Gue tau apa yang terjadi 4 tahun lalu itu emang bener-bener nyakitin dan sukses bikin gue kehilangan selera buat ngelakuin apapun. Kak Niko lah orang pertama yang kebingungan ngeliat tingkah aneh gue sejak memutuskan untuk nggak bareng lagi sama Dirga.
Padahal Kak Niko cocok banget sama Dirga, apalagi gue dan Dirga udah pacaran cukup lama. Sebenernya dari setahun lalu gue udah ngerasa ada yang aneh dengan Dirga dan Lexa. Mulai dari tatapan mata mereka, gaya bahasa mereka saat ngobrol, dan alesan yang mereka utarain di setiap kali gue dan Olive ajak pergi selalu aja ada. Ternyata terbukti jelas kalo mereka memang cheating.
"Nyet, udah jangan bikin acara lo malam ini rusak cuma gara-gara Dirga. Keeven bentar lagi pasti dateng. Sini gue rapihin makeup nya." Kata Olive sambil menarik gue untuk duduk di depan cermin meja rias.
"Menurut lo gue harus tetep pergi sama Keeven nyet?" Tanya gue nggak berselera.
"Ya haruslaaah! Udah deh nggak usah mikirin cowok sialan itu. Lo berhak buat bahagia. Udah berapa lama lo berkutat terus sama cowok brengsek itu??" Jawab Olive yang masih saja menggebu-gebu. Ia mulai memoleskan satu persatu makeup yang hilang di wajah gue karena tersapu air mata.
TING TONG... TING TONG...
Gue dan Olive refleks ngeliat ke arah pintu kamar.
"Sana lo liat gih." Perintah Olive.
"Duh, enggak ah nyet. Makeup gue belum rapiii hahaha." Balas gue dengan perasaan deg-degan yang masih sama.
"Udah nyeeet. Tinggal gue bedakin doang itu pipi lu. Untung eyeliner sama mascara gue waterproof!" Kata Olive yang sedang membubuhkan bedak padat ke wajah gue.
TOK... TOK... TOK...
"Dek, ada temen kamu tuh di bawah." Kata Kak Niko dari balik pintu kamar gue.
"Aaaa Oliveee, gue deg degaaan. Hahahha." Kata gue sambil menggenggam tangab Olive yang ada di hadapan gue.
"Dih. Alay dah lo. Gih sana pergi dah. Gue mau tidurrr." Kata Olive sambil membereskan alat-alat makeup nya.
"Hahaha. Wish me luck ya nyet! See ya!" Gue mengambil pouch dan hape di atas meja rias lalu berjalan keluar menemui Keeven yang udah nunggu gue.
Gue menuruni anak tangga dan ngeliat Keeven lagi diajak ngobrol sama Kak Niko. He looks more handsome tonight with his blue shirt, short pants jeans, and white sneakers. Karena tangga rumah gue berada tepat disamping ruang tamu, so Keeven bisa ngeliat gue yang sedang turun menghampiri dia.
"Hai Kak." Sapa gue sambil tersenyum ke arah Keeven.
"Hey.." Balasnya sambil tersrnyum juga.
"Nggak lewat dari jam 11. Okey?" Kata Kak Niko setibanya gue di tengah-tengah mereka.
"Kak, could you please stop it? I knew! You told me a thousand times!" Kata gue dengan gaya males yang harus terus-terusan diingetin soal jam malam gue.
"Hahaha. Yaudah sana, hati-hati dijalan." Ucap Kak Niko sambil berdiri.
"Saya izin ya Kak ajak pergi Vanessa keluar. Jam 11 paling telat Vanessa udah dirumah." Kata Keeven dengan sopan.
"Sip. Hati-hati kalian. Gue titip Vanessa." Balas Kak Niko sambil menepuk bahu Keeven.
Well, kita pun pamitan ke Kak Niko dan keluar menuju mobil milik Keeven yang terparkir di depan gerbang rumah. Gue mengedipkan sebelah mata ke Kak Niko yang di balas dengan acungan jempol oleh Kak Niko.
--
"You look different tonight." Kata Keeven sambil tersenyum, setibanya kita di salah satu Cafe dan memilih meja outdoor. Hembusan angin disana membuat rambut gue yang terurai ini tertiup angin dan menutupi sebagian wajah gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIRST SIGHT
Random"Sometimes when you meet someone. There's a click. I don't believe in love at First Sight. But I believe in that click. But it's different, when I'm with you." (27-05-2018) ~ Highest Rank TOP 10 - Teenlit ~ #5 in 'teenlit' #2 in 'jefrinichol' #4 in...