Kadang memang benar, faktor terbesar yang bisa membuat seseorang berhenti untuk menggapai mimpinya adalah tekanan dari orang tua yang selalu ingin anaknya agar bisa menjadi apa yang mereka mau. Menyebalkan!
Berita tentang Thalia dan Axal yang sudah resmi pacaran tersebar dengan cepat secepat omongan tetangga, bahkan sudah sampai ke telinga Amelia. Mendengar berita itu bibir Amelia sedikit terangkat, tersenyum sinis. Di sisi lain ada bagian hatinya yang tidak rela mendengar berita tersebut namun dilain sisi dia juga senang karena dengan itu rencananya akan berhasil. Dia hanya perlu membuat Axal sibuk pada dirinya hingga lupa bahwa dia sudah pacaran dengan Thalia. Dengan begitu Amelia berhasil membuat Thalia sedih tanpa harus mengotori tangannya.
Amelia beranjak dari tempat tidurnya, dia berjalan menuju rumah Axal yang terletak di samping rumahnya. Dipencetnya bel rumah Axal.
"Eh Amel. Nyari Axal ya? Axal ada di kamarnya. Yuk tante antar." Seperti biasa, mama Axal selalu bersikap ramah pada Amelia, dia mempersilahkan Amelia untuk masuk ke dalam kamar Axal bahkan sampai mengantarnya. Mama Axal sangat menyayangi Amelia, mungkin karena Amelia sudah dia anggap sebagai anaknya sendiri.
"Gak usah tan. Amel bisa sendiri kok." Tolak Amelia halus. Mama Axal tersenyum lembut dan mengusap puncak kepala Amelia dengan penuh kasih sayang.
"Baiklah kalau begitu. Tante ke dapur dulu ya." Pamit Mama Axal pada Amelia yang diangguki oleh Amelia.
Setelah mama Axal pergi, Ameliapun langsung berjalan menuju kamar Axal yang terletak di lantai atas. Dia masuk tanpa mengetuk pintu dahulu, membuat Axal yang tengah berbaring di atas kasur sembari memainkan ponselnya menjengit kaget dengan kedatangan Amelia yang tiba – tiba.
"Amel? Ngapain di sini?" Tanya Axal sambari bangun dari posisinya.
"Oh... Jadi aku gak boleh ke sini?!"
Amelia memasang tampang garang pada Axal, membuat Axal bingung sendiri apa yang terjadi dengan sahabatnya itu.
"Kamu...kenapa?"
"Aku kecewa sama kamu." Amelia mendelik kearah Axal, kemudian dia duduk di samping Axal, di pinggiran ranjang.
"Lah? Aku punya salah apa?" Kedua tangannya memegang pundak Amelia, dan tersenyum lembut pada Amelia.
"Kenapa sih kamu harus jadian sama si Thalia? Cantik enggak, baik apalagi." Ucap Amelia kesal pada sahabatnya saat ini. Axal hanya bisa tersenyum simpul, apa Amel cemburu? Gumamnya dalam hati senang.
"Apa senyum – senyum?!" Kata Amelia galak. Lagi-lagi Axal terkekeh.
"Jealous, heh?" Tanya Axal dengan nada menggoda pada Amelia yang semakin melotot padanya. Amelia dengan keras memukul bahu Axal, membuat Axal mengaduh kesakitan.
"Kok dipukul sih?! Sakit mel." Protes Axal sambil mengusap bahunya.
"Ya lagian. Pertanyaan kamu gak bermutu!" Balas Amelia bersungut – sungut.
"Yaudah sih gak usah serius juga nanggepinnya."
"Jawab dulu pertanyaan aku yang tadi ihhh" rengek Amelia menggoyangkan tangan Axal.
"Mau jujur apa bohong?"
"Axal ihhh"
"Oke oke. Aku suka sama Thalia. Puas?" Ungkap Axal tentu saja berbohong.
"Kok bisa suka sih ama badgirl kayak dia? Cantik juga enggak kok!"
"Mellll. 1 pertanyaan aja kan."
Amelia mendengus, "Huft! Iya deh iya. Tapi Xal, kamu harus janji satu hal sama aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
So Far Away ✔✔✔
Teen FictionMencintaimu adalah hal yang paling menyakitkan. Setiap hari aku selalu membayangkanmu dan menangis, tanpamu aku tidak bisa melakukan apapun. Aku selalu mengawasimu dari kejauhan. Seperti angin dan debu, yang tak bisa ku tangkap walau kau sedekat nad...