Bagian 25

64 2 0
                                    

Cewek tidak butuh kata-kata manis tapi, butuh sikap.
-Did My Heart Love?-

Perempuan itu tampak serius dengan benda kotak yang ada di pangkuannya.

Jarinya dengan lihai mengetik kata perkata sambil sesekali bersenandung.

Angin yang berhembus tak henti-hentinya menganggu rambut panjangnya namun, dengan sigap dirinya menyelipkan rambutnya ke belakang telinga.

Seketika, langkah kaki yang terdengar dari belakang perempuan itu namun, dirinya tak peduli.

Suara langkah kaki itu milik pria yang kini sudah duduk tepat di samping perempuan itu seraya memberikan senyum manisnya.

"Ternyata laptop itu, jago juga ambil perhatian pacar aku ini" jeda "ah aku cemburu" ejek pria itu sembari tertawa kecil

Perempuan yang mendengar perkataan itu langsung saja berdecak sambil terkekeh "apa sih def" katanya namun, pandangannya tetap tertuju pada layar putih yang ada di hadapannya

"Kara, liat aku napa" gerutu Defan

"Kenapa?" dengan sigap Kara menoleh dan menatap Defan dengan lembut

Senyum Defan seketika mengambang "love you"

"Dih apaan sih" tukas Kara sedikit menahan malu

"Balas dong" timpal Defan dengan nada merayu

Bukannya menjawab Kara malah menutup laptopnya dan bangkit pergi dari rooftop sekolah

"Ehh mau kemana?" kata Defan seraya mengejar Kara

"Mau ke kelas" jawab Kara tanpa melihat ke arah Defan

Dan dengan sigap Defan mengejar Kara yang sudah cukup jauh

Kini mereka sudah tak lagi kejar-kejaran melainkan berjalan berdampingan menyusuri koridor sekolah

"Pulang sekolah kita jalan yah?" ucap Defan

"Gak bisa def, hari ini aku harus antar bunga"

Defan menghela napas kecewa "hm yaudah lain kali aja"

"Iya"

Kemudian, Defan mengambil tangan Kara dan berhasil membuat Kara terlonjak kaget

Jantung Kara kembali tidak stabil dan berpacu dua kali lebih cepat
Kara menatap Defan yang kini memasang muka sok ganteng. Yah emang ganteng sih-__-

Dengan gerakan yang kikuk Kara melirik kearah dimana tangannya dan tangan Defan bertautan

Namun, tampaknya Defan biasa saja dan terus berjalan
Tanpa disadari Kara tersenyum manis

***

Tidak terasa waktu terlalu cepat berlalu, kini semua murid SMA 08 sudah pulang

Namun, ada beberapa murid lebih memilih untuk tinggal sampai beberapa jam lagi, pasalnya hujan deras yang menjadi alasan mereka untuk tinggal lebih lama lagi di sekolah

Hal yang sama juga dilakukan oleh Defan, Kara dan obat nyamuk dadakan, Ataya.

"Aduh sampai kapan lagi ya Allah hamba mu ini melakukan zina mata?"  seperti itulah doa yang dikeluarkan oleh Ataya saat berada disamping Defan dan Kara

Dan jujur itu adalah doa yang kesekian kalinya yang Ataya ucapkan namun, tak dikabulkan

"Apaan sih lo sirik aja" cibir Defan

Ataya melototkan matanya sebagai suatu tanda perlawanan ke Defan

Hening
Tak ada lagi keributan.
Ataya akhirnya pasrah dan memilih untuk menyudahi doa-doanya

Detik selanjutnya ternyata Allah masih sayang sama Ataya, pasalnya supir kesayangan Ataya sudah datang dan menjemputnya memakai payung

Ataya menghela napas legah "Alhamdulillah, akhirnya doi sejati datang" jeda "Kara aku duluan yah, dahh" ucap Ataya seraya ikut meneduh dibawah payung yang dipegang oleh supirnya

"Iya kamu hati-hati yah" jawab Kara sambil tersenyum

"Ya sudah kita juga pulang" ucap Kara

Defan menoleh kearah Kara "ini masih hujan sayang"

Kara melirik jam tangan miliknya dan terlihat sedikit cemas

"Tapi, aku kan harus antar bunga" jeda "nanti pelanggan aku malah kecewa lagi bunganya telat diantar"

Defan diam sejenak dan berpikir bagaimana supaya Kara bisa pulang saat ini juga tanpa harus basah-basahan

Seolah dapat pencerahan dari Tuhan Defan akhirnya menelpon seseorang entah itu siapa namun, tak lama setelah dirinya menelpon ada sebuah taxi juga yang terhenti tepat di depan gerbang sekolah

"Kamu pulang naik itu yah" kata Defan sembari melepas seragam sekolahnya dan hanya tersisa kaos putih saja

"Kamu yang pesan taxi itu?" tanya Kara heran

"Iya"

"Tunggu! Kamu gimana?" tanya Kara lagi

"Aku kan bisa langsung pulang" jawab Defan

Kara mengerutkan keningnya dan terlihat sangat bingung

"Sudah jangan terlalu lama mikirnya" ucap Defan sembari merangkul Kara dan menutup kepala Kara menggunakan baju seragam yang tadi dilepaskannya

Tak lupa juga Defan membukakan pintu taxi itu untuk Kara

Saat Kara duduk di bangku penumpang Kara memegang tangan Defan

"Kamu ikut aja, kita sama-sama naik taxi" kata Kara samara-samar

"Gak bisa, aku gak mau simpan doi aku di sekolah" jeda "nanti biar aku langsung pulang saja" jawab Defan yang sudah setengah basah

"Nanti kamu sakit" kata Kara yang tampak cemas

"Tidak akan" jeda "kamu hati-hati yah" jawab Defan sambil mencium kening Kara lalu, menutup pintu mobil taxi

Kara memunculkan setengah wajahnya dari balik kaca mobil sambil tersenyum simpul ke arah punggung Defan yang sedang menuju ke motor kesayangannya

Tidak butuh waktu lama akhirnya Kara sampai juga di toko Alexa

Setelah mengucapkan terima kasih pada supir taxi, Akhirnya Kara bisa bernapas legah

Baru saja Kara ingin melangkahkan kakinya tiba-tiba Kara melihat bayangan Defan yang tersenyum dari balik kaca pintu toko namun, saat Kara melihat kebelakang Defan tidak ada. Mungkin saja dirinya sedang halu

Saat masuk ke dalam toko Kara terkejut akan kehadiran Azka saat ini
Entah kenapa Kara jadi canggung berhadapan dengan Azka

Kara tersenyum kikuk kepada Azka sedang Azka hanya tersenyum tipis namun, itu sedikit membuat Kara tenang.

Kara menghampiri Azka yang berada di sofa toko dan ikut duduk

"Maaf soal malam itu" ucap Kara pelan

Azka tidak memberikan respon

"Aku tau aku yang salah, kalau kamu mau marah marahin aku aja jangan diam kayak gini" jeda "ini jauh lebih menyakitkan ketimbang di marahin" jelas Kara yang sangat merasa bersalah

Sepertinya perkataan Kara tadi berhasil membuat Azka luluh kemudian, merespon Kara "iya gak papa kok"

Kara menghela napas saat mendengar jawaban singkat Azka namun, tak apa setidaknya Azka mau menjawabnya

"Oh iya, kamu sudah lama disini?" jeda "ngapain?" ucap Kara berusaha mencairkan suasana yang canggung

"Aku habis antar orderan tadi" jeda "ini baru mau pulang" jawab Azka

Kara merasa saat ini dirinya sedang berbicara dengan orang lain

"Tapi diluar huj--" ucapan Kara terpotong saat pandangannya sudah mendapati Azka sedang menerobos hujan menggunakan motornya

Kara menggigit bibir atasnya berusaha menahan air matanya tapi, hasilnya nihil karna air matanya kini sudah membasahi kedua pipinya

Namun, dengan sigap Kara menyekanya
***
Jangan lupa vote+komen yah

Makasih😍

Did My Heart Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang