fourty - last chapther.

471 24 1
                                    

ini chapther terakhir english camp. gue harap lo jangan ada skip-skipan bacanya. gue juga berharap feels-nya dapet di kalian. ini chapter terakhir— sekaligus cerita detik-detik terakhir author sama mr. i disana. kira-kira happy ending atau sad ending ya?

do you want to know the ending? so just read the last chapther! happy reading💕

•••

Kalo tadi junior-juniornya yang tampil— kini saatnya tutor-tutor yang tampil untuk kami.

Enam orang sosok yang familiar di mata gue berdiri sambil mencoba menahan tangisnya— menyembunyikan kesedihannya dengan senyuman.

Luke— dia ikut mengiringi enam sosok itu. Dengan lihai ia memetik gitar akustik bewarna coklat yang biasanya kita pakai disini. Ekspresi wajahnya penuh teka-teki yang susah ditebak.

There was ever

The feeling of love

Between our hearts, but now it just memories.

Lantunan lagu yang diiringi nada merdu dari petikan gitar Luke berhasil membuat gue hanyut dalam lagunya. Lagu ini aslinya lagu Tinggal Kenangan-nya Gaby yang diubah liriknya. [you can try to sing this song. if you want –author]

I will not forget

Everything about you

But I will never, be able to forget you brother sister.

You will go away— and leave me alone this place.

Now, here I am. Still missing you brother sister.

Even I have tried to change you in my life.

But I will never. Be able to forget you brother sister..

Tangis— yang mendominan suasana kali ini. Semua junior nangis setelah denger tutor-tutor kami nyanyi. Dan geng brother simple yang bandelnya, dan nakalnya nauzubillah mereka juga nangis.

Ada yang sok-sok kelihatan tegar— tapi akhirnya air matanya menetes juga.

Ada yang emang gak nangis– tapi dari mimik wajahnya— Hatinya yang nangis.

Gue langsung pergi dari tempat duduk gue pindah ke pinggiran deket tiang. Gue— gue gak kuat. Gue gak pengen pulang. Gue nyesel bilang kalo gue pengen pulang. Gue nyesel.

Gue terus genggam gelang kesayangan gue. Berharap gue bisa lebih tenang sedikit.

"Don't cry please." Gue yang tadinya nunduk mencoba buat mendongak dan gue lihat sosok Luke berdiri di depan gue.

"Kam, i didn't want to see you sick again just because you're crying. I didn't want to see you crying. Please stop." Kata Luke— gue lalu nunduk lagi dan gak bisa berbuat apa. Gue gak bisa jawab apa kata Luke karena dada gue emang udah sesek.

Boro-boro mau jawab— napas aja kaga bisa suw.

"Yol, yol pinjem inhaler. Raffi asma yol asma." Feby dateng dengan mata sembab dan wajah panik. Gue masih diem dan ngeluarin inhaler gue dari kantong.

"Kamia, udah ya jangan nangis lagi. Kan harusnya kita seneng-seneng." Kata Miss Viya yang meluk gue.

Gue keluarin hp gue dan mencet nomer nyokap gue.

"Halo?" Kata nyokap gue.

Gue mencoba untuk ngomong sebisa gue dengan nafas yang sesek. "Ma— Kamia gak mau pulang ma." Kata gue sesenggukan.

English Camp • l.hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang