Bagian 43

46 2 0
                                    

"Kara!" Suara cempreng Ataya memasuki indra pendengaran Kara dan hasilnya Kara meringis dalam hati

Dapat Kara sadari bahwa kini Ataya sedang menghampirinya

"Kara maafin aku yah gak jenguk kamu kemarin" jeda "habisnya aku disuruh ikut beres-beres karna, sebentar akan ada tamu istimewa kata oma aku" celoteh Ataya

Kara menoleh ke arah Ataya sembari tersenyum "iya gak papa kok"

Ataya menghela napas ringan "itu apa?" Tanya Ataya saat melihat amplop putih yang berada di tangan Kara

Kara mengikuti pandangan mata Ataya lalu, menjawab "oh ini undangan beasiswa, aku lagi mau kasih ini ke pak Rudi" jawab Kara

Sedang Ataya melongok tak percaya
"Kamu dapat beasiswa dan kamu tidak cerita tentang itu ke aku?" Protes Ataya ngambek

"Bukan, aku juga baru taunya kemarin lalu kok" jeda "pas besoknya kan aku kecelakaan terus dirawat, mana sempat aku cerita Ataya" tukas Kara

"Yasudah deh aku mengerti" tukas Ataya lemas

Kara mencubit pipi Ataya pelan sembari tertawa manis "nah gitu dong, aku ke ruang guru dulu yah dah.." pamit Kara lalu, berlari kecil menyusuri tiap-tiap koridor

Ruang Guru

"Permisi pak" ucap Kara saat masuk

Pak Rudi menoleh kearah Kara

"Eh Kara, silahkan duduk" ujar pak Rudi

Kara menuruti perintah pak Rudi lalu, meluncurkan pantatnya ke kursi tersebut

"Jadi, bagaimana keputusan mu?" Tanya pak Rudi tanpa basa-basi

Kara terdiam sejenak

"Kalau kamu tidak bisa, beasiswa itu bisa di pindah tangankan juga pada siswa lain" sambung pak Rudi

Kara sudah memikirkan keputusannya matang-matang semalaman dan menurutnya ini yang terbaik

Kara menghela napas berat "maaf pak mungkin nanti tapi, untuk sekarang tidak dulu" tolak Kara dengan berat hati

Pak Rudi menaikkan sebelah alisnya "kenapa? Kesempatan itu hanya datang satu kali Kara"

"Iya pak saya tau tapi, saya masih harus menjalankan amanat orang tua saya pak" ujar Kara sedikit kecewa

Mengingat toko milik Andri sekarang juga sudah tidak ada lagi yang bisa menjaganya selain dirinya sendiri

Karna, suatu saat nanti Azka pasti akan menjalankan hidupnya bersama wanita pilihannya untuk mendampinginya dimasa depan

Dan tidak mungkin Kara akan terus bergantung pada Azka

"Baiklah bapak tidak akan memaksa kamu" ujar pak Rudi

"Maaf pak ini undangannya saya kembalikan" kata Kara lalu, menyimpan amplop putih di atas meja milik pak Rudi
"Saya permisi pak" pamit Kara lalu, keluar dari ruang guru

Pak Rudi hanya mengangguk sebagai jawaban

Saat Kara melangkahkan kakinya keluar tiba-tiba harus terhenti karna, di hentikan oleh pria yang cukup tinggi yang berada di hadapannya saat ini

Kara menengok dan menatap pria itu dengan tatapan terkejut
Matanya membulat dan itu membuat Kara terlihat lucu

"Kenapa kamu melakukan itu?" Ucap pria itu dingin

"Apa?" Tanya Kara tak kalah dinginnya juga

"Kamu menolak impian terbesar kamu hanya karna alasan yang tidak logis" tukas pria itu

"Apa pedulinya kamu?" Jeda "hidup ini punya pilihan dan ini pilihan aku" tegas Kara sedikit gugup

"Dasar batu!" Ketus pria itu

"Apa? Batu?" Kara mengulang perkataan pria itu lalu, memukulnya secara bertubi-tubi dan pergi meninggalkan pria itu

Pria itu hanya tertawa miris melihat Kara yang sudah mau meresponnya walau ucapan dan nada bicaranya masih ketus

Saat beberapa langkah Kara melihat pria itu yang cukup jauh di belakangnya dengan tatapan rindu
Begitu juga dengan pria itu
**
Sore ini Kara tidak diizinkan bekerja dulu dengan Azka maka dari itu Kara menghabiskan waktunya di atas balkon

Sembari menikmati coklat panas, Kara terus berpikir apakah dirinya harus pergi sekarang untuk meminta maaf kepada Defan atau tidak

"Coba aja mama masih ada disini pasti Kara tau apa yang harus Kara lakukan ma" batin Kara sembari menatap langit sore

Seolah mendapat jawaban dari Alexa, Kara akhirnya memutuskan untuk menemui Defan dan meminta maaf kepadanya

Dengan menggunakan bis Kara akhirnya bisa sampai dengan cepat ke rumah Defan

Awalnya langkah kaki Kara begitu berat untuk memasuki halamannya namun, Kara meyakinkan dirinya dan akhirnya masuk

Tepat di halaman rumah Defan, pandangan Kara melihat pintu mewah berwarna putih itu terbuka lebar

Kara acuh dan terus berjalan namun, samar-samar indra pendengaran Kara menangkap suara wanita dan pria sedang berbicara

"Def jangan tinggalkan aku yah?" Ucap wanita itu dengan isak tangis

"Iya, aku akan selalu menjaga kamu" lalu, suara serak itulah yang terdengar

Dengan rasa penasaran Kara akhirnya mendekat dan melihat kearah dalam

Seketika, Kara gemetar saat mendapati seorang wanita dan pria yang tidak asing lagi dilihatnya sedang berpelukan

Di dalam pelukan pria itu, wanitanya sedang menangis dan pria berusaha menguatkannya

Kara berusaha untuk tidak menangis namun, hasilnya nihil. Air matanya sudah sejak tadi jatuh bertubi-tubi

Untuk yang kedua kalinya Kara mengetahui kebenaran yang pahit seperti ini

Seakan tidak mau menganggu momen mereka berdua, Kara memutuskan untuk pergi dan mengurungkan niatnya untuk minta maaf

Saat ingin berlari

Prakk

Tak sengaja Kara menjatuhkan guci yang berada di sampingnya
Kara sangat terkejut namun, ia harus pergi dari sini

Sedang, pria dan wanita itu melepas satu sama lain pelukan mereka

"Def itu apa?" Tanya perempuan itu

"Mungkin hanya seekor kucing saja" jawab pria itu

Sementara, Kara terus berlari keluar dari kompleks ini sambil terus menangis

"Bodoh! Bagaimana bisa kamu percaya dengan semua yang di katakan Tamara!"

"Tidak ada perempuan yang ingin jika pria yang di cintainya pergi bersama dengan wanita lain!"

"Hanya orang-orang munafik yang mengatakan cinta tidak harus memiliki!"

"Sadarlah Kara, ini takdir mu dan takdir itu tidak akan pernah bisa diubah lagi!"

Kara terus membatin sampai akhirnya Kara sudah duduk manis di atas bis

Kara terus memperhatikan langit sore yang menjelang senja itu dari jendela bis yang ia naiki

Saat sampai di halte Kara pun turun namun, tidak langsung pulang melainkan Kara pergi ke dermaga yang tidak jauh dari halte tersebut

Disanalah Kara menenangkan dirinya sembari menikmati indahnya senja

Angin yang berhembus terus saja mengganggu rambut Kara namun, Kara menyukai hal itu

Detik selanjutnya, Hp Kara bergetar

1 pesan masuk

Tamara: Kara kapan kamu menemui Defan dan meminta maaf?"

Kara mengacuhkannya dan terus menikmati senja
**
Jangan lupa vote+komen yah🤗💕

Did My Heart Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang