Kata orang "tempat dimana ada orang yang memikirkan mu maka, disitulah tempat kamu pulang"
-Did My Heart Love?-
"Kak Jia harusnya tidak usah terlalu capek ngurusin toko" tukas Kara pada Jia yang masih terbaring
Mendengar itu Jia merasa dirinya ini seperti anak kecil saja
Kemudian, Jia tersenyum"Cantik banget" Bukannya mengiyakan omelan Kara malah mengalihkan pembicaraan
Emang sih baju Kara tidak pas untuk dipakai ke rumah sakit
Kara hanya tersenyum kikuk
"Kamu abis dinner yah sama Defan?" Tanya Jia
Kata-kata Jia barusan berhasil membuat Kara tersedak dengan ludahnya sendiri
"Harusnya sih begitu tapi, gagal total kak" batin Kara
"Oh bukan, bukan kok" jeda "tadi aku ada janji sama keluarga mama tadi, acara keluarga gitu kak" ucap Kara berbohong
"Oh gitu"
"Iya Kak" jeda "hmm aku ke apotek dulu yah, mau tebus resep yang dikasih dokter tadi" ucap Kara terburu-buru sebelum Jia mengeluarkan pertanyaan yang lebih dahsyat lagi
Dengan langkah yang tergesah-gesah akhirnya Kara berhasil keluar dari kamar Jia
Sembari mengatur napasnya, Kara terus berjalan mencari keberadaan apotek rumah sakit ini
Tiba-tiba saja ada yang berhasil mengambil perhatian Kara dan menghentikan langkahnya didepan Kamar nomor 104
Pandangan Kara mendapati seorang pria dan perempuan yang tampaknya sedang sakit parah
Hati Kara tersentuh saat melihat keduanya, benar-benar pasangan yang romantis
Eh tiba-tiba pria itu mendekatkan wajahnya pada perempuan itu
Deg
"Astaga mereka ciuman!" Kara menjerit dalam hatinya
"Aduh! Kok aku yang degdegan yah, cowoknya romantis banget" puji Kara dalam hati"Kenapa aku malah nonton mereka sih?" Kara bermonolog
Lalu, berniat melanjutkan langkahnya namun harus terhenti lagi karna, sesuatu
Pria itu berdiri dan berniat meninggalkan perempuan itu tampaklah wajah pria itu
"Defan?" Ucap Kara dalam hati di tambah rasa tidak percaya
Saat Defan ingin keluar dari ruangan itu dengan sigap Kara bersembunyi di balik dinding yang cukup besar
Kara menutup rapat mulutnya agar tidak bersuara
Mulutnya tetap diam namun, matanya terus mengeluarkan air mata
Dengan senyuman yang pahit Kara menatap punggung Defan yang sudah semakin jauh
Seakan tidak tahan lagi akhirnya Kara memilih untuk duduk sejenak di ruang tunggu yang kebetulan tak jauh dari posisinya tadi
Kara mengusap-ngusap wajahnya dengan penuh air mata
"Uhukk.. siapa yang akan menjelaskan ini? Tamara? Tidak bukan dia pelakunya untuk kali ini"
"Kinara? Tidak bukan dia juga karna, dia sudah bahagia di Jerman"
"Lalu? Siapa?" Teriak Kara dalam Hati
Kara menepis air matanya dengan gusar dan cepat
"Kalau Azka liat dia pasti akan jauh lebih sakit" jeda "jadi, hati? Tolong mengerti jangan merasa sakit" ucap Kara dalam hati berusaha menguatkan dirinya sendiri
KAMU SEDANG MEMBACA
Did My Heart Love?
Fiksi RemajaKamu hanya perlu sedikit memahami apa itu definisi cinta maka, kamu tidak akan pernah merasakan yang namanya "Patah Hati" Karna, kebanyakan manusia hanya bisa merasakan cinta namun, tidak bisa memahami👌🏻