Tidak di ketahui: hei
Kara mengerutkan keningnya saat membaca pesan singkat yang tidak tau siapa pengirimnya.
Karamel: maaf? Siapa yah?
Tidak lama hpnya kembali bergetar.
Tidak diketahui: yailahh ini Defan
Belum sempat Kara membalasnya 1 pesan dari Defan pun masuk.
Tidak diketahui: jangan lupa save nomor gue yah.
Kara tersenyum simpul
Karamel: iyaiya.
**
Kara berjalan menelusuri tiap-tiap lorong seraya meilhat-lihat ke arah rak yang di penuhi oleh berbagai macam buku.Sekarang Kara sedang mencari kamus bahasa Jerman di toko buku.
Saat kamus itu sudah di lihatnya langsung saja Kara mengambilnya dan ke kasir untuk membayarnya."Semuanya 125 ribu" kata penjaga kasir itu sembari mengantongi kamus tersebut.
Kara membuka tas sekolahnya, berniat untuk mengambil uang yang berada di dompetnya. Namun, dompet yang di carinya itu tidak ada di dalam tas.
Kara menepuk jidatnya, mengingat kalau saja dompetnya berada di tas yang satunya lagi, Kara lupa memindahkannya.Kara meringis dalam hati, bagaimana bisa dirinya sampai lupa. Dia bukan orang kaya yang bisa membayar dengan menggunakan debit. Mengingat dirinya ini hanya memakai sepeda kesini, dia tidak mungkin pulang lalu kembali lagi.
Penjaga kasir yang sudah lama menunggu akhirnya angkat bicara "maaf mbak ini jadi diambil?"
"Hmm gak ja-"ucapan Kara terpotong
"Ini mbak saya yang bayar" suara serak itu berasal dari samping Kara.
Kara menoleh ke sumber suara.
Kara melihat sosok pria yang berseragam sekolah tapi, seragam pria ini bukan dari sekolahnya.Wajah pria ini tidak asing untuk Kara liat, sebelumnya Kara sudah pernah ketemu dengan pria ini.
Kara terus menatap pria itu sembari terus mengingat siapa pria itu.
Kemudian, Kara mengingat kalau saja pria ini adalah temannya saat dirinya sedang ikut lomba sains di Bandung."Rangga?" ucap Kara mantap karna, dia tidak mungkin salah orang.
Pria itu tertawa pelan. "Haha gak nyangka kamu masih ingat sama aku" tukasnya seraya memberikan kantongan putih yang berisi kamus.
"Kamu kapan balik ke indonesia?" tanya Kara. "Btw makasih yah" sambungnya seraya mengangkat singkat kantongan yang ia pegang.
"Yaudah kamu ikut aku, kita cerita-cerita sudah lama gak cerita sama kamu" ajaknya.
"Tapi, aku bawa sepeda"
"Gak papa simpan situ aja nanti biar aku suruh orang untuk bawa ke rumah kamu"
Kara mengiyakannya sebagai tanda terima kasih juga.
Kini mereka sudah ada di cafe violet.
"Kamu kapan balik ke indonesia?" pertanyaan yang sama Kara tanyakan saat di toko buku tadi.
Rangga menyeruput kopinya, lalu menjawab "hmm 2 minggu yang lalu"
Kara mengangguk paham.
Rangga adalah peserta termuda saat mengikuti lomba sains di Bandung, meskipun usianya baru 15 tahun dia sudah menginjak kelas 12 sama dengan Kara saat ini, dapat Kara akui kecerdasannya.
"Ohiya kemarin aku ketemu sama Tika, kamu masih ingatkan teman sekamar kamu itu?"
Ah ya, Tika juga adalah teman Kara. Mereka kenal dan akrab saat Kara sekamar dengan Tika pas di asrama. Tika dan Rangga sama-sama bersekolah di SMA Garuda. Bisa di bilang mereka bertiga jadi sohib dulu pas di Bandung.
"Oh ya? Dia apa kabar?" jeda "kenapa gak kamu ajak dia kesini juga" Kara begitu antusias saat mendengar nama Tika temannya.
Rangga terkekeh melihat reaksi Kara.
"Katanya dia sibuk, sok sibuk sih lebih tepatnya haha" jawab Rangga.
Kara ikut tertawa.
"Eh btw kamu sudah punya pacar belum sih?" pertanyaan Rangga kali ini berhasil membuat Kara tersedak dengan minumannya sendiri.
Detik selanjutnya Kara terbahak-bahak "hahahaha pertanyaan macam apa itu?" jawab Kara sambil terus tertawa.
Kali ini Rangga yang ikut tertawa.
"Kalau kamu sendiri? Sudah punya pacar?"timpal Kara.
"Sudah dong tapi, lagi LDRan" jeda "biasa dia masih lanjut sekolah di Jerman" jawabnya.
"Dasar bocah hahah" ejek Kara.
"Ohiya, yang aku tau nih bukannya Tika naksir sama abang kamu yah?" sambung Kara."Haha Tika sampai cerita ke kamu?" jeda " iya tapi, yah gitu abang gue cuek aja"
"Iya Tika cerita sama aku, kamu bayangin aja hari terakhir lomba aku sama Tika gak tidur karna, ngomongin abang kamu hahah" jelas Kara yang membuat Rangga terbahak.
"Emang abang kamu itu seperti apa sih? Sampai-sampai Tika jadi klepek-klepek" tanya Kara.
"Haha kamu belum pernah ketemu sih, sekali nya kamu ketemu behh aku yakin deh kamu bakal jatuh cinta sama dia" timpal Rangga lebih seperti membanggakan abangnya itu.
"Wih parah hahhaa"
Di sela-sela candaan mereka tiba-tiba hp Kara bergetar.
Kara mengambil hpnya dari sakunya.Defan
Nama itu yang muncul di layar hp Kara.
"Ga bentar yah, aku angkat telpon dulu" kata Kara yang di balas anggukan dari Rangga.
"Ya halo?" jawab Kara.
"Lo dimana?"
"Lagi di Cafe? Kenapa?"
"Tadi gue rencananya mau ke rumah lo tapi, berhubung lo ada di luar jadi gue pikir gak usah deh" tukas Defan.
"Emang kamu mau ngapain? Kalau kamu mau belajar sekarang aku pulang deh"
"Bukan mau belajar" jeda "hmm tapi-"
"Apa?"
"Gue mau ajak lo jalan, eh lo jangan geer yah ini tuh sebagai tanda terima kasih gue ke lo"
Kara menjauhkan ponselnya lalu berbisik "dasar cowok gengsian"
Lalu mendekatkannya kembali."Oh"
"Kok lo jawab oh doang sih?"
Belum sempat Kara menjawab, Defan kembali mengoceh
"Ya sudah kalau gak mau, gue tutup yah dah" ketusnya.Kara tertawa melihat tingkah Defan.
Kara kembali masuk menemui Rangga."Eh maaf lama yah" kata Kara lalu kembali duduk.
"Gak papa"
"Oh iya Ga aku pulang yah, soalnya ada urusan lagi" pamit Kara kepada Rangga.
"Eh aku antar kamu yah"
"Gak usah aku pulang sendiri aja, kamu sudah banyak bantuin aku hari ini jadi, kamu gak usah repot-repot antar aku, ok?" seperti itulah ocehan Kara lalu bergegas keluar Cafe.
Rangga hanya tersenyum tersimpul melihat punggung perempuan itu.
**
Jangan lupa vote+komen😘🌈Makasih dan Maaf💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Did My Heart Love?
Teen FictionKamu hanya perlu sedikit memahami apa itu definisi cinta maka, kamu tidak akan pernah merasakan yang namanya "Patah Hati" Karna, kebanyakan manusia hanya bisa merasakan cinta namun, tidak bisa memahami👌🏻