Akhirnya aku punya pacar! Persetan dengan Kamga dan segala tetek bengeknya. Aku sekarang sudah punya seseorang yang tulus mencintaiku, takut kehilanganku, dan merasa beruntung karena memilikiku. Dialah Adam Wicaksono, pria yang diciptakan untuk mencintaiku, membelaiku, menjagaku.
Sudah dua bulan sejak kejadian itu, dan aku merasa sangat beruntung memilikinya. Aku juga sangat membenci Charlotte yang menyia-nyiakan lelaki sebaik itu hanya untuk laki-laki biadab seperti Gavin. Mungkin, Charlotte diciptakan oleh Tuhan hanya sebagai perempuan yang membuatku cemburu di saat aku belum memiliki Adam.
Sore itu, aku sedang duduk di pagar, menunggu pacarku (ehem, mulai sekarang, ini panggilan baru untuk Adam) yang tak kunjung datang. Tiba-tiba saja ponselku bergetar-getar, menandakan bahwa ada pesan yang masuk. Dengan cepat aku mengecek ponselku dan membaca pesan yang ada di dalamnya. Pesan dari Freya.
"Kamga nyuruh gue bilang ke elo kalo Kamga benci sama elo."
Alisku bertaut karena heran. Aneh sekali. Apa Freya sedang demam tinggi?
"Hah? Benci? Kenapa?" balasku singkat, kemudian kembali memasukkan ponselku ke dalam saku. Tak lama kemudian, balasannya langsung datang secepat kilat.
"Dia jawab, 'Terlalu Sok!'"
"Sok di bagian mananya?" ketikku lagi.
Di pun membalas, "Tauk tuh, Dia ga mau jawab. Katanya udah nggak mau ngomong sama elo lagi."
Aku hanya geleng-geleng kepala. Kamga ternyata ajaib sekali. "Ya udah, bilang ke dia, 'Itu hak elo untuk benci atau nggak sama gue. I'm really sorry if I do, because I live to search lots of friends, notlots of enemies," jawabku.
Tak lama kemudian, balasannya muncul. "Kamga bilang, 'diam sudah, nualap'." Aku rasanya ingin merobek-robek kepalanya. Apa dia bilang? Nualap? Padahal, di sekolah kami, mengatai orang "nualap" sama dengan memaki dengan mengatakan "anjing". Jelas aku marah. Aku bukan takut ataupun sedih, tapi aku MARAH!!!
Darahku rasanya mendidih sampai ke ubun-ubun. Kalau aku Jet Li, mungkin aku sudah membelah tengkoraknya menjadi sepuluh bagian.
"Kamu kenapa nendang-nendang batu?" tanya suara yang sangat kukenal. Siapa lagi kalau bukan suara pacarku?
"Liat!" kataku dengan emosi, sambil menunjukkan pesan di Blackberry Messenger-ku. Aku bisa melihat muka Adam berubah menjadi merah padam.
"Siapa yang berani giniin kamu?!" tanyanya dengan kemarahan yang tak bisa ditutupi lagi.
"Kamga!" jawabku penuh emosi. Kami berdua sama-sama larut dalam keheningan. Pikiranku kalut sekali. Seumur hidupku, belum pernah ada orang yang berani memakiku seperti itu.
"Jangan. Jangan maen tangan. Laporin ke guru aja," kata Adam lirih di dekat telingaku. Entah angin apa yang membuatnya seperti ini, yang pasti dia menjadi begitu alim sejak dia menembakku. Aku sih senang-senang saja.
Aku mengangguk menurutinya. Tiba-tiba saja dia menarik pundakku, menghadapkan mukaku dengan mukanya. Ia lalu mencium keningku dan berkata, "Nggak ada yang bisa nyakitin kamu, karena aku janji untuk selalu ngelindungin kamu."
Aku merasa bahwa aku sedang berada di dalam novel romantis. Aku sempat berpikir bahwa aku sedang menjalani syuting dan sedang mengambil adegan romantis.
"Dah, sekarang kita pulang, ya?" tanyanya lembut.
"Aku pengen jalan-jalan," kataku manja.
"Oke. Mau kemana?"
***
Aku membeli beberapa boneka imut, beberapa aksesori, dan sebuah sepatu hak tinggi untuk pesta Up All Night yang tinggal 3 hari lagi. Belanjaan yang kubawa tidak terlalu banyak, tapi Adam rela membawakan semuanya untukku. Ketika aku melihat ke belakang, aku hampir terjungkal.
"Sini, aku bantu bawain. Kamu itu pacarku, bukan babu-ku," kataku sambil mengambil beberapa belanjaan.
Dia tersenyum manis dan berkata, "Inilah salah satu alasan kenapa aku pengen kamu jadi pacarku."
***
Sepulang berbelanja, aku tidak bisa langsung menikmati hangatnya kasur kamarku. Aku masih harus ke ruangan kepala sekolah, kantor polisi, dan ruangan-ruangan para penegak hukum lainnya. Aku juga tidak keberatan. Ini menyangkut keadilan. Keadilan yang harus diperoleh oleh pacarku.
Aku puas sekali begitu melihat Gavin dan anggota geng lainnya bertambah kurus di dalam penjara. Itu memang harus ditanggung olehnya. Ini perbuatan yang setimpal. Charlotte juga ikut merasakan akibatnya. Ia juga ikut mendekam di dalam bui karena sudah ikut menyiksa pacarku.
Meskipun baru menginjak bangku SMP, geng ini sudah bisa dijerat hukum, karena ini adalah salah satu tindakan percobaan pembunuhan. Aku hanya berharap ia tidak keluar terlalu cepat dari penjara, sehingga ia bisa merasakan penderitaan dan jera terhadap perbuatannya. Semoga ia tidak menguntitku dan pacarku ketika ia sudah bebas nanti.
Rekaman yang diambil olehku ternyata sangat berguna. Dan untuk hal itu, Adam mencium keningku kembali, berterimakasih padaku. Dia memang betul-betul romantis.
Aku yakin bahwa hubunganku dengan Adam akan selalu mesra seperti ini. Selamanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/12921791-288-k447290.jpg)
ŞİMDİ OKUDUĞUN
Aku, Kamu, Dia, dan Kita
RomancePilihannya hanya dua: menerima kenyataan bahwa dia telah memilih yang lain dan melupakannya, atau tetap hidup dalam bayang-bayang cinta yang semu. Tapi melupakan orang yang dicintai sama sulitnya dengan mengingat orang yang tidak pernah ditemui. Cer...