Tidurlah...
Selamat malam...
Lupakan aku..."So? Ada apa kamu ke sini? "
Pagi ini, pagi-pagi sekali Thania berkunjung untuk menemui Thalia. Thaliapun dengan terpaksa menemui kakaknya. Jujur, ia sangat tidak mau bertemu dengan makhluk yang satu ini. Ia lebih baik bertemu dengan beribu-ribu Axal dari pada kakaknya.
Saat Thalia duduk di depan kakaknya, ia langsung mengajukan pertanyaan to the point. Namun, sudah hampir 15 menit kakaknya terdiam sambil memandangnya dengan senyum manisnya.
"Kalau niatan kamu ke sini buat mastiin apa aku udah mati apa belum," Thalia menjeda beberapa saat untuk terkekeh sarkasme, "Sepertinya kamu bakalan kecewa, karena aku belum mati."
Lagi – lagi Thania hanya tersenyum.
"Dan kalau kamu ke sini cuman buat buang – buang waktu, lebih baik kamu pergi dari sini. Aku sedikit alergi sama orang bermuka dua."
Thania menghela nafas gusar, ia menatap prihatin pada adiknya. Penampilannya benar – benar kacau, rambut yang digelung dengan acak, ditambah lagi rambutnya terlihat sangat lepek dan berminyak.
Wajahnya yang selalu bersinar, tampak kusam dan bernoda.
"Apa kamu ingin keluar dari sini?"
Thalia menatap Thania penuh selidik. Mata merahnya menajam, dan bibirnya terkatup.
"Apa yang sebenarnya yang kau inginkan?!"
Thania terkekeh.
"Teteh sangat menyayangimu Thalia. Tapi, teteh juga gak bisa membiarkan pembunuh berkeliaran di sekitar tempat tinggalku."
Mendengar itu, emosi Thalia tersulut, ia menggertakkan gigi grahamnya hingga menimbulkan bunyi. Tapi beberapa detik kemudian, Thalia malah terkekeh sarkasme pada kakaknya, menimbulkan tanya pada benak Thania.
"Hah..." Thalia menghela nafasnya, "Sayangnya sebentar lagi aku bakalan keluar dari penjara."
Thania tersenyum, "Benarkah? Syukurlah. Bagaimana?"
Thalia tersenyum miring.
"Kamu tahu kalau Axal itu seorang yang sangat menguasi bidang IT? Dan kamu tahu kalau sekarang hidup kamu sedang terancam? Mungkin saja besok atau lusa kamu yang akan menggantikan posisi aku disini. Apakah sudah siap? THA.NI.A"
Thania tersenyum semanis mungkin. Menutupi semua kecemasan yang ia rasakan saat ini, walaupun ia terlihat baik – baik aja, tapi hati bisa berkata lain bukan?
"Apa kamu takut?"
"Yang seharusnya takut itu kamu. Hidup dan matimu ada ditanganku."
"Apa maksudmu?!"
Inilah perbedaan Thalia dan Thania. Jika kepribadian Thania memang tenang, walaupun sebenarnya ia ketakutan, namun semuanya dapat ia atasi dengan mudah. Berbeda dengan Thalia, ia gampang terpancing emosi.
"Ekspresimu mengatakan demikian Tha. Kamu gak bisa membohongi teteh, karena selama ini aku lah yang paling dekat denganmu."
"Tidak setelah aku tau kamu yang sebenarnya!"
"Aku yang sebenarnya?" Thania mengangkat alis sebelah kanannya, ia kemudian menyilang kedua tangannya di depan dada.
"Baiklah. Aku juga sudah lelah berpura – pura baik dan peduli padamu selama ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
So Far Away ✔✔✔
Teen FictionMencintaimu adalah hal yang paling menyakitkan. Setiap hari aku selalu membayangkanmu dan menangis, tanpamu aku tidak bisa melakukan apapun. Aku selalu mengawasimu dari kejauhan. Seperti angin dan debu, yang tak bisa ku tangkap walau kau sedekat nad...