CHAPTER 11

606 64 6
                                    

18.25

Gue mulai deg degan ketika jam waker gue semakin dekat menuju pukul 7 malam. Seketika gue mulai nggak tenang dan beberapa kali bolak balik buat ngurangin rasa gugup dan grogi gue. Yes i know its over reacting, but i dont even know why.. its happen just like that.

"Nyet, masa gue deg degan dah." Kata gue yang baru selesai di dandanin sama Olivia.

"Iya, wajar kok. Namanya juga baru ngerasain lagi diajak dating sama cowok. Hahaha." balas Olive sambil tiduran dan memainkan hape nya.

"Iya kaliya, berapa lama sih gue jomblo? 4 tahunan ada kaliya." Kata gue sambil mengingat-ngingat.

Gue masih berusaha untuk nutupin rasa grogi gue karena gue nggak mau nanti bakal do something stupid di depan Keeven. Akhirnya gue duduk di meja rias dan nunggu sampe Keeven dateng.

TING TONG... TING TONG...

Bel rumah berbunyi dengan nyaringnya, membuat gue spontan ngeliat kearah jam waker di atas meja. Olive masih pada posisi nya semula.

TOK.. TOK.. TOK...

Pintu kamar gue terketuk.

"Nes, kamu bukain pintu yaa. Kakak lagi nanggung nih bikin tugas resume." Suara Kak Niko terdengar dari balik pintu kamar gue.

"Oke Kak." Balas gue, dan bersiap-siap untuk turun. Olive tetep diatas karena dia malu ketemu Keeven katanya. Well gue turun dari kamar dan membuka pintu rumah dengan perasaan yang campur aduk, antara seneng, takut, dan deg degan.

Semakin gue mendekat kearah pintu, jantung gue semakin berdebar kencang.

'Apaan sih Vanessa. Lebay banget deh lo.' Protes gue pada diri sendiri.

Tapi masa sih, Keeven dateng secpet ini? Masih pukul 18.35 padahal.

Tangan gue meraih door knob, tapi rasanya berat banget buat langsung bukain pintu. Sampe Kak Niko nyuruh gue buat cepet bukain pintunya karena dia keganggu sama suara bel rumah yang lumayan berisik.

Gue memberanikan diri buat buka pintu dengan sejuta perasaan nggak karuan yang sedang gue rasakan.

DEG...

Jantung gue serasa copot dan jatuh ke tanah melihat sesosok pria yang sangat akrab di mata gue sedang berdiri dan tersenyum.

"Ngapain lo kesini???" Tanya gue super ketus dengan raut wajah yang nggak santai.

"Mau ketemu kamu." Jawabnya dengan tenang.

"Anjrit! Lo sinting? Enak banget mulut lo ngomong kayak gitu. Bukan lo yang gue harapin buat dateng kerumah gue." Ucap gue sadis, tatapan gue tajam melihat ke matanya.

"Nes, let me tell you everything. Please." Kata cowok ini memohon.

"Sorry. Gue nggak ada waktu buat dengerin penjelasan lo yang nggak berguna itu! Mendingan lo angkat kaki dari rumah gue dan jangan pernah munculin muka lo lagi di hadapan gue!!"

Gue membanting pintu dan berlari pergi ke kamar. Sontak Kak Niko buru-buru keluar dari kamarnya buat ngeliat apa yang terjadi. I cant hold my tears to fall. It hurts.

Gue langsung meluk Olive setibanya di kamar. Olive membiarkan gue untuk nangis dipelukannya dulu tanpa banyak bertanya apa yang terjadi sama gue setelah gue membuka pintu tadi.

Gue mencoba untuk tenang. Karena gue nggak mau hari yang gue tunggu-tunggu ini jadi ancur cuma gara-gara kehadiran cowok brengsek itu.

"Udah bisa cerita?" Tanya Olive ketika melihat gue mulai menghapus air mata yang ngerusak riasan di wajah gue.

FIRST SIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang