CHAPTER 17

522 53 17
                                    

Nggak terasa, gagalnya pertemuan antara gue dan Evan udah berjalan seminggu. Gue masih males banget buat ketemu sama dia apalagi ngobrol dan natap mukanya. Minggu ini gue bakal ngerasa kesepian banget karena Olive lagi ikut sparing basket selama seminggu. Hari kayaknya berjalan lamaaa banget disaat gue lagi ngerasa kesepian kayak gini. Apalagi di siang bolong gini, mata kuliah apapun susah masuk ke otaknya kalau mata mulai ngantuk dan perut mulai kelaperan minta diisi.

Siang ini kelas gue lagi kedapetan Mata Kuliah Anti Korupsi yang notabene nya sebagai matakuliah Umum, which is kelas gabungan dari semua program studi dan angkatan. Kelas yang baru berjalan selama 2 minggu ini bikin gue males ngapa-ngapain karena gue cuma sekelas sama Olive dan Farah yang berasal dari prodi dan angkatan yang sama. Sisanya memilih kelas di hari Rabu sore dan Sabtu pagi. Ya better gue pilih Senin siang kan, karena setelah ini nggak ada matkul lagi dan gue bisa cabut balik.

"Van, Van..." Farah menyikut lengan kiri gue yang lagi gue jadikan tumpuan untuk menopang dagu. "Liat kita sekelas sama siapa!" Bisiknya. Membuat gue menoleh ke arah pintu masuk dengan raut wajah sedikit penasaran.

Gue terkejut begitu ngeliat sesosok cowok ganteng, yang lumayan gue kenal itu berjalan menuju kursi kosong dan melalui gue dengan melemparkan sebuah senyuman. Membuat gue membeku sejenak.

Ketika gue mendengar suara kursi yang tepat berada di belakang gue bergeser, membuat gue semakin duduk mematung dan jantung gue berdegup kencang nggak karuan.

"Semoga dia nggak duduk di belakang gue." Bisik gue kepada diri sendiri sambil menggenggam erat handphone digenggaman gue dan memejamkan mata secara refleks.

"Dia di belakang lo, Van." Bisik Farah kemudian.

Gue memberikan isyarat kedipan mata ke Farah untuk tidak berkomentar lebih jauh tentang cowok ganteng yang lagi duduk dibelakang gue itu. Yang bukan tidak mungkin dia bisa mendengar perbincangan gue dan Farah barusan. Farah menangkap sinyal dari isyarat gue dan duduk di posisi semula.

Materi pun dimulai ketika dosen Anti Korupsi sudah masuk kedalam kelas dan mengabsen kita satu per satu.

"Keeven. Kemana aja kamu baru masuk? Mau saya failed kan lagi yang kedua kalinya?" Tanya Ibu Leonita saat urutan absen berhenti di nama Keeven Bara Pratomo, which is si Keeven anak Ikom. Yang pernah jalan sama gue, beberapa waktu lalu dan menghilang begitu aja bagai ditelan bumi. Nggak tau kenapa, semua cowok yang dateng menghampiri gue akan pergi begitu aja setelah mereka jalan bareng gue. Jangan-jangan ini kutukan! Hahaha.

"Jangan dong bu. Masa saya nggak lulus-lulus cuma karena mata kuliah Ibu aja." Jawab Keeven, membuat Bu Leonita tersenyum mendengarnya.

"Nggak apa-apa Kak, nanti aku temenin kalo Kakak failed lagi di matakuliah ini." Celetuk salah seorang cewek yang mengundang suara tawa anak-anak satu kelas.

Gue pun tertawa mendengar celetukan Nadia yang terkenal ngocol banget mulutnya hahah.

Keeven hanya tersenyum mendengar ucapan Nadia yang rada-rada gila itu.

"Sudah sudah, kita lanjut ke materi. Sekarang siapkan 1 lembar kertas dan jawab 2 pertanyaan yang saya bacakan ini." Perintah Bu Leonita yang disambut dengan suara 'Huuu' dari anak-anak sekelas. Membuat suasana kelas menjadi ramai seketika.

Setelah diberi waktu sekitar 1 jam, Bu Leonita mengizinkan kami untuk meninggalkan kelas. Karena hari ini dia ada kepentingan yang tidak bisa ditinggalkan, sehingga kelas dibubarkan lebih awal. Betapa bahagianya para mahasiswa di kelas Anti Korupsi siang ini karena bisa pulang lebih awal.

Gue memasukkan binder dan tempat pensil yang masih berantakan di meja, sedangkan yang lain sudah mulai berhamburan keluar kelas dengan wajah yang sumringah. Farah masih setia nungguin gue yang lagi lelet banget cuma buat sekedar masukin binder dan tempat pensil ke dalam tas.

FIRST SIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang