Setelah hampir 15 jam berada di udara, dari Jakarta menuju London, akhirnya Evan tiba juga di apartment nya. Karena Keeven memilih apartment yang berbeda dengannya, jadi mereka memutuskan untuk berpisah di airport untuk menuju ke apart masing-masing.
Hal pertama yang diingat Evan saat tiba di kamarnya adalah membuka hadiah yang disiapkan Vanessa saat dirinya masih berada di Jakarta. Evan meraih luggage yang terletak di pinggir ranjang tidurnya dan mengeluarkan kotak hitam berukuran sedang yang diberikan Vanessa untuknya itu. Dengan tidak sabar, Evan langsung menarik pita yang terikat diatasnya secara kasar. Didalamnya, terdapat sebuah amplop berwarna biru pastel polos dengan tulisan "Read Me" di sisi kanan atasnya.
Tanpa ragu, Evan pun membuka amplop tersebut untuk membaca isi dari surat yang pasti nya ditulis oleh Vanessa itu. Kertas berwarna senada yang terisi full oleh tulisan tangan Vanessa yang terlihat begitu rapi dan indah.
Evan mencari posisi ternyaman dan mulai membaca isi dari surat yang ditulis Vanessa itu.
Teruntuk Evan,
cowok rese dan nyebelin yang pernah aku kenal di muka bumi ini.Kalo kamu baca surat ini, itu artinya kamu udah sampe di London...dan lagi tiduran di kasur dengan koper yang masih belum kamu beresin isinya. Hehe.
Isi paragraf pertama dari surat Vanessa itu berhasil membuat Evan tersenyum tak henti. Karena yang tertulis didalam surat itu, sama persis dengan apa yang terjadi pada Evan saat ini. Kini, mata Evan menyapu ke paragraf kedua surat Vanessa itu.
Hai, Van. Kali ini aku mau coba untuk lebih romantis, gapapa kan? Ya...meskipun baru dimulai dari penyebutan 'Aku' dan 'Kamu' aja sih. Seperti yang selalu kamu minta.
Van, tau nggak sih...berpisah sama kamu itu hal yang paling aku benci. Terhitung sejak officialnya hubungan kita beberapa bulan lalu. Terimakasih ya, karena kamu sudah menjadi obat penawar trauma aku akibat patah hati akut yang aku pikir nggak akan pernah bisa sembuh ini.
Evan membaca surat tersebut dengan sangat serius, menyimak dan meresapi setiap kata dan kalimat yang tertulis diatas kertas itu.
Kamu inget kan, pertemuan pertama kita yang terasa memuakkan itu? Aku pernah bersumpah lho untuk nggak mau kenal dan ketemu lagi sama kamu! Haha. Kalo inget itu, rasanya lucu aja. Karena ternyata, Tuhan selalu mempertemukan kita dengan cara-cara yang tak terduga.
Aku nggak pernah percaya dengan adanya love at First Sight. Apa itu? Cinta semu yang hanya terjadi karena melihat fisik semata?? Karena, aku lebih percaya pada 'click' yang ada di pertama kali aku bertemu dengan seseorang. Melalui obrolan, atau kecakapan yang aku ketahui dari orang itu.
Tapi, you broke my rules. Sama kamu, aku percaya kalau love at First Sight itu memang ada. Karena aku menyukai kamu, yang aneh dan berbeda, sejak detik pertama mata kita saling bertemu. Kemudian, rasa itu mulai tumbuh menjadi rasa sayang, dan takut kehilangan.
Van, bisa mengenal kamu itu suatu kesenangan untuk aku. Menjadikan kamu orang yang berarti di hidup aku pun menjadi sebuah kebahagiaan yang nggak bisa diungkap dengan kata-kata. Iya, aku beruntung bisa memiliki kamu. Mulai dari semua kekurangan kamu, sampai semua kelebihan kamu.
Terimakasih ya, untuk selalu mencoba menjadi apa yang aku mau. Terimakasih juga kamu selalu menjadikan aku orang yang apa adanya saat bersama kamu. Kamu laki-laki hebat yang pernah aku miliki, selain Papa dan Kak Niko. Hidup aku terasa aman dan semakin lengkap karena punya kalian bertiga yang selalu siap untuk melindungi aku.
Aku tau, pasti akan ada banyak permasalahan dalam sebuah hubungan. Termasuk masalah cewek-cewek yg selalu aja ganggu hidup kamu itu! Padahal kan kamu udah sama aku! Aku cemburu!
KAMU SEDANG MEMBACA
FIRST SIGHT
Acak"Sometimes when you meet someone. There's a click. I don't believe in love at First Sight. But I believe in that click. But it's different, when I'm with you." (27-05-2018) ~ Highest Rank TOP 10 - Teenlit ~ #5 in 'teenlit' #2 in 'jefrinichol' #4 in...