Bagian 38

48 3 0
                                    

23:34
Karamel Alexandri yang masih setia duduk manis di atas balkon sembari menikmati angin kecil di malam hari

Kara terus membuat harapan-harapan pada dirinya untuk kedepan nanti

Semenjak orang tuanya pergi Kara selalu diam-diam menangis bila di malam hari. Seperti ada yang hilang sejak kepergian Alexa dan Andri

Suasana hangat bila makan malam bersama kini, hanya ada kekosongan yang Kara rasakan

Bulir air mata Kara masih terus berjatuhan ke pipinya, mungkin dia sedang merindukan orang tuanya disana

Namun, Kara masih harus terus menjalani kehidupannya walau seorang diri saja

Seketika, benda kecil yang ada disamping Kara berdering

Tidak di ketahui

"Halo? Maaf ini siapa yah?" Jawab Kara saat mengangkat telpon itu

"Hei ini aku Tamara, masih ingat aku kan?" Suara Tamara begitu semangat

"Oh Tamara yah?" Jeda "iya aku masih ingat kok, bagaimana dengan rasa pie berry itu?"

"Rasanya enak kok, keluarga tunangan aku juga suka"

"Syukur deh kalau suka"

"Eh besok aku bisakan main ke toko kamu?"

"Kenapa tidak? Boleh aja"

"Habisnya aku bosan di apartemen terus" jeda "gak ada yang bisa diajak jalan, eh maaf aku jadi curhat gini hehehe"

"Haha iya gak papa kok, lagian aku senang kamu main ke toko"

"Hehe makasih yah Kara"

"Iya sama-sama"

"Kalau gitu aku tutup yah, aku udah ngantuk nih mau tidur hehe"

"Iya Tamara"

Setelah menutup telpon dari Tamara, Kara kembali menatap bintang-bintang yang makin larut makin banyak dan bersinar terang

Ini sudah menjadi kebiasaan Kara setiap malamnya, karna menurutnya jika Kara menatap bintang yang terang itu dirinya seolah melihat orang tuanya sedang bahagia diatas sana
***
"Kara kamu di panggil pak Rudi di ruangannya" seru Silfy

Kara menoleh ke arah Silfy sembari mengingat kata-kata itulah yang mempertemukan dirinya dengan Defan

"Ohiya Fy" jawab Kara seraya pergi keluar kelas

Kara berjalan menyusuri koridor sampai akhirnya sampailah Kara di depan ruang guru

Tak lupa Kara mengetuk pintu dulu lalu, masuk ke dalam

Terlihat pak Rudi tampak sedang sibuk menyusun lembar-lembar kertas yang berada di mejanya

"Permisi pak, apa saya di panggil?" Ujar Kara saat berada di hadapan pak Rudi

Pak Rudi menoleh ke Kara "eh iya kamu duduk dulu, bapak mau susun ini dulu" perintah pak Rudi

"Apa bapak perlu bantuan?" Kata Kara memberi tawaran pada pak Rudi

"Tidak usah, ini juga sudah hampir selesai kok" tolak pak Rudi

"Baiklah pak" ujar Kara sembari meluncurkan pantatnya ke bangku yang ada di hadapan kursi kerja pak Rudi

Setelah beberapa menit akhirnya pak Rudi duduk tepat di hadapan Kara yang tengah duduk manis

"Begini Kara bapak panggil kamu kesini mau kasih kamu selamat?" Ucap pak Rudi

Did My Heart Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang