Bagian 57

84 4 0
                                    

Angin yang berhembus saat ini menambah ketegangan suasana kedua perempuan yang tengah berdiri berdampingan diluasnya rooftop rumah sakit

Hening

Hanya ada suara angin diantara mereka

Kemudian, Luna buka suara lalu menatap Kara

"Pertama aku mau bilang maaf sama kamu" jeda "maaf karna aku tidak begitu dewasa dalam menyikapi masalah ini" ucap Luna dengan satu tarikan napas

Kara masih terdiam seakan menunggu kelanjutannya

"Rangga adalah cinta pertama aku, dan rasanya begitu sakit saat mengetahui dia sudah menikah dengan perempuan lain, sampai aku tidak bisa mengendalikan diri aku sendiri dan saat aku kehilangan harapan, Defan datang dan membuat aku punya harapan lagi meski aku tau kalau dia hanya mengasihani aku tapi, itu sudah lebih dari cukup" jeda "sampai hari dimana aku mendengar semuanya dan tau kalau Defan punya kekasih yang begitu dia cintai, saat itu juga aku berusaha untuk menahan diri sampai aku ketemu langsung dengan kamu. Awalnya aku akan belajar mencintai Defan dan membuatnya mencintai aku juga tapi, saat melihat dan mendengar kata-kata kamu semalam itu membuat aku merasa seperti seorang pengecut yang hanya tau merusak kebahagiaan orang yang saling mencintai. Sekarang aku akan membuat warna hidup aku sendiri seperti yang kamu katakan semalam, aku tidak akan merebut warna hidup orang lain jadi, aku akan pergi dari kehidupan kalian berdua dan mencari laki-laki yang benar-benar mencintai aku" jelas Luna dengan diiringi air mata

Mendengar semuanya,Kara lalu tertawa miris dan menatap Luna yang juga sedang menatapnya

Kara menghela napas "yah, kadang cinta yang selalu membuat kita menjadi manusia yang paling menyedihkan dan menjadi manusia paling bahagia, bagaimanapun keduanya tetap berdampingan, tinggal bagaimananya kita memahami keduanya" jeda "aku harap setelah semua ini selesai, aku, Defan, Kamu, Rangga, Tamara bisa hidup bahagia dan tidak ada lagi yang saling menyakiti, aku juga minta maaf karna terlalu emosi sama kamu semalam" ujar Kara tulus meski masih ada rasa khawatir pada Defan yang sampai saat ini masih belum sadar dari komanya

Luna tersenyum setelah mendengar balasan dari Kara

Luna pikir semuanya tidak akan baik tapi, ternyata Kara adalah perempuan yang dewasa dan bisa bersikap bijak dalam masalah ini meski Luna tau kalau dia hati Kara masih ada rasa takut

"Aku akan selalu berdoa untuk kebahagiaan kalian bedua" jeda "aku akan ke Jerman 2 jam lagi untuk melanjutkan pengobatan jadi, aku mau kamu jaga Defan baik-baik, dia adalah laki-laki yang sangat baik selain itu, dia juga rela memberikan seluruh hatinya untuk kamu" kata-kata terakhir Luna berhasil membuat Kara tertawa garing

"Tidak seluruhnya, sebagian dia berikan untuk mamanya" timpal Kara seraya tersenyum manis

Kali ini Luna yang tertawa garing

Detik selanjutnya, suara serak yang mengisi keduanya

"Dokter Kara! Defan sudah sadar!" Tukas laki-laki itu yang berada diambang pintu rooftop

Dan itu membuat Kara dan Luna hampir bersamaan berbalik ke sumber suara

Seketika senyum Kara mengambang, ada rasa terharu juga setelah mendengarnya lalu, Kara berlari dan melewati laki-laki itu

Sepanjang koridor, Kara terus berlari sembari menepis air mata bahagianya

Kamar 108

Ada dua orang berbaju putih tulang yang tengah berdiri dihadapan pasien

Sebelum menghampirinya, Kara menepis sisa air matanya terlebih dulu

Lalu, saat pandangannya beradu dengan mata Defan tak di sangka itu kembali mengundang air mata Kara

Tapi, kali ini adalah air mata kebahagiaan

Saat ini Kara sudah mendekap Defan sangat erat dan Defan hanya memasang wajah kebingungan

"Kamu siapa?" Tukas Defan yang berhasil membuat Kara melepaskan dekapannya

"Aku Kara.." ucapannya terpotong

Gengsi

Itu yang ada dalam hati Kara pasalnya, Kara sudah memutuskan hubungannya dengan Defan

Beberapa kali Kara menelan ludahnya sendiri sembari tarik napas pelan

Suasananya pun sangat canggung, terlebih lagi kedua dokter tadi sudah meninggalkan mereka berdua

"Kamu siapa?" Tanya Defan lagi

"Hm aku Kara" jawab Kara seadanya

"Astaga ujian apa lagi ini? Defan amnesia?" Ringis Kara dalam hati

"Kara siapa?" Tanya Defan

"Pacar kamu? Ah tidak, itu namanya aku sudah menjilat ludah aku sendiri" batin Kara

"Aku Kara teman SMA kamu dulu" yap itu yang logis untuk menjadi alasan

"Aku tidak pernah punya teman yang namanya Kara" timpal Defan masih bingung

"Ahh biarpun dia amnesia, dia tetap nyebelin" gerutu Kara dalam hati

"Ng-- kamu kan baru sadar mungkin saja kamu masih belum ingat" jawab Kara

"Yang aku tau, Kara yang ada dalam hidup aku itu adalah calon istri aku" tukas Defan dan membuat Kara membulatkan matanya

"WHAT? amnesia macam apa ini?" Ucap Kara refleks

Rupanya kata-kata Kara barusan berhasil membuat Defan tertawa renyah

Kara menautkan kedua alisnya, kini Kara yang terlihat bingung

"Dia cuman amnesiakan bukan sakit jiwa?" Kara menduga-duga dalam hati

"Emang lucu yah?" Tanya Kara

Defan menggeleng "gak kok" jeda "sini peluk aku lagi" ujar Defan seraya melebarkan kedua tangannya

Dan itu membuat Kara tambah bingung lagi

"Apaan sih ini? Tadi gak ingat sekarang minta dipeluk" gerutu Kara

"Udah sini, bawel banget sih" timpal Defan sembari menarik paksa pergelangan tangan Kara hingga jatuh dalam pelukannya

Senyum Kara kembali mengambang

"Aku tidak lupa kok siapa kamu" jeda "cuman mau nge-test aja, eh taunya gengsi perempuan itu benar-benar tinggi. Itu sangat menyebalkan" kini Defan yang ngomel

Seketika Kara mengendus kesal lalu, melepas pelukannya

"Keterlaluan banget sih! Jadi tadi kamu cuman pura-pura aja?" Kesal Kara

"Yah maaf" tukas Defan sambil memasang wajah kasian

Melihat itu, Kara menjadi tidak tega dan memaafkan Defan

"Iya dimaafkan" jawab Kara seraya duduk disamping Defan
"Aku minta maaf soal kejadian hari itu" sambung Kara

"Kenapa minta maaf?" Tanya Defan

"Karna aku sudah bicara kasar sama kamu, pasti sekarang kamu dendamkan sama aku?" Ucap Kara menyesal

"Hahahaha gaklah, toh aku juga ini terlalu egois dan tidak bisa liat perasaan kamu" jeda "harusnya aku yang minta maaf" jelas Defan begitu tulus

"Aku janji tidak akan pernah meninggalkan kamu lagi, aku sayang kamu" sambung Defan seraya menarik Kara dalam pelukannya
***
Jangan lupa vote+komen yah❣️
Di epilog nanti bakal ada foto-foto  mereka jadi, terus baca yah💞👌🏻

Did My Heart Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang