CHAPTER 20

521 55 4
                                    

EVAN'S POINT OF VIEW

Waktu gue jalan ke meja F&B tiba-tiba gue diserbu dengan suara-suara cewek yang akrab banget di kuping gua sejak SMA. Seketika bikin gue agak kehilangan selera buat ambil soft drink.

"Cakraaaa!!"
Suara mereka persis suara anak-anak Choir yang lagi manggung. Mau nggak mau gue harus meladeni mereka.

"Cakra, lo apa kabaaar? Ih parah udah lama banget kita nggak ketemu loh!" Kata Sashy, pentolan genk anak-anak Cheers.

"Eh halo." Balas gua sambil mencoba untuk tersenyum tulus. "Iya nih. Gue lagi agak sibuk aja sama skripsi." Jawab gue sambil taroh gelas ke meja, yang tadi ada di tangan gue.

"Cewek lo mana?" Tanya Amel. Sambil celingak celinguk ke arah sekitar gue. "Jangan bilang lo masih jomblo sampe sekarang?" Pertanyaan Amel mematikan.

Gue cuma tersenyum sebagai jawaban.

"Cak, Keeven bawa cewek loh! Cakep lagi. Mukanya bule bule Jepang gitu sih." Kata Sashy ngasih info yang penting nggak penting sih.

"Oh ya?" Gue sempet kepikiran satu cewek. Ah tapi nggak mungkin.

Gue ngerasa kayak ada yang ngeliat ke arah gue daritadi. Sejauh mata memandang sih. So, gue menoleh ke arah kursi yang jaraknya nggak jauh dari gue berdiri. Ternyata nggak ada. Gue cuma liat cewek dengan dress merah fanta berjalan membelakangi gue.

"Eh gue kesana dulu ya. See ya guys!" Ucap gue sambil berjalan pergi menjauh dari segerombolan cewek-cewek tadi.

--
"Cakra?!!"

Gue tersentak kaget begitu seorang cewek yang sangat akrab di mata gue dulu, blocking my way.

"Hey, kamu apa kabar Cak? Long time no see." She's trying to make a conversation with me. Senyumnya, suaranya, everything yang ada di dia masih sama. Kaya 4 tahun lalu.

Gua nggak mampu buat natap wajahnya. Sepersekian detik gue langsung memalingkan wajah gue lagi. Seketika memori lama yang udah gue kubur dalam-dalam dari ingatan gue mulai bermunculan kembali.

"You okay?" Tanya nya. Memastikan keadaan gue yang masih belum jawab sapaan dia dari tadi.

Iya. Gue emang laki. Tapi rasa sakit hati nggak punya pengecualian, kan?

Gue mengabaikan Tasya yang masih berdiri di hadapan gue.

"Kamu masih nggak mau ngomong sama aku karena problem 4 tahun lalu Cakra?" Tasya buka pembicaraan lagi ketika gue mulai berjalan cukup jauh dari posisinya. Ngebuat gue berhenti sejenak.

Gue masih enggan buat angkat bicara dan lanjut jalan.

"Jawab Cakra."

"Gua udah kubur semuanya dalam-dalam. Jangan dateng kalo cuma mau bikin gua ancur lagi."

Gue langsung melesat pergi menuju temen-temen gue yang lagi pada ngobrol. Mengabaikan Tasya yang terdiam dan nggak berkutik.

-
Acara pun dimulai dengan sambutan-sambutan dari para panitia dan penanggung jawab. Gue duduk di deretan paling depan bareng Tomo dan Alex. Mata gue masih nyari dimana Keeven berada. Rasa penasaran gue nggak bisa ilang gitu aja sebelum gue bisa pastiin dia dateng dengan cewek yang berbeda dengan yang ada di benak gue.

FIRST SIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang