Bagian 4

92 2 0
                                    

"Sshh aduh" Defan meringis kesakitan saat Kara membersihkan luka yang berada di siku kirinya.

Kara juga ikut meringis setiap kali Defan mengeluh kesakitan pasalnya, luka yang di siku Defan cukup parah. Mungkin, karna terkena benda tajam saat tawuran tadi.

Selesai membersihkan darahnya Kara dengan sigap mengambil kasa gulung, obat merah, kapas serta hansaplas. Dengan telaten Kara memperban luka Defan.

Kara menarik napas legah "sudah selesai"

"Makasih" ucap Defan singkat.

Kara hanya mengangguk.

Hari ini Kara benar-benar menjadi pahlawan untuk dua orang sekaligus. Sebab, seharusnya kini Defan tengah di hukum berdiri di depan tiang bendera karna perbuatannya.

Flashback

"Kara kamu boleh kembali ke kelas" ucap pak Rudi setelah menjelaskan tujuannya kepada Kara.

"Baik pak" balas Kara sembari ingin kembali ke kelas.

"Hari ini bapak akan memberikan hukuman kepada kamu, kamu harus berdiri seharian di depan tiang bendera!" perintah pak Rudi kepada Defan.

Karna, perkataan itu langkah kaki Kara terhenti dan berbalik badan dan mendapati luka yang cukup parah, hingga terdapat bercak darah di lantai membuat Kara merasa iba.

"Maaf pak?" kata Kara lalu kembali mendekat kembali ke meja pak Rudi.

"Kenapa lagi?" tanya pak Rudi.

"Tangan Defan luka pak" jeda "menurut saya itu cukup parah, dan kalau bisa di diamkan akan menimbulkan infeksi" jelas Kara.

Pak Rudi beralih menatap tangan Defan "baiklah kalau begitu kamu antar dia ke uks" kata pak Rudi luluh dengan perkataan Kara.

"Iya pak, terima kasih" ucapnya.

Kara tidak merasa canggung menopang Defan, begitu juga Defan yang mau saja di topang oleh Kara yang notabennya sering "merepotkannya".

Flashback off.

"Ohiya kamu tunggu bentar disini" kata Kara memecah keheningan di antara mereka.

Defan hanya mengangguk paham.

Tidak lama Kara kembali namun dengan segelas teh hangat di tangannya.

"Nih, di minum" kata Kara sambil menyodorkan teh itu untuk Defan.

Defan bingung kenapa perempuan ini baik kepadanya padahal, Kara sering kena ocehan pak Rudi karna dirinya.

"Hmm makasih lagi" kata Defan ragu.

Kara mengangguk yang artinya "sama-sama"

Defan meniup kecil teh yang di berikan Kara lalu sesekali meneguknya sedikit-sedikit.

"Ohiya aku boleh tanya sesuatu?" entah kenapa rasa penasaran Kara kumat.

"Tanya apa?" balas Defan lalu menyimpan tehnya di atas nakas uks.

"Hmm" jeda "kamu beneran cucunya pak Wijaya?" tanya Kara tanpa ragu.

Sebab sedari tadi Kara penasaran akan hal itu.

Defan terdiam sejenak lalu menjawab "iya"

"Oh" tukas Kara.

"Tapi, bukan kandung" sambung Defan.

Kata-kata itu membuat Kara merasa lebih kepo lagi dari sebelumnya.

Hati Kara berkata ia ingin tau lebih banyak lagi tentang sosok Defan yang katanya adalah cucuk dari pak Wijaya. Tapi, bukan cucu kandung?
Tanda tanya besar di kepala Kara.

"Maksudnya?" spontan Kara mengeluarkan kata-kata itu.

Defan hanya tertawa garing. "Sudahlah, sepertinya ketua kelas ku rasa ingin tahunya juga tinggi"

Kara yang merasa itu adalah sindiran untuk dirinya langsung tersipu malu sebagai ketua kelas.
****
Ataya sedari tadi tak henti-hentinya mondar-mandir layaknya setrikaan, sementara Kinara hanya melongok melihat tingkah sahabatnya.

"Kira-kira Kara kenapa yah, kenapa belum balik juga?" kata Ataya berhenti dari aktivitas mondar mandirnya dan menyamakan posisinya dengan Kinara.

Kinara hanya bergedik bahu seolah tak mau selebay Ataya.

Kara kini muncul dari ujung koridor Ataya dan Kinara menatap Kara dengan mata yang berbinar.

"Pak Rudi ngomong apa Ra?" tanya Ataya kepo.

"Cuma titip amanah" jawabnya.

Kinara dan Ataya mengehela napas legah secara bersamaan.

"Syukur deh" ucap Kinara seraya mengusap halus bahu Kara.
***
Kini Kara sudah berada di toko bunga milik ibunya.

Kara hanya duduk terdiam, lebih tepatnya melamun sambil melihat aktivitas Alexa dan bu Titin salah satu karyawan Alexa, tengah sibuk merangkai bunga menjadi buket.

"Sayang tolong ambil pupuk di belakang yah" tegur Alexa.

Suara Alexa membuyarkan lamunan Kara.

"Ah kenapa ma? Tadi Kara di suruh apa?" tanya Kara kikuk.

"Itu tolong ambilkan mama pupuk" Alexa mengulang perintahnya.

Kara lalu bangkit dan bergegas menuruti permintaan Alexa.

"Nih ma" kata Kara sambil menyodorkan pupuk yang diminta Alexa.

"Makasih sayang" balas Alexa, lalu melanjutkan aktivitas nya bersama bu Titin.

Tiba-tiba pintu toko terbuka dan menampakkan sosok laki-laki dengan jaket kulit hitam dengan dalaman kaos putih di tambah dengan jeans hitam.

"Azka?" teriak Kara kegirangan dan berlari kecil ke arah laki-laki yang masih diam di ambang pintu, seolah memang ingin di jamu oleh Kara.

Azka tersenyum manis. "Hai"

"Ih kenapa gak bilang-bilang kalau mau kesini?" gerutu Kara.

Belum sempat menjawab Alexa lebih dulu menyapa Azka. "Ehh ada Azka rupanya"

"Halo tante" jawab Azka lalu mengambit tangan Alexa dan menciumnya.

Kara yang merasa di kacangin hanya bisa ngedumel.

"Emang gak kuliah ka?" tanya Alexa.

"Lagi libur tante" jawabnya.

"Oh, bagus deh berarti Ara gak usah merengek lagi minta kamu untuk sering-sering kesini" jelas Alexa sambil tersenyum jahil.

Kara yang merasa namanya di sebut ikut nimbrung "mama apaan sih, Ara gak ngerengek kok" cibir Kara.

Alexa dan Azka hanya tertawa kecil melihat tingkah Kara.

"Sekolah kamu gimana?" tanya Azka kepada Kara.

Azka dan Kara sedang menikmati sore di halaman belakang toko bunga.

"Baik, kuliah kamu gimana?" Kara bertanya balik.

Azka mengangkat sebelah alisnya "baik juga"

"Hmm" gumam Kara.
"Emang gak ada kerajaan di toko roti?" sambung Kara.

Azka menoleh melihat Kara, lalu detik selanjutnya Azka menyentil hidung mungil Kara.

"Aku izin sama pak Andri" jeda "itu juga buat ketemu sama sahabat kecil aku, yang setiap ketemu pasti merengek seperti anak kecil yang tidak dapat mainan" jawab Azka.

Antara mau senang atau jengkel kepada Azka, pasalnya Azka suka gitu nerbangin dulu baru ngejatohin dan ujung-ujungnya jadi ejekan.

Tapi, Kara hanya tertawa melihat sahabat kecil ngeluh padanya. Kapan lagi seorang Azka Angkasa ngeluh di depan Kara, paling Kara yang ngeluh padanya.
****
Jangan bosan-bosan baca. Karna, kebanyakan orang bilang membaca itu jembatan ilmu😂 ( author sok suci hahaha)

Makasih dan maaf yah😘
Vote+komen.

Did My Heart Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang