CHAPTER 24

367 48 7
                                    

HAIII :)

Lama banget nggak update ternyataaa. Karena ngerasa stuck banget untuk lanjutin beberapa Chapter terakhir ini :")

Terimakasih banyak untuk kalian yang masih mau baca dan ngasih Vote nya❤️❤️

Special thanks juga buat 4K readers nya yaaa para followers dan silent reader ku😊😘❤️ Super nggak nyangka cerita ter-nggak-jelas ini bisa tembus segitu banyaknya readers LOL.

Okay, semoga kalian tetap enjoy yaa baca story ini.

Massive love from Me

Xoxo❤️

----

Penjelasan Keeven malam itu bener-bener bikin gue nggak habis pikir, di satu sisi gue merasa bahagia karena masih ada cowok yang mau memperlakukan gue dengan istimewa. Tapi, disisi lain gue belum bisa untuk memutuskan pilihan. Gue masih kepikiran sama Evan. Dia pasti ngelewatin tahun-tahun yang berat banget waktu itu. Tapi setidaknya, gue jadi tau apa yang terjadi diantara mereka bertiga. Karena hal itu cukup mengganggu pikiran gue.

"Dek, kamu lagi mikirin apaansi?" Tanya Kak Niko yang duduk disebelah gue sambil nonton TV.

"Hah? Enggak mikirin apa-apa Kak."

"Masa? Kamu ngelamunin apaan sih? TV nya di atas, tapi kamu liriknya ke bawah." Tanya Kak Niko lagi yang kayaknya masih belum puas mendengar jawaban dari gue. "Belom jereng kan mata kamu??"

Omongan Kak Niko jelas bikin gue ngakak. "Hahahaha apaan sih kak! Ya enggaklah gila!" Gue masih terkekeh memikirkan ucapan Kak Niko barusan.

"Hahaha ya habisnyaaa. Kamu lagi mikirin apa? Sini deh cerita. Kasian banget sih sampe ngelamun-ngelamun gitu." Kata Kak Niko, mengecilkan volume TV dan memutarkan badannya menghadap ke gue, membuat jarak wajah gue ke Kak Niko semakin deket.

Kak Niko udah menopangkan dagunya di atas telapak tangannya. Pertanda dia udah sangat siap mendengarkan curhatan gue. Gue memandangnya dengan lirih. Plus, bingung mau bahas yang mana dulu dan harus memulainya seperti apa.

"Cerita, Dek. Biar plong hatinya."

Gue masih memandang Kak Niko dengan tatapan yang dalam. Kak Niko memberikan gue anggukan, sebagai tanda kalau dia udah siap mendengarkan semua cerita gue ini.

"Kak, aku tuh bingung harus cerita dari mana dulu. Soalnya tuh ada dua hal yang ganggu pikiran aku banget nih." Gue mulai angkat bicara. Kak Niko tetap pada posisinya.

"Yaudah, kamu ceritain hal yang paling ganggu pikiran kamu dulu deh. Setelah itu baru yang lainnya. Kakak nggak akan potong cerita kamu. Kakak cuma akan dengerin atau yaaa kasih tanggapan kalau emang dibutuhin." Ucap Kak Niko, tangannya bermain melambai kesana kemari bak orang yang sedang berpidato.

Gue terdiam sejenak sebelum akhirnya menceritakan semua yang gue tau, dan semua yang mengganggu pikiran gue ini ke Kak Niko.

"Hemh.. Kemarin itu sebenernya aku ketemu sama Keeven, Kak." Gue memulai cerita gue dari yang paling awal. "Olive yang bantuin Keeven supaya bisa ketemu sama aku. Dan aku bener-bener nggak percaya plus nggak nyangka, kalo Keeven itu sahabatan sama Evan semenjak mereka masih kecil." Kak Niko hanya menganggukkan kepalanya sebagai tanda kalau dia mendengarkan cerita gue.

Gue menarik nafas panjang sebelum melanjutkan cerita gue ke Kak Niko. "Jadi, Keeven ceritain semuanya ke aku Kak. Tentang persahabatan mereka yang awalnya baik-baik aja sampe akhirnya mereka bener-bener lost contact." Gue menatap mata Kak Niko yang lagi mengerutkan dahinya itu. Sumpah, dia ini orangnya ekspresif banget kalo lagi dengerin curhatan gue. Bikin gue ngerasa di hargain banget.

FIRST SIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang