fourteen

297 36 2
                                    

Don't forget to vote before you read this chapter. Vote is very important for me to continue this story. Ty💞

•••

Kamia.

"Why don't you back to your dormitory?" Gue yang tadinya noleh ngeliatin temen-temen gue keluar dari kelas akhirnya noleh ke Mr. Michael.

"I will go. Thank you for forgive me." Kata gue sambil beresin lagi buku-buku gue. "It's okay. Please, don't crying again." Kata Mr. Michael dan gue cuma ngangguk lalu jalan keluar dari kelas.

Baru aja gue keluar dari kelas, di depan kelas ada temen-temen gue yang lagi nangis. Dan gue juga ikutan nangis.

Masih ngerasa bersalah gue sama guru sebaik Mr. Michael. Ya meskipun, ngeselin banget jir. Tapi gitu-gitu dia baik bat.

Yang tadinya gue sama yang lain masih nangis di depan kelas. Kita sekarang udah jalan ke dorm. Dan nangisnya masih berlanjut.

"What's wrong?"

"Guys?"

"What's wrong with them?"

"Why they're crying?"

Gue yang lagi jalan sambil nangis denger kalimat yang di ucapin dari anak kelas sebelah. "Guys, stop give them question. Back to your dorm now!" Kata Ms. Sita.

Sampainya di dorm. Gue langsung jatuhin diri di kasur. Ambil boneka gajah gue dan meringkuk nangis di boneka ini.

Entah gue masih ngerasa bersalah banget meski Mr. Michael udah maafin. Tapi raut wajahnya dia gak bisa di bohongin. Meski kelihatannya fine-fine aja, tapi gue gak yakin.

"Kam asma lo kambuh?" Alana— temen  gue nyamperin gue. Dan gue cuma geleng-geleng.

"Udah gausah nangis lagi. Mr. Michael gapapa kok." Sambungnya. "Jangan nangis kam, lo punya asma." Ucap Alana sambil elus-elus punggung gue.

Honestly, gue udah ngerasa dada gue udah sakit banget. Kemungkinan gue buat nafas mau lewat hidung lewat mulut udah tipis.

"Kam asma lo kambuh astaga. Lo bawa obatnya gak? Aduh- minum kam minum!" Kata Kayla yang mulai panik lihat gue. Respon gue cuma ambil botol minum gue dan gue geleng-geleng karena emang obat gue ketinggalan di Bali.

"Panggil tutor ya?" Tanya Kayla. Gue geleng-geleng. "Nanti gue ngerepotin mereka." Kata gue.

"Aduh Kam tapi--" belum selse Kayla selse ngomong dia langsung narik Alana sama Andrea dan pergi entah kemana.

Parah, gue gak bisa nafas lagi. Sumpah rasanya gak ada oksigen yang mau masuk ke rongga pernafasan gue.

•••

Di tempat lain—
Kayla, Alana, dan Andrea berlari cari Mr. Jack yang lagi ngecengin Ms. Lea di Batara Satu.

Brak!

Suara gebyok yang berhasil Kayla dan kedua temannya dorong berhasil membuat Mr. Jack, Ms. Lea, Ms. Vit, Ms. Reya, Mr. Michael dan Mr. Ashton yang lagi bersantai kaget.

"Miss--" Ucap Kayla dengan nafas yang memburu. "Anjir, capek gue." Ucap Andrea yang sudah tersungkur di lantai. "Gila berasa bencong yang dikejer satpol pp gue." Ucap Alana yang juga ngos-ngosan.

"Ya Allah, ada apa ini?" Tanya Ms. Lea. "Mereka lomba lari dari kenangan masa lalu mungkin." Ucap Mr. Michael dengan santainya.

Kayla yang sudah berhasil mengatur nafasnya langsung mencoba untuk berbicara kepada tutor-tutornya. "Anu Miss– Kamia! Huh Kamia!" Kata Kayla panik.

"Kamia kenapa?" Tanya Mr. Ashton yang raut wajahnya mulai berubah– yang awalnya bahagia karena sedang bergurau dengan rekannya kini wajahnya menjadi khawatir.

"Jadi, Kamia tadi kan nangis karena dia masih ngerasa bersalah sama Mr. Michael tadi. Nah nangisnya itu gak berhenti-berhenti dan dia sek--"

"To the point!" Ucap Mr. Ashton yang udah panik.

"KAMIA ASMA! ASMANYA KAMBUH!" Ucap Andrea. Tanpa menunggu penjelasan lagi, semua tutor langsung bergerak cepat. Kecuali Michael dan Ashton yang langsung terduduk lemas setelah mendengar ucapan Andrea.

Jack, Lea, Vit, Reya, dan Sita langsung lari menuju Batara tiga. "Eh– Mr. Jack gaboleh masuk." Mr. Jack yang mau masuk untuk ngasih inhaler pun terhalang oleh penghuni asrama.

"Darurat!" Ucap Jack dan ia langsung menerobos. "Miss, inhealer." Jack langsung berikan inhaler dan segera menggunakannya pada Kamia.

"Kamia, rileks okay? It's okay, forget it. Mr. Michael aready forget about that." Kata Ms. Vit sambil mengusap rambut Kamia perlahan.

"Sayang, udah gak usah dipikirin lagi. Udah lupain aja yang tadi ya. Jangan di bawa pikiran nanti tanbah sakit." Kata Ms. Sita sambil mengompres dada Kamia dengan air hangat.

•••

Sementara Michael dan Ashton—
Mereka yang tadi lemas setelah mendengar Kamia jatuh sakit kini salah satu diantara mereka sudah membaik– ya Michael. Sementara Ashton, ia masih diam setelah mendengar berita itu. Bak orang yang kerasukan jin batu.

Jin batu apaan dah.

"Ash." Ashton yang dipanggil namanya pun menoleh menghadap Michael. "Gue tau yang lo rasain. Tapi lo berdua udah berakhir." Ucap Michael.

Berakhir. Berakhir. Berakhir.

Itu yang terus mengelilingi otak Ashton. "Tapi, bukan berarti lo sama Kamia berakhir, lo gak bisa selalu ada buat dia. Lo masih bisa, tapi dengan status 'tutor.' Bukan pasangan tanpa statusnya." Ucap Michael sambil menekankan kata tutor.

"Gue mau ke Batara tiga." Ucapan Michael berhasil membuat Ashton terkejut. Bagaimana tidak, ia seorang laki-laki akan masuk ke asrama perempuan. "Bercanda lo Mike, mau di keroyok sama murid lo sendiri?" Ucap Ashton.

"Gak peduli. Gue ngerasa bersalah sama anak gue. Dia sakit karna gue." Ucapan Mike kembali sukses membuat Ashton terkejut. Pasalnya, Mike bicara ia merasa beraalah dengan anaknya.

"Dia manggil gue papi. So? Otomatis dia anak gue. Gausah kaget gitu. Mau ikut gak lo?" Ucap Michael. Ashton hanya menggeleng. Ia belum siap bertemu dengan Kamia.

"G-gue harus nyiapin bahan materi buat nanti malem untuk british class." Kata Ashton.

"Bilang aja, belum siap buat ketemu dia dimana lo belum bisa menerima kenyataan. Kalo hubungan tanpa status lo sama dia itu berakhir– berakhir cepat."

English Camp • l.hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang