Kamga putus dengan Ashley. Tapi, itu tidak berarti dia langsung available. Dia sempat berpacaran dengan Sasha, seorang anak kelas 1-F juga. Sama cantiknya. Kamga memang tidak imbisil...
Hubungan itu tidak berlangsung lama. Hanya sekitar seminggu, setelah itu, mereka bubar jalan. Keduanya masih tetap menjadi sahabat, tetapi bukan kekasih. Freya masih tetap dalam kebimbangannya. Ia masih terus bertanya padaku, dan aku masih terus menyarankannya untuk sabar. Jujur, sebagian hatiku tidak rela Kamga menjadi pacar orang lain. Apalagi pacar sahabat sendiri.
"Ai, untuk kesekian kalinya, lo bener. Tadi, gue ngeliat di iPhone 5S-nya Sasha. Walopun udah putus, mereka masih tetep pake sayang-sayang gitu deh. Nah, gue mesti gimana?" tanyanya padaku.
"Emmm, mungkin mereka masih belom bisa ngelupain kali. Secara, mereka kan putus baik-baik, jadi, rasa cinta yang dulu--walaupun sedikit--pasti masih tersisa di hati masing-masing," kataku pada Freya.
Dan lagi-lagi, hanya waktu yang dapat menjawabnya...
***
Di pelajaran lingkungan hidup, Kamga duduk di deretan depan, sarangnya anak-anak perempuan. Tidak cuma itu, ia bahkan mengenggam kedua tangan Freya. Hanya kurang sunset-nya saja. Jika itu terjadi, maka, bayanganku menjadi kenyataan. Akan tetapi, bukan aku yang menjalaninya. Melainkan Freya. Mereka mesra sekali. Aku hampir tidak bisa menutupi rasa iri-ku pada mereka berdua. Masalahnya, aku tidak berhak cemburu. Memangnya, aku siapa-nya Kamga?
Aku hanya duduk dalam diam sepanjang sisa pelajaran hari itu.
Ketika jam bubaran sekolah--meskipun rasanya berat sekali dan aku merasa ingin bunuh diri saja--aku akhirnya membisikkan kalimat itu di telinga Freya.
"Terima aja cinta-nya Kamga..."
ŞİMDİ OKUDUĞUN
Aku, Kamu, Dia, dan Kita
RomancePilihannya hanya dua: menerima kenyataan bahwa dia telah memilih yang lain dan melupakannya, atau tetap hidup dalam bayang-bayang cinta yang semu. Tapi melupakan orang yang dicintai sama sulitnya dengan mengingat orang yang tidak pernah ditemui. Cer...