Aku menyesap Cappucino-ku. Titik-titik kecil air meluncur satu-satu di kaca jendela yang bening. Aku suka bau kopi. Aku suka meminum kopi. Itulah salah satu alasan mengapa aku bisa duduk di sini sekarang. Aku, seorang direktur perusahaan kopi berkualitas premium, menunggu klien-ku yang tak kunjung datang. Aku melirik jam tangan perak yang melingkar di pergelangan tanganku. Oh Tuhan, ia sudah terlambat lima belas menit. Apa-apaan ini?
Bau kopi juga yang membuatku duduk sendirian di sini. Tanpa pendamping. Hubunganku dengan pacarku juga sedang berantakan. Semua itu berawal pada bau kopi. Kenangan itu sudah lama. 10 tahun yang lalu...
Semuanya berawal pagi itu. Sebuah pagi di bulan Agustus. Aku berjalan memasuki kelasku. Terus terang, aku masih canggung dengan semua ini, termasuk teman-teman sekelasku. Aku biasa bergaul dengan anak-anak surfer dunia maya, dan tiba-tiba saja terbentur medan yang berbeda.
Mereka hidup di dunia nyata. Dengan pensil dan kertas.
Aku duduk di bangku yang berada di deretan depan. Sesosok laki-laki duduk di deretan belakang. Mukanya terlihat baru. Baru pertama kali kulihat. Selidik punya selidik, dia anak baru. Kelihatannya, dia anak baik-baik.
Ya, di hari pertama SMP-ku, aku jatuh cinta...
ŞİMDİ OKUDUĞUN
Aku, Kamu, Dia, dan Kita
RomancePilihannya hanya dua: menerima kenyataan bahwa dia telah memilih yang lain dan melupakannya, atau tetap hidup dalam bayang-bayang cinta yang semu. Tapi melupakan orang yang dicintai sama sulitnya dengan mengingat orang yang tidak pernah ditemui. Cer...