BAGIAN 15 : TOLONG!

1.3K 69 5
                                    

"Huft panas gak nahan!" Keluh seorang pemuda yang kini tengah berjalan sendirian di trotoar jalan raya. Seringkali batu krikil yang ada di depannya ia tending ke sembarang arah.

Pemuda tampan kelahiran Perancis itu memakai pakaian santai, kaos putih polos pendek yang diseteli dengan celana selutut bermotif tentara, dengan kaos kemeja panjang yang tangannya ia ikat di lehernya, topi hitam polos bertengger manis di atas kepalanya, dan sepatu casual putih, senada dengan kaos polosnya.

Sekali lagi ia menendang kerikil yang cukup besar dengan tendangan yang lumayan kencang, hingga menghasilkan bunyi tuk, dan...

"Aw!!" Pekikkan seorang gadis, membuat kepala pemuda itu mendongak, dan mendapati seorang gadis yang berpakaian layaknya style orang korea, rambutnyapun ia gelung, dengan wajah hanya dipolesi bedak tipis. Sederhana, namun terlihat sangat cantik.

Gadis itu mengusap jidatnya yang terkena batu krikil ulah pemuda itu. Pemuda itu sedikit meringis dan menghampiri gadis yang sedang meringis dan mengeluarkan sumpah serapah itu.

"Sakit ya?"

"Gak!"

"Maaf ya, Tha. Tapi syukur deh kalau gak sakit, aku jadi gak perlu bawa kamu ke puskesmas." Ternyata gadis yang terlempari batu krikil itu adalah Thalia, dan pemuda itu adalah Davin.

"Ya sakitlah! Ish, bego banget sih! Kamu kira, dicium batu krikil yang ditendang sama kamu gak sakit apa?! Ya sakitlah!" Ketus Thalia, ia memutar kedua bola matanya sebal, apalagi pas tau bahwa Davin lah biang keroknya, tambah kesel kan tuh Thalia.

"Baperan banget sih jadi orang. Yaudah sih, maaf. Kalau gitu, ikut aku yuk, sekalian ada hal yang mau aku lurusin sama kamu." Davin menarik lengan Thalia pelan, dan membawanya masuk ke dalam sebuah hotel tempat ia selama ini menginap.

"T-t-tunggu dulu!" Tungkas Thalia sambil menarik Tangan Davin, hingga membuat Davin berhenti. "Lo—" belum sempat Thalia meneruskan kata-katanya, Davin sudah memutusnya.

"Aku bukan tipe cowok yang suka ngerusak anak orang!"

"Bagus deh. Ayok!" Thalia mengedikkan bahu acuh, dan kembali berjalan beriringan dengan Davin.

Tidak seperti apa yang Thalia pikirkan sebelumnnya, Davin malah membawanya ke restoran yang terletak di rooftop hotel ini. Setelah mereka keluar dari lift, Thalia menatap sekeliling takjub.

Merekapun duduk di salah satu meja yang berada di paling ujung, di sana mereka bisa melihat pemandangan kota Jakarta. Davin mengangkat sebelah tangannya, dan seorang pelayanpun menghampiri mereka. Pelayan itu mencatat semua makanan yang dipesan oleh Davin kemudian pergi.

Hening. Walaupun suasana di sana ramai, namun terasa sangat sepi ditelinga Thalia dan Davin. Pasalnya tidak ada yang ingin memulai untuk berbicara. Tampak mereka menghembuskan nafas secara perlahan.

"Maaf"

"Maaf"

Kata maaf yang mereka ucapkan secara bersamaan sambil menyodorkan 1 kotak coklat, membuat mereka saling memandang satu sama lain dan tertawa. Jangan Tanya darimana coklat itu mereka dapatkan, pasalnya Thalia dan Davin memang sudah menyidapkan coklat itu untuk meminta maaf. Thalia yang pergi menuju hotel itu dan Davin yang pergi menuju apartemen Thalia ternyata dipertemukan tidak jauh dari hotel tempat Davin menginap.

🍫🍫🍫

Tidak ada yang lebih menyenangkan dari tidur siang tanpa gangguan. Begitupun dengan Axal, sudah hampir 3 jam ia menghabiskan waktu dengan tidur di kamarnya. Tidak ada yang berani mengganggu tidurnya selama itu.

Mamanya hanya bisa menggelengkan kepalanya heran melihat kelakuan putra sulungnya yang begitu pemalas itu. Mau jadi apa nanti dia? Mengurus perusahaan papanya? Atuh meureun bangkrut kalau punya bos pemalas macem Axal.

So Far Away ✔✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang