Bagian 55

42 4 0
                                    

Kadang kita tidak pernah menyadari bahwa waktu berlalu terlalu cepat
Bahkan kita tidak bisa mengingat kapan kita mengalami kesedihan, kebahagiaan, rasa takut, jatuh cinta, patah hati.

Semua bagaikan angin yang berhembus yang tak kasat mata namun, dapat dirasakan

Sudah 3 bulan lamanya, Kara menetap di Woodland_Singapura. Menjalankan tugas yang diamanahkan oleh pihak rumah sakit

Keadaan Karel sekarang juga semakin membaik dan kadang tak perlu lagi menggunakan kursi roda

00:12

Drrtt..drrtt

Ponsel Kara berdering saat dirinya masih larut dalam mimpi yang terlihat abu-abu

Dan segara Kara bangkit dan menjawab telpon tersebut

"Ya? Halo?"

"...."

Prakk

Seketika ponsel yang Kara genggam jatuh berserakan dilantai
Namun, Kara tidak peduli akan hal itu

Dan tampaknya penjelasan seseorang dari sebrang sana jauh lebih mengambil perhatian Kara

Perlahan bulir air mata Kara berjatuhan secara bertubi-tubi

Seperti ada yang menusuk hati Kara, sepertinya perasaan luka yang sudah lama ia kubur kini, kembali dan menggoreskan luka baru lagi

Kara terus menjerit tanpa suara, takut mengganggu orang rumah

Detik selanjutnya, ketukan pintu yang terdengar dan disusul oleh suara berat milik Karel

"Dokter?" Tukasnya "lo ada di dalam kan? Gue masuk yah" sambungnya

Namun, Kara acuh saja dan terus menangis

Muncul lah Karel dari balik pintu

Saat mendapati wajah sedih Kara, Karel langsung menghampiri Kara dengan rasa khawatir

"Lo kenapa?" Tanya Karel

"Aku harus pulang ke Indonesia Rel" jawab Kara tanpa basa-basi

"Lo rindu sama keluarga lo?" Tanyanya lagi

Kara menggeleng cepat "bukan"

"Lalu?"

"Defan kecelakaan Rel" jeda "gue harus pulang" jelas Kara dan semakin membuatnya menangis

"Defan? Cowok yang pernah kamu ceritain waktu itu?" Tanya Karel masih penasaran

"Iya rel" jeda "aku akan pulang sekarang" tukas Kara seraya bangkit dari tempat tidur dan mengambil koper lalu, menyusun bajunya dengan buru-buru

"Tapi, tidak ada tiket jam segini" tukas Karel

"Bagaimanapun juga aku harus tetap pulang" balas Kara yang kini masuk dalam kamar mandi

10 menit kemudian, Kara sudah rapi dan rupanya Karel masih setia menunggu di pinggir kasur

"Dok, gak ada penerbangan di larut malam begini" tukas Karel berusaha menahan Kara pergi

"Gak!! Aku akan pulang!! NOW!" Jeda "dan kamu pasti ngerti gimana perasaan aku saat tau Defan kecelakaan maka, dari itu tolong bantu aku" timpal Kara yang tangisnya semakin pecah

Jujur Karel paling tidak tega jika menyangkut dengan air mata seorang wanita

Karel menghela napas "baiklah, kita akan ke Indonesia dengan jet pribadi keluarga gue" tukas Karel

Kara menoleh seraya menepis air matanya "kita? What do you mean?" Tanya Kara

"Iya, kalau lo mau balik menggunakan jet pribadi gue" jeda "yang punya juga harus ada dong" timpal Karel begitu percaya diri

Did My Heart Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang