Bab 19: Waktu Berdua

503 9 0
                                    

Di sekolahku akan diadakan olipiade. Olimpiade ini beda lagi. Bukan OSN seperti yang diikuti oleh aku dan Ran. Olimpiade ini tidak berbuntut sampai kemana-mana. Hanya sekali seleksi, kemudian langsung bertanding dengan seluruh peserta. Aku pernah mendapatkan medali perunggu dalam olimpiade seperti ini beberapa tahun sebelumnya.

Kami di seleksi. Seluruh murid. Tentu saja, soal-soalnya bukan barang yang mudah untuk ditaklukkan, tetapi setidaknya, aku tahu bagaimana cara menjawabnya. Kulihat Kamga sedang menegok kemana-mana, mencari-cari cara untuk menjawabnya. Rasanya, aku ingin sekali memberinya jawaban. Sayangnya, pengawasan yang diberikan terlalu ketat, sehingga aku pun tak boleh pergi dari tempat dudukku barang sejengkal pun.

Akhirnya, sepanjang seleksi, yang bergelayutan di otakku hanyalah rentetan doa. Doa agar ia juga bisa mengikuti olimpiade ini, sama sepertiku. Alhasil, aku menjawab salah soal yang seharusnya bisa kukerjakan dengan hanya menutup mata. Aku sadar bahwa aku sudah terlalu dimabuk cinta.

Hasilnya akhirnya keluar juga. Meski nilainya tidak terlalu bagus, setidaknya, dia masuk juga. Aku begitu kegirangan saat mengetahui bahwa ia masuk ke dalam tim olimpiade. Aku akan menghabiskan lebih banyak waktu bersamanya. Cihuy!

Aku berharap agar soal-soalnya menjadi 1000 kali lebih sulit, sehingga ia akan bertanya padaku (oke, ini ngarep) dan kami akan menikmati masa-masa serius berdua lagi. Aku terhanyut dalam lamunan itu...

***

Aku baru saja keluar dari kelas. Kali ini, Ran pulang duluan, karena aku masih harus bertemu dengan Adam. Merepotkan saja!

Aku celingukan mencari anak laki-laki satu itu. Tak lama kemudian, aku berhasil menangkap sosoknya. Salahnya sendiri. Siapa suruh memakai baju serba hitam?

Sebagian hatiku tersenyum dan memuji diriku sendiri karena telah menjulukinya "Malaikat Pencabut Nyawa". Bajunya hitam begitu...

"Nah, jadi, lo mau apa?" tanyaku cepat.

"Idih, kok lo jutek gitu, sih?" tanyanya.

"Hak-hak gue lah," kataku sambil mendengus.

"Um, okay. Gini... Emmm, gue minta tolong ama elo. Buat beliin lingerie. For my Charlotte," katanya dengan muka merah padam.

"What?! Are you kidding me? Lingerie? Ewwww, no way!" kataku sambil mundur seribu langkah.

"Hahahaha, ketipu dah lo! Orang gue minta tolong beliin hadiah buat dia. Bukan lingerie. Tolong, ya... Bentar lagi kan mau ada Up All Night," katanya.

Oh, ya... Up All Night! Aku baru ingat. Itu adalah salah satu acara paling bergengsi di sekolahku. Mirip Prom Night. Bedanya, kelas 1 SMP pun boleh ikut. Aku juga sudah membeli gaun untuk acara itu, karena aku yakin Kamga akan datang. Jika ingat itu, aku berharap bahwa waktu bisa diputar sangat cepat seperti mata pisau yang ada pada blender.

"Emang pacar lo mau dibeliin apaan?" tanyaku.

"Tauk. Gue kan bukan cewek, makanya gue minta tolong elo," katanya.

"Gue kan bukan Charlotte. Suruh dia milih aja," balasku.

"Yaaah, nggak romantis lo! Kan biar surprise," katanya dengan memasang muka (-_-)" padaku.

"Hmmm, yaaaa, gimana, ya? Ntar deh gue liat," kataku, sok jual mahal.

"Pleaseeeee," katanya dengan muka memelas.

"Komisi?" tanyaku, menjentikkan jari tengah dengan ibu jariku.

"Gue beliin lo coklat," sambarnya cepat.

"Deal," kataku cepat.

***

Aku tahu pasti apa yang diinginkan seorang gadis di acara se-spektakuler itu. Ia pasti menginginkan barang itu. Ya, barang yang aku harap bisa kudapatkan dari Kamga di acara Up All Night nanti...

Aku, Kamu, Dia, dan KitaHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin