sixteen

262 33 3
                                    

Don't forget to vote before you read this chapter. Vote is very important for me to continue this story. Ty💞

•••

"Astagfirullah!" Michael yang baru saja menutup pintu asrama batara guru tiga terkaget dengan munculnya Ashton yang kini ada dihadapannya. "Cacat lo Ash, ngagetin mulu." Kata Mihael sambil menepuk pundah Ashton. Sementara respon Ashton hanya terkekeh saja.

"Eh– uhm. Lo udah selsai kan ya? Uhm– g-gimana keadaan K--"

"Kamia maksud lo?" Potong Michael. Ashton-pun mengangguk. "Kalo pengen tau, masuk aja sendiri." Kata Michael sambil memakai sandalnya.

Ashton masih terdiam di depan pintu asrama. "Buktiin kalo lo sayang, buktiin kalo lo itu care. Gue tau, status kalian itu gak ada, alias hts. Tapi kalo memang masih sayang satu sama lain, kenapa gak bertahan meskipun status itu masih hts?" Ucap Michael.

Skak, mampus nih gue. Batin Ashton

Entah, hari ini Michael seperti Mario Teguh. Ia berbicara sangat bijak kali ini. Ashton sempat berfikir jika Michael– sahabatnya ini baru saja kerasukan Mario Teguh.

"Buru masuk, udah kaga apa sekali-kali ngelanggar. Peraturan diciptakan emang buat dilanggar kan?" Kata Michael sambil menaikkan satu alisnya.

"Gue laper, mau ke kitchen siapa tau masi ada makanan. Buru jengukin, dia butuh lo." Sambungnya. Lalu Michael melesat pergi dari teras asrama batara guru tiga.

Buru jengukin, dia butuh lo. Kalimat itu terus mengiang-ngiang di kepala Ashton. Ia sangat ingin menjenguk Kamia. Tapi--

"Loh sir, kenapa berdiri disini?" Lamunan Ashton buyar akhibat Andrea dan teman-temannya datang yang niatnya ingin masuk ke asrama seelah mereka menyelesaikan makan malam mereka.

"Uh no, I- I just uh." Kata Ashton terbata-bata. Mampus, kepergok gue. Batinnya.

"Just what?" Tanya Alfy. Andrea, Alfy, dan kawan-kawan mulai curiga dengan Ashton.

"Just remembering you guys to take ritual ablution now. So guys, take ritual ablution now and let's pray together in pendopo." Katanya– ngeles.

Untung gue ada alasan. Hanjir kalo kaga mampus trainees pada tau kalo gue mau jengukin Kamia. Batin Ashton.

"Uh mister Ashton! What are tou doing here? Do you want to visit Kamia hm? Don't worry she's okay." Velyn dan Shania datang langsung ngomong ceplas-ceplos ke Ashton.

Anjir ni kutu kupret ngapain make tau segala. Batinnya.

"Prepare yourself and I will wait you guys in pendopo." Ucap Ashton, lalu ia pergi begitu saja dari teras batara tiga.

Anjir lah batal jengukin gue. Ah shit. Batin Ashton.

•••

Ashton. Kini ia menunggu trainees di kelas terakhir. Dan kelas yang harus ia bimbing kali ini adalah kelasnya Kamia– British Class.

Ia sudah selesai mencatat kalimat untuk mini test kali ini. "Astaghfirullah." Ucap Ashton.

Matanya membulat sempurna. Ia terkaget dengan selembar kertas yang ada di tangannya kini. Gimana tidak, ia membuat seliruh kalimat untuk di translate muridnya kali ini dengan nama Kamia.

"Kamia sedang membantu Lea setiap hari. Kamia selalu bersemangat di setiap kelas. Kamia ta--"

"Shut up your mouth, Michael fucking Clifford." Kata Ashton. Ia segera menyobek-nyobek kertas yang ada di tangannya.

"Whoah dude. Chill, Chill dude." Kata Michael. "Chill, chill matalu suek. Udah ah pergi lo sana." Kata Ashton. Kini ia berkutat kembali dengan pena dan kertas. Ya, dia membuat kembali soal mini test yang baru.

•••

"Time's up. And give your paper now." Kata Ashton sambil melihat jam di ponselnya. — typical Ashton, tak begitu suka menggukan jam tangan.

"After this, go back to your dormitory. And enjoy your rest time. Tomorrow we will go to college. And let's close our class by reciting hamdalah together." Kata Ashton.

"Alhamdulillahi rabbil 'alamin."

"Put your hands up!"

"Up!"

"Repeat, put your hand up! "

"Up!"

"And, CHEERIO!" Lalu para trainees pun satu persatu mulai meninggalkan kelas.

"Shania!" Ucap Ashton. Yang di panggilnya pun akhirnya menoleh. Lalu menghampiri Ashton kembali.

"Yes sir, what's happend?" Tanya Shania.

"Uhm– no. I just wanna ask to you about Kamia condition. So, is she feel better?" Tanya Ashton mantap.

Shania diam. Ia curiga tentang pertanyaan yang diberikan oleh Ashton. Lah ni orang ngapain nanya-nanyain tentang Kamia? Wah pasti mereka ada hubungan. Batin Shania.

"Shania?" Shania tersentak kaget mendengak namanya di panggil. "She's better than before. Kamia just need more rest time. And I think tomorrow she can present in the class." Jelas Shania. Ashton pun bernafas lega mendengar penjelasan Shania.

"Uh– Alhamdulillah." Kata Ashton. "Why you're ask me like that? I think you're look so worried about her. Are you have a relationship with my bestie?" Kata Shania dengan sangat penasaran. Bagaimana ia tak penasaran dengan hal ini, secara ia mengagumi– i mean, menyukai seorang Ashton Irwin.

"Uh, I should go to my dorm. Thanks for the information Shania. You're very helpful. Good night." Ashton lalu pergi begitu saja dari hadapan Shania.

Ada yang gak beres ini. Batin Shania.

English Camp • l.hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang