Aku terbangun di dalam Limousine. Aku betul-betul tidak tahu apa yang sedang terjadi, dan merasa tidak perlu terlalu peduli karena tubuhku terasa ringan dan melayang sekarang. Aku butuh tidur. Kulihat gemerlap lampu gedung-gedung pencakar langit yang terang benderang. Aku kemudian menoleh, dan mendapati bahwa Adam berada di sampingku, menggenggam kedua tanganku.
"Oh, kamu udah bangun?" tanyanya. Wajahnya menyiratkan kecemasan yang mendalam. Aku terlalu lemas menjawab, sehingga hanya menanggukkan kepala dan memejamkan mataku lagi.
"Aku tadi... Kenapa?" tanyaku. Aku menyadari bahwa semuanya masih seperti sediakala, sehingga dapat kusimpulkan bahwa dia tidak melakukan apa-apa padaku. Satu hal lagi: aku percaya sepenuhnya padanya.
"Kamu tau nggak yang kamu minum tadi itu apa?" tanyanya. Aku terbius pandangannya. Dia betul-betul memesona.
Detik berikutnya, aku hanya bisa menggeleng dan menanti jawabannya.
"Sherry," katanya lamat-lamat, membuatku mencerna kata itu sampai ke dasar ingatanku. Sherry adalah salah satu jenis minuman keras, dan aku meminumnya di usiaku yang bahkan belum menginjak 14 tahun.
"Jadi... Tadi aku mabuk?" tanyaku hati-hati dan setengah tak percaya.
"Iya," katanya meyakinkanku. "Nggak papa, kamu kan nggak tau dan nggak sengaja," tambahnya sambil membelai rambutku. Dia kemudian mendekapku. Aku bisa merasakan jantungku berdebar lebih kencang. Aku bersandardi dadanya yang bidang.
Lalu mulutnya mulai membisikkan sesuatu ke telingaku, "Kamu tau kan, aku udah mau SMA?"
Aku mengangguk pelan. Rasa cemas itu tiba-tiba saja menghinggapiku. Aku sering membaca novel roman, dan masa SMA adalah masa di saat para gadis telah makin matang dan menggoda, sementara para pria semakin gagah dan jantan. Tidak menutup kemungkinan bahwa ada orang yang akan menggantikanku di hatinya, atau bahkan yang lebih parah, menggantikannya di hatiku. Bukannya aku mau mengguurkan kata-kataku bahwa aku mencintainya selamanya, tetapi lebih kepada karena aku mempersiapkan yang terburuk. Waktu bisa mengubah segalanya, bukan?
"Aku... Aku pengen kita LDR. Kamu mau?" tanyanya parau.
Aku tertegun. Ya, aku mau. Aku mencintainya. Sangat mencintainya. Aku hanya takut jika... Ugh, kenapa aku baru memacarinya di tahun terakhir SMP-nya? Aku jadi menyesal...
"Aku mau, tapi dengan satu syarat," kataku akhirnya.
"Apapun akan kupenuhi. Kau tahu? Aku sangat mencintaimu," katanya sambil mendekapku.
"Don't ever replace me with anybody else. Promise me," kataku.
"I promise, and I will always keep that promise," balasnya sambil mencium keningku.
ŞİMDİ OKUDUĞUN
Aku, Kamu, Dia, dan Kita
RomansaPilihannya hanya dua: menerima kenyataan bahwa dia telah memilih yang lain dan melupakannya, atau tetap hidup dalam bayang-bayang cinta yang semu. Tapi melupakan orang yang dicintai sama sulitnya dengan mengingat orang yang tidak pernah ditemui. Cer...