CHAPTER 31

413 40 10
                                    

Hayy!
Sorry ya guys, nggak tau kenapa Chapter yg ini ke unpublished secara tiba-tiba. (Gue pun sadarnya setelah logout-signin).

Ternyata setelah mencari tau... Wattpad memang lagi error sejak beberapa hari lalu gengs. That's why chapter ini blank page, even di draft udah tertera 'published'. Jadi, kita doa kan saja yaaa semoga cepet bener lagi.

Happy reading💕

Satu bulan menjalin hubungan sama Evan semuanya terasa baik-baik aja. Nggak ada perbedaan yang terlalu dominan meskipun kita udah berstatus. Yaaa paling sikap nyebelin dan cueknya aja yang hampir ilang sih. He's the sweetest man that i've ever know.

"Nes, pokoknya lo ke kampus bareng gue! Gue nggak mau yaaa semenjak lo udah punya pacar, gue di lupakan gitu aja!" Ucap Olive yang udah tidur-tiduran di ranjang gue 3 jam sebelum jam perkuliahan kita dimulai.
"Hahaha. Lebayyy!" Balas gue sekenanya.
"Gue serius! Lo tuh sekarang kalo apa-apa sama Evaaan mulu. Gue mulai terganti deh kayaknya sama kehadiran Evan!" Lanjutnya. Suara cemprengnya terdengar seperti orang yang sedang kesal sekaligus cemburu.
"Iiih kok lo gitu ngomongnya?" Tanya gue memusatkan perhatian gue hanya ke Olive seorang. "Gue kan selalu berusaha buat bagi waktu gue ke Evan dan ke Elo. Ya karena kita ada beberapa kelas yang beda, jelas lah gue manfaatin buat sama dia. Apalagi dia juga udah free kan." Balas gue mencoba menjelaskan ke Olive yang lagi drama banget pagi ini.

"Ck. Iyasih."

"Terus? Kenapa lo ngomong gitu? Gue kan tetep sering ngajak lo jalan bareng sama Evan, bertiga. We spent our break time together, right?"

Olive mengangguk, namun bibirnya tetap dimanyunkan. What's goin' on with her?

Gue masih mandangin muka Olive yang lagi aneh itu. Dia memandang gue balik, i know there's something that she wanna tell to me. But i dont know what it is.

"Lo tau nggak sih, rasanya ketika sahabat lo--mulai deket sama orang, ya katakanlah--pacar gitu." Gue mendengarkan ucapan Olive dengan seksama. "pasti akan ada rasa nggak terima, rasa takut kehilangan, dan rasa-rasa lainnya. Apalagi dulu lo pernah ngalamin hal yang nggak enak banget waktu sama mantan lo itu." gue senyum-senyum sendiri denger ucapan Olive yang agak aneh tapi lucu juga sih.

"Yes, i knew. I knew exactly what you thinking and talking about." gue mengangguk dengan penuh keyakinan. "thanks karena lo sangat peduli sama gue. Dan lo percaya sama gue, kalo gue nggak akan ngelakuin hal yang bikin lo takut itu. Dan lo juga bantu gue, supaya gue nggak lupa daratan dan sampe bikin lo merasa atau berfikir yang enggak-enggak tentang gue." Lajut gue sambil menggenggam tangannya. "That's what bestfriend supposed to do, right?"

Dia mengangguk sambil nyengir kuda. Gue paham sih maksudnya dia, she's just too scared kalo hubungan persahabatan gue dan dia berantakan cuma karena gue mulai sibuk dengan kehidupan dan kisah baru gue. Tapi gue bisa meyakinkan dia kalo semua itu nggak akan pernah terjadi. Dia akan tetap jadi prioritas gue, dan gue pun udah mencoba membahas soal ini ke Evan, dan surprisingly dia bisa paham soal ini. So, apa yang perlu ditakutkan? Memang harus ada yang perlu mengalah, kan? Ya, mengalah secara bergantian.

---

Setelah jam mata kuliah gue hari ini selesai semua, gue memutuskan untuk stay di perpustakaan sambil nunggu Olive keluar dari kelasnya. Lumayan, masih ada waktu sekitar sejam lagi kelas Olive baru akan bubar, karena hari ini dia 4 sks. Sedangkan gue cuma 3 sks aja.

Hari ini nggak ada acara ketemu sama Evan, karena dia bilang dia harus anter nyokap-bokap nya ke Bandung. Evan bilang sih mau jenguk Nenek dan Adek nya yang tinggal disana. Jadi yaudah, karena alasannya jelas... gue meng-iya-kan aja. Jadilah gue bikin rencana dadakan ke si Olive, buat sekedar hangout setelah jadwal kelar semua di hari ini.

FIRST SIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang