CHAPTER 38

278 27 0
                                    

Satu hari setelah Evan memberitahu gue soal keberangkatannya ke London Bulan depan nanti, gue jadi seringkali merasa sedih. Meskipun saat ini Evan masih ada di samping gue, dan mencoba untuk terus ada buat gue serta menghibur gue yang lagi merasa gundah ini. Gue tau banget, kalo Evan pasti bisa melihat dengan jelas perubahan sikap gue akhir-akhir ini.

Sebetulnya, gue nggak mau bikin Evan jadi merasa berat buat ngambil keputusan ini. Gue udah mencoba untuk bersikap seperti biasanya, tapi emang hati nggak bisa diajak bersenang-senang kalau pikiran lagi gundah gulana. Beberapa kali, Evan mencoba mengertikan keadaan gue yang secepatnya akan ditinggal sama dia pergi jauh itu. Dia selalu meyakinkan gue, kalau semuanya akan berjalan dengan baik, begitupun juga dengan hubungan kita yang akan baik-baik aja. Nggak ada yang perlu di khawatirin.

Tapi, tetep aja kaaan gue masih merasa galau karena memikirkan hal ini. Olivia juga udah bantu gue untuk bisa belajar menghadapi dan menerima keputusan yang diambil sama Evan itu. Meskipun gue tau, kalau suasana hati dia sendiri pun masih belum beres, karena hilangnya Ditto beberapa waktu lalu.

Sore ini, Evan berniat untuk ngajak gue ke rumahnya, sekalian makan malam bareng sama Bokap Nyokap nya yang kebetulan lagi ada di Jakarta. Dia bilang, dia mau sesering mungkin menghabiskan waktu bareng gue, sebelum akhirnya dia pergi jauh dan lumayan lama. Gue pun bersiap untuk mandi dan memilih baju terbaik yang gue punya untuk dateng makan malam di rumah Evan.

Meskipun kalian semua udah pada tau kan, baju layak pakai yang gue punya untuk acara-acara penting kayak gini teramat-sangat terbatas. Evan yang udah hafal sama hal ini ini pun nggak banyak menuntut gue buat tampil sempurna layaknya wanita pada umumnya. Karena dia bilang, yang terpenting gue nyaman dan tetap jadi apa adanya diri gue.

Setelah gue merasa udah rapi dan cantik, gue pun keluar kamar dan menemui Evan yang sedang duduk sendiri di ruang tamu. Iya, hari ini Kak Niko lagi ada acara photoshoot untuk pre-wedding klien nya. Inget nggak sih, beberapa waktu lalu kan Kak Niko pernah jadi fotografer dadakan untuk temennya Kak Ririn yang mau pre-wed? Iya, yang hampir gagal karena uangnya dibawa kabur itu!

Nah, dari situ... Kak Niko jadi sering dapet tawaran untuk jadi fotografer karena hasil potret nya yang kece dan budget nya yang murah! Kak Niko jelas seneng banget dapet kesempatan ini. Karena, motret emang hobi dia dari dulu, dan hobi yang dibayar menjadi kesenangan bagi dia yang nggak bisa diucapkan dengan kata-kata.

Gue melihat cowok ber-kemeja putih polos dengan celana pendek berwarna cokelat muda itu sedang duduk di sofa sambil menghadap ke arah TV, yang sedang mempertontonkan acara Master Chef America itu. Gue tersenyum ke arahnya yang masih belum sadar atas kehadiran gue di sini. Wajah nya masih serius menatap ke layar Tv itu. Kalau lagi kayak gitu, dia bener-bener bikin gemes!

"Serius banget siiih nontonya." Gue berjalan ke arah Evan yang hari ini lagi keliatan super ganteng itu. Iya, kemeja putih polos dengan celana pendek memang selalu terlihat pas di badannya yang tinggi dan lumayan berisi itu.

Sedangkan gue, hari ini cuma pake blouse warna putih dengan celana jeans yang gue lipat sedikit dibagian bawahnya. Ditambah flatshoes warna Nude. Serta headband floral sebagai aksesoris tambahan di bagian kepala gue.

Evan membalas senyuman gue dengan cengiran nya yang mempesona. Membuat hati gue selalu berdesir tiap kali mendapatkan cengiran menggemaskan itu dari kedua sudut bibirnya.

I adore every little things on him.

"Udah siap?" Tanya Evan, dan berdiri menunggu gue menghampirinya.

Gue mengangguk dan meraih lengannya untuk digandeng. Evan menyambutnya dengan senang dan mencium kening gue sebelum akhirnya kita keluar dari rumah, dan pergi menuju rumah Evan.

FIRST SIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang