Aku terbangun karena cahaya matahari yang masuk dari sela-sela horden jendela kaca mengusikku. Tidak, aku tidak suka bangun pagi, kenapa hari libur berlalu begitu cepat?
Dengan terpaksa aku bangkit dari tidurku, berjalan kekamar mandi walaupun langkah ku masih terlihat goyah. Aku tidak tahu apa yang ku injak, sehingga intinya karena permukaannya yang licin, aku terpeleset dan terjatuh dengan dagu ku yang terlebih dahulu mendarat dilantai. Bunyi berdebum yang ditimbulkan dan rasa sakit yang langsung menjalar di area daguku sanggup membuat mata ku terbuka lebar tanpa ada sisa kantuk lagi.
Aku mengerang kesakitan lalu bangkit dari posisi menyakitkan itu. Mataku menatap horor sampul plastik yang menjadi tersangka dari peristiwa terpeleset ku itu."Alice! Suara apa itu, apa yang terjadi?"
Suara pekikan mom membuatku semakin yakin jika daguku akan memberi bekas kebiru-biruan disana. Bahkan suara jatuhku di lantai dua dapat di dengar oleh mom yang kurasa berada di dapur.
"Tidak ada mom! Aku menjatuhkan barangku dari atas lemari!" aku balas memekik.
"Cepatlah turun setelah selesai bersiap-siap, ada roti bakar coklat keju kesukaanmu di atas meja!"
Coklat keju? Aku rasa aku harus segera bersiap-siap. Tanpa memperdulikan ejekan Liz yang mengataiku ceroboh, aku bersiap-siap untuk kesekolah dengan cepat, mengikat rambut ekor kuda sembarangan lalu meraih tas ransel ku dan segera berlari menuju dapur dengan cepat.
Aroma roti bakarnya benar-benar nikmat, membuat liur ku bergejolak, apalagi setelah melihat roti bakar itu masih mengepulkan asap hangat.
"Duduklah sayang, dad sudah berangkat dari tadi"
Mom menaruh segelas susu vanila di samping piring roti bakarku. Dengan cepat aku mengambil duduk di kursi meja makan dan melahap roti bakarku dengan cepat. Mom hanya menggeleng melihat cara makanku, tetapi tidak berkomentar.
"Bagaimana dengan serigalamu sayang?"
Aku mendongak menatap mom sekilas, lalu meminum susu vanila ku
"Baik-baik saja, namanya Liz. Dan dia sedikit cerewet"Aku menghiraukan protesan Liz dan menatap mom yang kini tersenyum lembut.
"Kalian bisa berganti shift setelah melaksanakan ritual" jelas mom.
Aku mengangguk sebelum memasukan potongan roti bakar terakhir dalam mulutku. Setelah menelannya dan menghabiskan susu vanila ku. Aku menatap jam dan memutuskan untuk bertanya satu hal sebelum Regan akan datang kerumah ku dan mengajak ku ke sekolah bersama.
"Mom, uhm...bagaimana ritual itu nantinya? Aku telah memiliki jiwa serigala bahkan sebelum melaksanakan ritual"
Aku menatap mom yang masih saja tersenyum lembut.
"Tidak apa-apa sayang, mungkin kamu hanya di beri anugrah oleh moongoddes agar bertemu lebih cepat dengan serigala mu"
"Tetapi mom, bukankah ini aneh? Bukannya aku tidak mengharapkan Liz, hanya saja ini memang aneh"
Untung saja Liz tidak berkomentar apa-apa, aku yakin ia sama penasaran nya dengan ku.
"Mom tidak tahu sayang, ini memang aneh dan kejadian yang baru pertama kali terjadi. Tetapi kau tidak perlu khawatir, kau akan baik-baik saja"
Aku mengangguk dan mengulang ucapan mom berkali-kali di kepala ku. Aku akan baik-baik saja, dan kalaupun ada apa-apa yang terjadi aku akan menghadapinya."Alice In Wonderland, kau ingin pergi sekolah atau tidak?!"
Pekikan khas Regan sekali terdengar dari luar. Aku bangkit dari kursi ku, menghampiri mom dan mengecup pipinya sekilas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bound By The Alpha
Werewolf(UNDER REVISION - Ditulis sebelum mengetahui banyak tentang tata bahasa dan cara menulis yang benar) **** "We can't fight the destiny." - Alicia Thompson **** Alice tidak suka di kekang, ia adalah gadis yang memiliki jiwa bebas. Sebab itulah ia ti...