Freya berpacaran.
Bukan dengan Kamga, melainkan dengan John-Dean, seorang cowok yang berdarah setengah Perancis setengah Indonesia di kelasku. Tahu akan hal itu, Kamga langsung naik pitam, tentunya. Dia sudah dengan susah payah berkorban, dan dengan mudahnya ditinggalkan. Kira-kira, itulah yang dapat kutafsirkan darinya.
"Aduuh, gimana nih, Ai?" tanyanya padaku saat istirahat pertama setelah ulangan Biologi.
"Loh, kan hak elo buat nolak dan nerima cinta cowok manapun yang nembak," kataku padanya, heran.
"Iya, masalahnya, setelah John-Dean nembak, langsung gue putusin beberapa jam setelah itu," balasnya.
"Jadi, lo ngerasa bersalah?" Tanyaku padanya.
"Iya niih," katanya lagi.
"Ya udah, rujuk aja," kataku menggunakan kata-kata "rujuk" untuk kata "balikan".
"Gue takut kalo dia nggak mau. Mana dia jalan deket Kamga mulu, lagi," kata Freya takut-takut.
"Kita bisa nyari waktu yang tepat, kok," kataku menenangkannya.
Masalah hati memang susah, karena semua yang ada di dunia berasal dari hati. Semuanya...
***
Freya ditolak. John-Dean tidak ingin kembali menjadi pacar Freya setelah diputus begitu saja. Freya lagi-lagi menangis, dan aku kembali menenangkannya, menghiburnya agar hatinya tidak terlalu sakit. Masalahnya, aku juga pernah merasakan yang namanya patah hati.
Setelah dia tenang, aku mendengarnya berkata dengan lirih, "Aku sudah lelah jatuh cinta, karena pada kenyataannya, aku selalu mencintai orang yang salah."
ŞİMDİ OKUDUĞUN
Aku, Kamu, Dia, dan Kita
RomancePilihannya hanya dua: menerima kenyataan bahwa dia telah memilih yang lain dan melupakannya, atau tetap hidup dalam bayang-bayang cinta yang semu. Tapi melupakan orang yang dicintai sama sulitnya dengan mengingat orang yang tidak pernah ditemui. Cer...