BAGIAN 17 : MASALAH

1.2K 70 0
                                    

Davin tampak berjalan santai disepanjang koridor kelas XI dengan gaya cool seperti biasanya, banyak siswi-siswi yang memekik tertahan melihat sosok Davin yang kalem ketika berjalan di hadapan mereka. Pesona seorang Davin memang memikat seluruh siswi di sekolah ini, ditambah lagi dengan sikap ramah Davin, membuatnya kini mengalahkan kepopuleran Axal.

Langkahnya terhenti di depan pintu kelas XI-IPA 3, kelas Thalia. Kadang Davin suka mikir, dan bingung sendiri, secara Thaliakan bego ngitung, peringkatnya pula luar biasa, kok bisa-bisanya dia masuk IPA? Padahal Thalia sangat mahir dalam bidang hafalan, apalagi bahasa, dia cukup menguasai bahasa asing.

"Celingukan di depan kelas XI? Mau maling lo?" Ujar seseorang yang tiba – tiba datang dan berdiri di belakang Davin. Davin sontak memutar badannya menghadap orang yang baru saja membuat dirinya sedikit berjengit terkejut, dia merasa tidak suka saat orang itu berbicara dengan nada sarkasme padanya.

"Kenalin nama aku Axal Wijaya. Aku murid di kelas ini. Ada urusan apa kamu ke kelas aku?"

Davin menatap tangan Axal yang disodorkan padanya, lalu beralih menatap Axal yang tersenyum miring padanya. Davin tambah tidak menyukai orang ini, dia menatapnya tajam, tanpa membalas jabatan tangan Axal, Davin menjawab dengan dingin.

"Aku tahu siapa kamu. Aku nyari Thalia bukan buat kenalan sama kamu."

"Ada urusan apa kamu sama Thalia?!"

"Bukan urusan kamu!"

"Jadi urusan aku kalau udah nyangkut sama Thalia!"

"Kamu tahu sendiri aku sahabat dia, bego banget masih nanya."

"Kamu tahu sendiri aku PACAR dia, idiot banget masih nanya!" Axal menirukan cara bicara Davin dengan menekankan kata 'pacar' dalam kalimatnya.

"Kalau kamu pacar dia, terus kamu berhak buat tahu semua urusan Thalia?!"

"Jelas! Aku mau ngelindungin dia!"

Davin terkekeh sinis, menatap tajam Axal. Axal sendiri menanggapi tatapan tajam Davin dengan balik menatap Davin dingin.

"Ngelindungin? Mau nolongin Thalia dalam bahaya aja mesti nelpon aku buat minta bantuan."

"Kepaksa."

Davin mencengkram kerah Axal dan mendorong tubuhnya hingga punggungnya menyentuh tembok, matanya pun menatap sosok Axal dengan tajam, tidak peduli dengan tatapan dingin Axal. Sekolah sudah sangat sepi, jadi mereka tidak menjadi tontonan atau bahkan pusat perhatian seluruh murid sekolah ini.

"Bacot! Aku peringatin buat jauhin Thalia mulai saat ini!"

Axal balas mencengkram kerah Davin.

"Hak kamu bicara gitu apa?!"

"Jelas aku berhak! Aku gak mau orang yang aku sayang disakitin sama cowok banci kayak kamu!"

Axal terkekeh tajam, kemudian tatapan yang tadinya dingin, kini berubah menjadi tajam.

"Kamu sayang sama Thalia?! Mimpi aja kamu sono!"

"Setidaknya aku lebih baik dari kamu!" Davin melepaskan cengkraman tangannya dari kerah seragam Axal, lalu berbisik sambil menyeringai tajam.

"Kamu kira aku gak tau tentang taruhan yang kamu buat sama temen sebangku lo?! Tch! Kamu terlalu meremehkan aku!"

Setelah membisikan hal itu, Davin berlalu dari hadapan Axal yang terdiam tidak dapat berkata, bagai petir di siang bolong, hati Axal mencelos seketika. Tetapi, sebelum Davin benar – benar pergi, ia berkata dingin pada Axal.

"Tinggalin Thalia secepat mungkin, aku gak tahu kapan kamu bakal akhiri hubungan kalian. Tapi, sebelum Thalia makin mencintai kamu begitu dalam, putusin dia! Aku gak mau liat Thalia terpuruk karena cinta pertamanya adalah cowok brengsek kayak kamu!"

So Far Away ✔✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang