Bagian 32

58 2 0
                                    

Melepaskan saat kau tidak ingin melakukannya adalah hal yang paling menyedihkan tapi, kamu tau apa yang lebih menyedihkan? Tidak siap untuk melepaskan tapi bagaimanapun harus tetap melepaskan

-Did My Heart love?-

Aroma khas tanah kini tercium akibat air yang turun dari langit
Begitu banyak orang-orang yang mengenakan pakaian hitam pekat dan tak lupa juga mereka memegang payung berwarna senada dengan pakaian mereka

Termasuk perempuan ini yang mengambil barisan paling depan
Di wajahnya banyak sekali bulir air mata yang bertubi-tubi dan tak mau berhenti

Pria yang berada disampingnya berusaha menenangkan perempuan itu

"Kenapa kalian pergi? Kalian tau sekarang aku benar-benar sendiri" perempuan itu melontarkan isi hatinya dan memeluk papan yang bertuliskan Alexa dan Andri itu

"Kamu harus kuat Ra" Pria itu memberi semangat

Perempuan itu tidak berkata-kata dan terus menangis

Kini seorang sahabat perempuannya yang menghampiri dirinya

"Kara kamu yang sabar yah" ucap sahabatnya sambil memeluk dirinya

"Makasih Ataya" lirik Kara dalam pelukan Ataya

Satu demi satu para pelayat melangkahkan kakinya beranjak pergi dan hanya tersisa tiga orang saja

Kara masih tidak ingin pulang, dirinya masih ingin menemani Alexa dan Andri disini

Hujan masih terus membasahi bumi tapi, itu tak menjadi gangguan untuk Kara tetap disini

"Kita pulang yah my princess" bujuk pria tadi

"Tidak Azka" jawab Kara parau

"Betul apa kata kak Azka, kita pulang yuk Ra" jeda "hujannya makin gede" ucap Ataya sedikit berteriak karna deru hujan

"Aku masih ingin disini" tolak Kara sambil terus menatap kedua kuburan yang ada di hadapannya

"Kalau kamu sedih seperti ini nanti tante Alexa sama om Andri juga ikutan sedih disana" ucap Azka

Kata-kata Azka barusan dapat mempengaruhi Kara dan akhirnya mau pulang

Senyum Azka dan Ataya mengambang saat Kara akhirnya mau pulang

Baru saja Kara, Azka, dan Ataya melangkahkan kakinya pergi tiba-tiba saja seorang pria dalam keadaan basah kuyup menghampiri mereka dan menatap Kara dengan tatapan sendu

"Kara aku turut berduka cita atas meninggalnya tante Alexa dan om Andri" jeda "soal kemarin aku benar-benar minta ma--" ucap pria itu terpotong karna, Kara terus berjalan melewatinya seakan tak mendengar apa-apa

Tapi, dengan genggaman pria itu langkah kaki Kara harus terhenti

"Kara tolong dengarin penjelasan aku dulu" ucap pria itu meyakinkan

Kara menepis genggaman pria itu dari pergelangan tangannya dan kembali berjalan berdampingan dengan Azka sementara, Ataya sedikit tertinggal di belakang

Pria itu masih mengejar Kara namun, kali ini Ataya yang menggenggam tangan pria itu

"Ini bukan waktu yang tepat untuk kamu jelaskan ke dia Def" jeda "jadi, kamu harus sedikit bersabar" ucap Ataya lalu, menyusul Azka dan Kara yang sudah jauh di depan

Pria itu menghela napas gusar
Dimatanya tampak kesedihan yang besar sampai-sampai sedikit mengeluarkan air matanya

Sesak

Kata itu yang menggambarkan suasana hati pria itu sekarang saat pandangannya masih tertuju pada Kara yang kini sudah masuk kedalam mobil bersama Azka dan Ataya

Kara sedikit menampakkan wajahnya dari balik kaca mobil dan melihat ke arah pria itu yang masih berdiri disamping makam kedua orang tuanya

Kara menatap pria itu dengan tatapan kosong tapi, berhasil membuat hati Kara rapuh dan kembali meneteskan air matanya
***
"Astaga den kenapa sampai basah kuyup begini? Nanti den Defan bisa sakit" lontar bi Ija salah satu asisten di rumah Defan

Perkataan bi Ija tadi tidak di respon oleh Defan, pasalnya Defan hanya terus berjalan dan berniat ke kamarnya saja

Di ruang tamu kelihatan ramai tapi, itu juga Defan acuhkan saja

"Def!" panggil Melia saat melihat Defan baru saja ingin menaiki anak tangga

Defan menghela napas kasar "kenapa ma?" jawab Defan dengan ekspresi datar

"Mama mau setelah kamu ganti baju, kamu temani Tamara keliling Jakarta yah" ucap Melia sembari melihat kearah Tamara yang sedang duduk manis bersama keluarga Defan

"Tidak bisa ma" jeda "Defan capek mau tidur" tolak Defan

"Defan tolong dong jangan bersikap seperti ini" timpal Melia

"Ma! Defan juga minta tolong banget, ngertiin Defan" jeda "Defan capek" tegas Defan dengan nada suara tinggi

"Defan! Kamu yang sop--" ucapan Melia terpotong

"Sudah Mel, biar nanti ayah yang temani Tamara jalan-jalan" suara pak Wijaya

"Makasih kakek" ucap Defan lalu, meneruskan langkahnya

"Tapi, ayah--"

"Gak papa tante, saya akan senang kalau langsung kakek yang menemani" ujar Tamara sambil tersenyum

"Sudahlah ma, Tamara aja gak keberatan" ucap Winata

"Iya om" balas Tamara sambil tersenyum manis

Setelah bersih-bersih Defan langsung melempar badannya di atas kingsize miliknya sembari menghembuskan napasnya

Mengingat raut wajah Kara tadi hati Defan kembali rapuh

Detik selanjutnya, Defan mencoba menelpon Kara walau kemungkinan diangkatnya sangat kecil tapi, apa salahnya untuk mencoba dulu

Titt..tiitt..

Jelas Kara akan menolak telpon dari Defan

Seketika suara ketukan muncul dari balik pintu dan berhasil membuat Defan cukup terkejut

Defan beranjak dari kasurnya dan membuka pintu
Dibalik pintu itu, nampaklah seorang perempuan yang sedikit lebih pendek darinya sambil tersenyum manis

"Hai" sapanya pada Defan

"Kenapa?" tanpa basa-basi Defan langsung mengucapkan itu

"Aku boleh masuk gak?" kata perempuan itu

"Iya boleh silahkan"

"Makasih" ucap perempuan itu seraya masuk ke kamar Defan lalu, duduk di sofa sudut kamar Defan

"Kamu apa kabar?" ujar perempuan itu pada Defan

Yang tadinya Defan sedang sibuk memainkan ponselnya kini menoleh "oh baik kok, lo sendiri apa kabar?" kini Defan yang bertanya

"Aku baik" jeda "hanya saja aku rindu sama kamu" jawab perempuan itu

"Oh gitu yah" ucap Defan cuek

"Iya" jeda "oh iya kamu sudah makan belum? Kalau belum biar aku yang ambilin makanan di bawah"

"Eh gak usah, gue gak lapar"

"Oh yaudah deh"

Defan menghela napas gusar pasalnya pesan yang ia kirim ke Kara belum juga dibalasnya

"Oh iya Tamara sorry nih yah bukannya mau ngusir tapi, kalau gak ada yang penting lo boleh keluar gak? Gue capek mau tidur" ujar Defan tanpa ragu

Seketika raut wajah Tamara berubah menjadi sedih karna perkataan Defan barusan

"Oh iya Def, maaf ganggu kamu yah" ucap Tamara lalu, beranjak dari duduknya

"Iyaiya dimaafin kok" jeda "jangan lupa tutup pintu yah" ucap Defan saat Tamara berjalan keluar kamar
***
Jangan lupa vote+komen yah💋

Lovyu💜

Did My Heart Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang