CHAPTER 21

489 50 12
                                    

Vanessa's Point Of View

It's a brand new day. Because from today, I decided to go out from their life, their problems, their stories, and everything that involving them. I know it's too much, but i just dont wanna get into their problems in the past or in the future. I just wanna live a normal life, doing what i wanna do without haters surrounding me. And even i am in love with someone, i wanna have an obvious relation.

I walked up to the doors and preparing to go to Campus. I've told Olive what happend on me, and as a good friend, she'll supports whatever the decision that i i'll take. Don't ask me why, and don't ask me what i'm feeling for them, because i cant find the answer.

"Lo yakin mau putus hubungan sama Keeven dan Evan?" Olive yang udah nunggu gue di mobil langsung menembakkan pertanyaannya begitu gue masuk dan duduk di bangku penumpang sebelahnya. Gue cuma mengangguk. "I thought it's difficult, because you'll meet them in Campus, everyday." Olive mengutarakan apa yang ada dipikirannya mengenai keputusan gue ini.

"Liv, gue kan udah ceritain semuanya ke elo. Mereka itu sahabatan dari SMA, dan putus hubungan karena satu orang cewek yang sama-sama mereka suka."

"Then you think you'll be the cause of the cracked of their friendship again? because you were there between them?"

I noded.

"Of course you're not!"

"Who knows?"

"Nes, itu permasalahan mereka di masa lalu. Ya, yaudah gitu. Dan soal kedekatan kalian di kampus juga kan hal yang berbeda. Mereka udah sama-sama dewasa, udah bisa berfikir untuk mengambil keputusan yang terbaik tanpa harus ribut-ribut."

"That's not the point Olivia." Gue menyangkal pernyataan Olive. "Gue juga masih belum tau pasti sih gimana hubungan dan permasalah mereka sebelumnya. Tapi setelah kita sama-sama tau kalo kita saling kenal dan bahkan saling deket, kayak ngebuat gue mau menjauh aja daripada mereka harus bersaing atau do something stupid nantinya."

"You think they both have feelings towards you?" Olive nanya degan nada dan muka yang ngeledek abis!

"Hahahaha i don't know. Just stop talking about them, okay?!"

"Nes, gue semakin yakin kalo lo nyimpen rasa deh sama salah satu dari mereka, atau bahkan keduanya."

"Apasih Liv? Udah deh, jangan mojokkin gue mulu napa sih." Gue nggak bisa nahan ketawa negliat mimik wajah Olive yang rese itu.

"Gue bertemen sama lo bukan cuma setahun dua tahun ini doang Nyet. Gue tau gimana tingkah lo kalo lagi bete, lagi marah, dan lagi jatuh cinta sekalipun." Olive mulai sok-sok an mengenal gue. "Gue tau lo cuma lagi meyakinkan diri lo aja kan? Sekaligus warn yourself biar enggak jatuh ke orang yang salah lagi."

"Liv, udah ayok berangkat! Udah jam berapa ini woy!" Gue mencoba mengalihkan perbincangan.

"Ngga usah ngelak! Jujur dah sama gua!"

"Enggak! Apasiii, udah ayoook ah."

"Yaudah. Mau kemana lagi sih lu cerita? Entar juga ngaku sendiri." Olive sok-sokan ngambek dan cuek sambil mulai melajukan mobilnya menjauh dari depan gerbang rumah gue.

"Hahahaha. Bodo amat."

Sejujurnya, gue sendiri pun masih ragu dengan apa yang gue rasa. Masih meyakinkan apa yang sebenernya gue rasain ke mereka berdua. Kejadian di acara Reuni Akbar SMA Keeven dan Evan membuat gue mulai berfikir untuk mengambil keputusan yang tepat. Gue enggak mau cuma dijadikan alat untuk mereka berdua saling menunjukkan kehebatan dan keunggulan.

FIRST SIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang