Tempat yang paling menyenangkan adalah balkon.
Sama halnya yang dilakukan oleh perempuan ini, dirinya sedang duduk manis di balkon sembari menikmati angin malam hari dan ditemani bintang-bintang.
"Bagaimana bisa sahabat aku sendiri jadi pengkhianat"
"Bagaimana bisa orang yang selama ini aku percaya juga orang yang sudah menghancurkan kepercayaan itu"
"Bagaimana bisa orang yang aku sayang jatuh cinta dengan sahabat aku sendiri"
"Kenapa tidak ada orang yang peduli sama aku?"
Perempuan itu membantin.
Dan sesekali menepis air matanya.-Did My Heart Love?-
Tok..tok..tok..
Suara itu yang membuat lamunan Kara buyar.Kemudian, disusul oleh suara Alexa dari balik pintu "sayang? Makan malam gih"
Kara beranjak dari tempat tidur dan membukakan pintu untuk Alexa.
Dibalik pintu Alexa tersenyum manis, Kara membalas senyuman Alexa."Loh? Kok mata kamu sembam? Kamu habis nangis? Cerita sama mama kenapa kamu nangis" tanya Alexa yang menyadari kalau muka Kara begitu berantakan terutama bagian matanya.
Kara menggeleng pelan
Jujur Kara ingin sekali berbagi kesedihannya ini kepada Alexa, hanya saja dirinya tidak mau ibunya memikirkan hal yang tidak harus dipikirkan olehnya.
"Aduhh anak mama ini, udah gede masih aja nangis" jeda "yaudah, kalau gak mau cerita, kita makan yuk" Kata Alexa seraya menggandeng Kara menuju ke meja makan.
Sampai dimeja makan pun Kara hanya terdiam dan melamun lagi.
Alexa tidak ingin melihat anaknya sedih seperti ini akhirnya, Alexa tau yang bisa membuat mood Kara balik lagi adalah Azka.
Tidak lama Azka datang dan masuk menghampiri Kara yang berada dimeja makan.
"Hai My princess" sapa Azka sembari mengelus rambut Kara.
Kara menyadari kedatangan Azka itupun langsung berbalik dan menatap Azka dengan tatapan nanar.
"Kamu kenapa? cerita sama aku" Kata Azka dan setengah berjongkok agar bisa menyamai posisi dengan Kara yang ada di kursi makan.
Alexa yang tidak mau mengganggu akhirnya beranjak pergi ke kamar.
Kara terdiam dan masih menatap Azka.
"Kalau kamu ada masalah bilang sama aku"
Kara masih diam.
Kara merasa semua terasa sesak, dia berusaha menahan tangisnya.
"Oh kamu udah gak mau cerita nih? Ok, biar aku sendiri yang tebak" jeda "hmm apa karna nilai sekolah kamu jelek? Atau kamu bermasalah dengan sahabat kamu? Ohh atau karna co-" ucapan Azka terpotong saat Kara memeluknya dengan erat.
Semua tangisan yang Kara tahan tadi tumpah sejadi-jadinya dalam pelukan Azka.
Azka tau kalau Kara nangis pasti dia punya masalah yang besar karna, Kara bukan tipe cewek yang mudah nangis karna hal yang sepeleh.
"Aku udah nyakitin sahabat aku sendiri Ka, aku bukan orang yang baik hiks..hikss.." ucap Kara samar-samar yang kini masih di dalam pelukan Azka.
Azka melepas pelukan Kara dan menghapus pelan air matanya.
"Kalau kamu orang jahat, mana betah aku sahabatan sama kamu selama 10tahun?" Azka berusaha menghibur Kara.
"Tapi, aku udah nyakitin Kinara sahabat aku sendiri" jeda "apa itu bukan penjahat? Hikss..hiks.."
Azka berdiri dan duduk disamping Kara sambil memegang tangannya.
"Kinara? Coba ceritain aku kenapa kamu bisa ada masalah sama dia" tanya Azka sambil menghapus sisa-sisa air mata Kara.
Kara menghela napas pelan kemudian, cerita semuanya pada Azka.
Kara menjelaskan semuanya sementara Azka menjadi pendengar yang baik.
"Aku ini sudah ngerebut orang yang Kinara sayang, aku udah ngambil Defan dari dia" jeda "Kinara bahkan punya rasa sayang lebih besar dibandingin aku, itu artinya yang berhak dapetin Defan itu Kinara bukan aku, orang yang baru kenal sama Defan. Ini semua memang salah aku Ka" seperti itu kalimat terakhir dari cerita Kara.
Azka mulai mengerti kalau saja mereka sedang terlibat cinta segitiga, yang bisa dibilang memang selalu "menghancurkan" sebuah persahabatan.
"Ini bukan salah kamu, bukan salah Kinara juga" jeda "ini cuman masalah perasaan aja, hmm menurut aku semua orang berhak menjatuhkan hatinya pada siapa saja toh ini juga bukan mau Defan tapi, hatinya milih kamu bukan Kinara, mau sebesar apapun sayangnya Kinara ke Defan kalau Defan cuman sayang sama kamu gak bakal nyatu juga dan kamu harus ingat sekecil apapun sayang kamu ke Defan kalau itu tulus pasti perlahan akan jauh lebih besar, percaya sama aku" Azka sedikit memberikan masukan kepada Kara.
Sekarang Kara agak merasa tenang mendengar ucapan Azka dan kembali tersenyum.
"Mau selama apapun aku ada di dekat kamu Ra, kalau kamu juga gak punya perasaan gak bakal ada yang namanya hubungan, sama halnya dengan masalah kamu saat ini. Ini cuman masalah hati saja" batin Azka.
"Ya sudah, sekarangkan kamu udah senyum nih" jeda "kamu makan yah?" ucap Azka seraya mengambil alih makanan yang tadi Alexa siapkan.
Azka melayangkan satu suapan ke mulut Kara dan dengan senang hati Kara membuka mulutnya.
"Makasih Azka" tukas Kara
"Untuk apa?"
"Untuk semuanya, kamu orang yang baik dan aku yakin cewek yang kamu pilih bakal beruntung punya kamu" ucap Kara sembari tersenyum manis.
"Tuhkan makin pintar aja bikin kata-kata mutiara hahaha" balas Azka dengan candaan.
"Hahaha kan dari kamu juga, aku belajarnya" timpal Kara.
"Iya deh iya"
"Kalau kamu ketawakan kelihatan cantik My Princess" batin Azka.
****
Baper yah? Wkwkwkw👻Jangan lupa vote+komen yah😽💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Did My Heart Love?
Teen FictionKamu hanya perlu sedikit memahami apa itu definisi cinta maka, kamu tidak akan pernah merasakan yang namanya "Patah Hati" Karna, kebanyakan manusia hanya bisa merasakan cinta namun, tidak bisa memahami👌🏻