Yang gak ngerti sama alur cerita cinta-nya ashmia (Ashton–Kamia) cerita mereka bakal di perjelas di chapter ini dan chapter twenty part II. So, don't forget to vote before you read this chapter. Vote is very important for me to continue this story. Ty💞
•••
Kamia.
Gue dan Mr. Luke akhirnya bercanda di taman mini depan kelas gue tadi. Dia seru, dan entah gue nyaman di deket dia. Gue berasa gak ada beban bercanda sama dia." Go to your dormitory now Kam. You should have your lunch." Kata Luke.
"Okay sir, okay. I will go right now." Gue beranjak dari kursi taman. "If you feel tired in your way just stop for a minute." Katanya dan gue cuma ngangguk.
"Okay, I should go now. And you, just have your lunch. Go to kitchen now Mr. Kimia!" Kata gue. "Aye aye Ms. Kimia! Be careful on the way!" Katanya sambil jalan ke kitchen di kampus. Yaa– because, he's got an schoolarship in here. That's why he's got free breakfast, snack, lunch, and dinner from our college.
Gue langsung ke parkiran seelah memastikan sosok Luke Hemmings menghilang. Gue melihat tinggal sepedah pink unyu-unyu gue yang terparkir rapi di pojokan. Gue buka kunci gemboknya dan gue naikin sepedah gue.
"Kamia!" Gue noleh ke sumber suara– sumber suara itu dari jendela kitchen yang terhubung langsung sama parkiran sepedah. Dan sosok orang yang manggil gue adalah Luke.
"Hi! Enjoy your meal sir!" Kata gue sambil melambaikan tangan kanan gue. "Okay. Be careful on the way Kam!" Katanya.
"Cieee, ciee." Terdengar keras seruan senior-senior yang lain di dalam kitchen. Gue dan Mr. Luke cuma terkekeh malu dan gue mutusin untuk langsung mengayuh sepedah gue pergi meninggalkan kampus.
Brruusstt!
Holy shit. Baju gue kotor! Gara-gara ada pengendara motor ngebut dan lewat kubangan air. Sial-nya baju gue kena cipratan itu. Gue tau cuma kecipratan. But please, dikira ini jalan mbah buyut lo apa?
Gue berhenti di pinggir jalan dan lihat keadaan baju gue. Great. Gamis warna merah bagian belakang gue kini makin rame dengan bercak-bercak lumpur coklat. Berasa abis gerimis coklat cair gue ehe.
Gue menghadap ke orang yang bawa motor itu, udah jauh emang. Tapi gue lihat dia juga berhenti. Tapi, gak lama dia puter balik motornya dan deketin gue.
"Astaga maaf. Maaf banget. Tadi, saya gak seng– Kamia?" Dia kaget ketika gue mendingakkan kepala gue.
"Ashton?" Dan gue juga gak nyangka ternyata orang yang ngebut kayak orang kesetanan tadi ternyata Ashton. "Kam, are you okay? Oh my lord, forgive me. I didn't mean to be like that. Ugh for–"
"It's okay sir. It's not a big problem. So, I should go to the dormitory to change my clothes now. Be careful on your way." Gue langsung kayuh kembali sepedah gue dan ninggalin Ashton.
Dan canggung itu kembali. Lagi, lagi, dan lagi.
•••
Baru setengah jalan, dan ini masih di jalan dimana sisi kanan dan kiri gue terbentang sawah berhektar-hektar. Tiba-tiba ada sepedah motor yang berhenti tepat di depan gue.
"Ashton?" Kata gue sambil menyiritkan dahi gue. "I need to talk with you." Katanya lembut.
Gue parkir sepedah gue di pinggir jalan dan berdiri di sebelah Ashton yang kedua tangannya memegang batas jembatan seolah-olah sedang menompang tubuhnya. "What's wrong?" Kata gue membuka pembicaraan.
"It's about us." Gue menoleh ke kanan dan mata gue langsung tertangkap dengan mata coklat berbinar milik Ashton. "I hear that you're with Luke right now. Is it true?" Katanya tegas.
"What do you mean, Ash?" Ucap gue. "Maksudnya, aku denger kalo kamu sekarang deket sama Luke– senior kamu itu. Bener kan?" Ucapnya sekali lagi.
"Dan gue juga denger, lo deket sama Felisha anak American Class. Dan gue pernah ngelihat lo ber–"
"Kamia Farissa, jangan ngalihin pembicaraan." Ucapnya. "Ashton Irwin, jangan motong pembicaraan!" Kata gue gak mau kalah.
"Jawab Kamia. Itu bener apa gak?" Katanya singkat. "Menurut lo, lo sama Felisha bener apa nggak?" Kata gue.
"Kam, kamu gak tau yang sebenernya." Lirih Ashton sambil membuang pandangan dari gue. "Dan, lo juga gak tau yang sebenernya Ash." Gue berbalik arah dan menyenderkan tubuh gue ke pembatas jembatan kecil disini.
"Gue, deket sama Felisha cuma karena gue cemburu sama lo. Cemburu kalo lo kelihatan lebih bahagia sama dia ketimbang sama gue Kam." Jelasnya. Gue kaget, dia bicara pake lo–gue dimana selama ini dia selalu make aku–kamu sama gue meskipun gue tetep make lo–gue. Dia selalu memperlakukan gue lemah lembut dengan gak pake lo–gue. Tapi gue tercengang ketika dia bilang gitu.
"Dan lo gak tau seberapa sakitnya gue ngelihat lo sama Felisha terang-terangan genggaman tangan. Mesra-mesraan di depan yang lain meskipun yang lain gak sadar, tapi disitu gue yang dari kejauhan sadar betul." Kata gue.
"Tap–" gue angkat tangan kanan gue seolah-olah suruh dia stop bicara.
•••
I dedicated this chapter for mahira a.k.a cal-away and lulu cantiq (katanya) a.k.a luiszza ku sayang klean yha💓
ramadhan mubarak— ramadhan kareem for you all. may god bless us🙏🏻✨
Lava u,
horanthusiast–
KAMU SEDANG MEMBACA
English Camp • l.h
Teen Fiction[FINISHED] berawal dari kegiatan wajib sekolah- English Camp di Kampung Inggris. dimana Kamia dipertemukan sosok senior yang membuatnya merasa diperlakukan sebagai sosok perempuan yang sesungguhnya hingga akhirnya ia benar-benar jatuh hati, tetapi...