Bagian 15

82 2 0
                                    

Andri, Alexa dan Karamel sedang makan bersama di rumah.
Sudah lama Kara tidak makan bersama Andri ayahnya.
Berhubung Andri memang selalu sibuk dengan toko rotinya itu.

Alexa tengah sibuk menuangkan nasi beserta lauk kepada Andri sementara Kara mengambil makanannya sendiri.

Hening.
Begitulah suasana makan malam keluarga Karamel.

"Ra? sekolah kamu bagaimana?" Andri membuka pembicaraan.

Kara menghentikan aktivitasnya lalu, menoleh ke arah Andri.

"Baik kok pa" jawab Kara.

Andri mengangguk paham.
***
07:00

"Ma Kara pergi yah, assalamualaikum" pamit Kara kepada Alexa.

"Iya walaikumsalam, kamu hati-hati yah Ara jangan ngebut bawa sepedanya" teriak Alexa dari halaman belakang yang tengah sibuk memilah pupuk untuk bunganya nanti.

Kara yang mendengar jawaban Alexa langsung saja melangkahkan kakinya keluar rumah.
Langkah kakinya terhenti saat berada di ambang pintu, Kara melihat sosok pria yang kemarin bersamanya.

"Kenapa dia datang sepagi ini?" Kara bermonolog.
Kemudian, Kara menghampirinya.

"Kamu ngapain kesini?" tanya Kara.

"Jemput kamulah" jawab pria itu.

"Defan aku tuh pergi pulang sekolah itu naik sepeda jadi, kami gak usah repot-repot yah" timpal Kara.

Defan menautkan kedua alisnya.
"Siapa yang repot? Niat aku baik kok dan kebetulan aja aku dari toko bunga kamu, daripada mutar balik lagi mending jemput kamu" jelas Defan.

Kara terdiam sambil terus menatap Defan yang wajahnya terlihat silau akibat sinar matahari.

"Lah pakai acara bengong lagi" jeda "ayo buruan nanti kalau kita telat gimana? Yah, kalau aku sih gak masalah yang masalah itu nanti prioritas kamu sebagai siswi terpin-" ucapan Defan terpotong.

"Iyaiya udah ngoceh mulu" ketus Kara sembari naik ke atas motor Defan.

"Terpintar jadi rusak" lanjut Defan sedikit berbisik sambil senyum-senyum.

Dan Kara mendengar itu, detik selanjutnya Kara tersenyum simpul.

Hanya butuh 10 menit, mereka akhirnya tiba di sekolah.

Di parkiran Kara benar-benar risih dengan tatapan sinis murid yang lain, terutama murid perempuan tatapannya seakan ingin menerkam Kara saat itu juga.

Kara menghela napas pelan lalu, berjalan dengan cepat.
Langkah Kara terhenti.

"Eh masuknya barengan dong, udah di jemput juga" cibir Defan yang menggenggam pergelangan tangan Kara.

Kara balik badan "gak ada yang suruh kamu untuk jemput kan? Wlee" tukas Kara dengan nada mengejek lalu, terus berjalan tanpa peduli ocehan Defan.

Defan terkekeh dan terus menatap punggung Kara yang semakin jauh dari pandangannya.

=Di Kelas=

"Aku dengar kamu ke sekolah bareng Defan yah?" tanya Ataya sedikit beribisik kepada Kara.

Setenar itukah seorang Defano Winata, belum cukup satu hari saja ini sudah menjadi gosip untuk satu sekolah.

Kara menoleh ke arah Ataya.
"Iya emang kenapa?" jawab Kara.

"Rasanya gimana tuh? Duduk di motor Defan?" tanya Ataya lagi.

"Kamu kira aku tidak pernah naik motor yah? Oh atau tempat duduk motornya Defan berlapis emas?" Kara berdecak "rasanya tuh biasa aja Aya" sambung Kara.

Ataya tertawa geli melihat respon sahabatnya ini.
Kara mengendus kesal.

Kara berbalik ke arah tempat duduk Defan.
Defan tampak serius dengan buku tulisnya itu, detik selanjutnya Kara mencolek punggung Kinara yang saat ini juga sibuk menulis.

Tidak lama Kinara berbalik.
"Kenapa?"

"Aku boleh pinjam tip-" ucapan Kara terpotong.

"Gak aku gak punya!" respon Kinara begitu ketus.

Kara tampak bingung melihat sahabatnya seperti ini. Tidak seperti biasanya.

Kemudian, Kara menoleh ke arah Ataya yang kebetulan saat itu juga mendengar jawaban Kinara saat ditanya oleh Kara.

"Perasaan aku belum bilang mau pinjam apa" bisik Kara kepada Ataya.

"Lagi pms kali" jawab Ataya sedikit berbisik.

Kara tersenyum kecut.

-Did My Heart Love?-

"Gak def! Gak, aku bisa naik bis untuk pulang kok" jeda "jadi, aku mohon sama kamu jangan paksa aku yah?" setidaknya seperti itulah permohonan Kara saat Defan menahan dirinya untuk pulang bersama.

Defan berdecak "pliss untuk hari ini saja" jeda "sombong banget jadi cewek" sambung Defan.

Yang semula pandangannya ke arah gerbang kini menoleh ke Defan "tapi Def ak-" ucapannya terpotong.

"Ngoceh mulu, ayo!" ini sudah lebih ke pemaksaan-_-

Kara hanya mengendus kesal saat lengannya sudah di tarik paksa oleh Defan.

Hening.
Diperjalanan hanya ada keheningan diantara mereka berdua.

Kara yang menyadari kalau saja ini bukan jalan untuk menuju ke rumahnya langsung memukul bahu Defan agak keras.

"Ini tuh bukan jalan untuk ke rumah aku" ucap Kara sedikit berteriak agar Defan mendengarnya.

"Siapa bilang kita langsung pulang?" jawab Defan samar-samar akibat kaca helm.

Kara menautkan kedua alisnya.
Dan terdiam, ikuti saja apa maunya Defan.

Sampailah mereka ke sebuah tempat, dimana tempat itu terdapat sebuah rumah kecil yang bertengker rapi di atas pohon yang cukup rindang. Orang-orang biasa menyebutnya dengan rumah pohon.

Sejuk.
Tenang.
Damai.
Seperti itulah yang Kara rasakan saat berada disini.

"Ini tempat apa Def?" tanya Kara penasaran sembari menghampiri Defan yang sedang bersandar di bawah pohon.

"Tempat pelarian aku" jeda "dan kamu adalah orang yang pertama aku ajak kesini" jawab Defan, detik selanjutnya Defan menaiki papan kayu itu yang notabennya sebagai penghubung untuk bisa naik.

Kara hanya terdiam dan mendongak melihat Defan yang semakin tinggi saja.

"Woi ngapa diam aja di bawah, ayo naik" teriak Defan dari atas rumah kecil itu.

Kara mengendus kesal, dan menuruti perintah Defan.

"Wow!" bisik Kara sambil berjalan kecil di rumah yang bernuansa kayu.

Ada gitar, beberapa foto, mading, dan satu lagi ada sofa kecil juga disini.
Kara tertarik dengan beberapa pajangan foto yang terdapat dua anak-anak laki-laki yang satunya berusia 10 tahun dan satunya lagi berusia 8 tahun.

"Jadi, ini adik tiri kamu?" tanya Kara sembari menoleh ke arah Defan Yang sibuk memainkan asal gitarnya.

Detik selanjutnya Defan melihat ke arah Kara sambil mengangguk yang berarti "iya"

Kara ikut mengangguk. Kemudian, Kara beralih posisi yang semulanya berdiri jadi duduk di samping Defan.

"Kamu yang bikin semua ini?" entah kenapa hari ini Kara menjadi begitu sangat penasaran.

"Rumah kecil ini hadiah ulang tahun aku, waktu pas umur 8 tahun. Ibu aku yang kasih" jeas Defan.

"Oh gitu yah"

"Iya"
***
Kayaknya kepanjangan yak? Tapi, yasudahlah namanya juga lagi banyak ide wkwkw.
Jangan bosan-bosan yak untuk kasih vote+komennya😍

Did My Heart Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang