Putus itu adalah ujian, dan melupakan adalah sebuah tugas. Dan meskipun ujian itu sudah berakhir, tugas itu masih tetap ada.
Sepasang mata hitam bulat itu menatap gaun yang berada di atas kasur king size nya dengan sendu. Mata indah yang biasanya cerah, kini nampak berawan, membendung cairan-cairan bening yang tidak ingin dikeluarkannya.
Bimbang. Itulah perasaannya sekarang. Bimbang, apakah ia harus benar-benar datang ke acara yang menurutnya amat sangat tidak penting itu?
Sedih. Perasaannya pula didominasi oleh kesedihan yang seakan bertambah dari waktu ke waktu. Ternyata, Allah tengah mengujinya dengan beberapa ujian yang menurutnya itu sudah lebih dari sakit.
"THALIA ADA TEMEN KAMU DI BAWAH!"
Teriakan sang bunda menyadarkan Thalia dari lamunannya. Ia segera membalas teriakan bundanya dengan teriakan pula.
"SIAPA BUN?"
"NADIA"
"SURUH LANGSUNG KE KAMAR THALIA AJA, BUN."
Setelah meneriaki pernyataan mamanya, Thalia langsung duduk di atas sofa yang memang tersedia di dalan kamarnya. Sofa panjang berwarna ungu dengan motif persegi berwarna putih itu menghadap langsung ke arah televisi. Ia menyalakan televisinya dan mencari acara kartun kesukaannya, upin ipin.
Setelah menemukan acara tv yang diinginkannya, Thalia yang duduk di atas sofa, mengubah posisi kakinya menjadi dinaikan ke atas sofa. Dipangkuannya juga ada setoples kue keju kering kesukaannya.
Tidak lama, muncul Nadia. Badannya yang besar duduk di samping Thalia, membuat tubuh Thalia sedikit bergoyang karena gempa kecil yang Nadia hasilkan. Nadia sudah siap dengan dress hitam berlengan panjang selututnya. Wajahnya memakai sedikit polesan make up. Make up yang tertata rapi di wajah gemblung Nadia.
Tapi walau bagaimanapun, Nadia memiliki bakat merias, seperti ibunya. Rambut sebahunya, ia gelung dengan sedikit acak tetapi terkesan menarik, dengan pernak pernik hiasan rambut. Nadia langsung menyambar kue kering yang berada di pangkuan Thalia secara tiba-tiba, membuat Thalia mendelik tajam kearahnya.
"Woy! Itu makanan kesukaan aku! Jangan kamu ambil."
"Kamu tahu sendirikan, kalau aku udah liat makanan itu, reaksi otomatis badan aku ya gini."
"Pantes aja tuh badan gedenya ngalahin batu candi."
"Anjir, kok kamu ngeselin sih?!"
"Ya gimana aku gak ngeselin, lagi enak makan juga. Kamu main rebut – rebut aja!"
"Bodo!"
"Bodo bodo pala kamu kejeduk aku sumpahin!"
"Bodo!"
"Ni anak belum pernah ngerasain bogeman maut aku!"
"Bodo!"
"Fakyu!"
Thalia mengacungkan jari tengahnya ke hadapan Nadia yang sama sekali tidak dihiraukannya. Matanya fokus pada serial Upin Ipin di depannya. Baru saja Thalia ingin mengeluarkan sumpah serapahnya terhadap Nadia, ponsel yang berada dalam saku celana jeans panjangnya bergetar. Tanda line masuk.
Davinvin : Lia?
ThaliaCyntia : paan?
Davinvin : kangen:*
ThaliaCyntia : Najong
Davinvin : serius beb. I miss u
ThaliaCyntia : wk 15x
KAMU SEDANG MEMBACA
So Far Away ✔✔✔
Fiksi RemajaMencintaimu adalah hal yang paling menyakitkan. Setiap hari aku selalu membayangkanmu dan menangis, tanpamu aku tidak bisa melakukan apapun. Aku selalu mengawasimu dari kejauhan. Seperti angin dan debu, yang tak bisa ku tangkap walau kau sedekat nad...