! Kalian kenapa si? Pertengkaram rumah tangga, atau kurang belaian?"

Dan sedetik kemudian Danen memberikan tatapan tajam kearah Adnen dan bule palsu itupun langsung kicep dengan sendirinya.

Adnen berjalan kearah tv, duduk bersila diatas karpet dan jari - jarinya bergerak untuk mencari siaran bola. Begitu ketemu, Adnen membongkar barang bawaannya dan Danen menyadari apa yang dilakukan bule palsu itu. "Ngapain?"

Falling In Love With "BADAI"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang