Bagian 5

84 2 0
                                    

Hari ini adalah hari minggu di mana semua orang melepas rasa penatnya dari aktivitasnya masing-masing.

Sama seperti Kara yang saat ini melepas penatnya dari segala aktivitasnya. Kara bersantai ria di kasur empuknya sambil membaca buku yang bertuliskan "cara menjadi orang sukses" di sampulnya.

Tok..tok..tok
"Ara? Mama boleh masuk?" panggil Alexa dari balik pintu.

Kara yang menyadari itu langsung bergegas membukakan pintu untuk Alexa.

"Eh mama, kenapa ma?" tanya Kara sembari menarik pelan Alexa untuk duduk di pinggir kasur.

"Mama mau minta tolong sama kamu" jeda "papa kehabisan bahan adonan roti, mama juga butuh bibit bunga anggrek, kamu pergi beli yah? Soalnya papa belum pulang katanya lagi banyak orderan di toko" jelas Alexa

Kara hanya mengangguk paham "iya ma, tapi Ara siap-siap dulu yah"

Alexa tersenyum lembut sambil mengelus rambut Kara "makasih sayang"

"Sama-sama ma" jawab Kara.

Alexa lalu beranjak pergi dari kamar Kara.

Baru saja Kara ingin melepas rasa penatnya. Namun, Kara juga tidak bisa menolak permintaan Alexa, itu juga demi biaya sekolah Kara yang mengharuskan orang tuanya bekerja keras, bahkan di hari minggu Andri masih saja sibuk dengan orderan.

Saat keluar kamar Kara mendapati Alexa memegang beberapa lembar uang dan memberikannya kepada Kara.

"Oh iya Kara, kamu beli bibitnya di dekat kompleks aja yah soalnya di situ jauh lebih murah di banding yang di pinggir jalan" Alexa memperingatkan Kara sebelum Kara berangkat.

"Oke mama" ucap Kara lalu pergi.

Angin yang berhembus di pagi ini membuat rambut panjang Kara beterbangan dengan cantik.

Sepanjang jalan Kara terus bersenandung, berhubung karna headset yang menempel di telinga Kara dan melantunkan lagu-lagu fav Kara.

Kara memarkir sepedanya di pinggir toko langganan Andri. Pertama Kara membeli bahan adonan terlebih dahulu.

Setelah semuanya sudah terbeli Kara mengucapkan terima kasih kepada pak Emil pemilik toko ini.

Kara berlanjut ke arah kompleks untuk membeli bibit, sesuai dengan amanat Alexa untuk beli di situ maka Kara harus putar balik lagi.

Kara lumayan capek mengayuh sepedanya karna, jarak antara toko adonan dan bibit menghabiskan waktu 15 menit dan hasilnya betis Kara pegal.

Kara duduk sejenak saat sampai di depan toko bibit. Kara mengibas wajahnya menggunakan tangannya, sekenanya aja.

"Hufft" desis Kara.

Tanpa Kara sadari bahwa saja dirinya sekarang tengah di tatap oleh seseorang.

"Huahh" spontan Kara teriak karna terkejut mendapati seseorang berada di depannya.

"Lo kira gue hantu?" gerutu seseorang itu.

"Astaga ternyata kamu def" keluh Kara.

"Lo ngapain disini?" jeda "jogging? Ahh tidak mungkin lo jogging dengan penampilan seperti ini" Defan masih menerka-nerka.

Namun, Kara mengabaikannya lalu bergegas masuk dan menyelesaikan tugas yang di kasih oleh Alexa yaitu membeli bibit anggrek.

"Jadi, berapa?" tanya Kara di depan kasir.

"250 ribu mbak" jawabnya.

Kara mengeluarkan beberapa lembar sisa uang tadi. Namun, sisanya tinggal 200 ribu.

"Calm down Ra" batin Kara

"Mbak tapi uang saya hanya 200 ribu, gimana dong? Di kurangin bisa gak?" Kara menawar, meskipun Kara tau bahwa ini bukan pasar yang bisa saling tawar-menawar.

"Maaf mbak itu sudah harga yang pas"

Kara tidak tau harus berbuat apalagi, masa iya dirinya harus pulang lalu kembali lagi ke toko ini? Itu akan membuat Kara masuk UGD mengingat dirinya hanya datang dengan sepeda.

"Ini mbak 250 ribu, saya yang bayar barang ini" suara serak itu membuat Kara melongok.

"Makasih mas" ucap penjaga kasir itu.

"Nih, lo kira ini pasar yang bisa di tawar-tawar" ketus Defan menyodorkan kantongan bibit yang Kara beli.

Kara menghela napas berat, lalu mengambil kantongan dari tangan Defan "makasih" ucap Kara singkat.

"Enak aja itu gak gratis yah, di bayar" Defan berbisik dan Kara bisa merasakan hembusan napas yang menderu di telinganya.

"Yaudah ini 200 ribu dulu yah, nanti 50nya nyusul" kata Kara polos lalu berjalan keluar toko.

"Dasar cewek polos" batin Defan

Defan tertawa kecil menatap punggung mungil Kara.

Saat Kara bersiap untuk menggayuh sepedanya tiba-tiba Defan memanggil.

"Kara tunggu" teriaknya.

Kara menarik napas pelan "kan saya sudah bilang 50nya tuh nyusul" cibir Kara.

"Gue bukan mau nagih, jangan Geer lo" jeda "nih, uangnya gue kembalikan tadi gue becanda kok, hitung-hitung buat balas budi karna lo udah obatin luka gue" jelasnya sambil mengembalikan uang Kara.

"Ternyata macan SMAN 8 juga bisa berterima kasih" Kara berbisik.

"Lo ngomong apa?"

"Gak kok, eh btw makasih yah sering-sering kayak gini yak hahah" setelah mengatakan itu Kara pergi sambil tertawa.

Tanpa sadar Defan juga tertawa melihat ketua kelas sekaligus guru "privatnya" nanti.

Entah sejak kapan Kara bisa berani ngomong banyak sama Defan. Secarakan Defan tidak pernah betah tinggal lama-lama di kelas.
****
Jangan lupa vote+komen

Makasih dan Maaf😘

Did My Heart Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang