(26) Attack

5.4K 425 10
                                    

"Alice" Darren memanggil namaku dengan nada penuh peringatan.

Aku mendongak ke arahnya sambil tersenyum kemudian menyentuh perban yang terikat dengan rapi di buku-buku jariku. Sebenarnya aku sudah mengatakan berkali-kali jika aku baik-baik saja. Luka dari pecahan kaca yang pernah menancap di ruas-ruas jariku pasti telah sembuh sepenuhnya menilik dari kemampuan penyembuhanku juga rasa sakit yang telah sepenuhnya hilang itu. Namun sepertinya bukan itu yang Darren permasalahkan, dia lebih dulu mengetahui niat tersembunyiku.

"Kau tidak bisa melarangku" aku menarik pelan-pelan perban yang mengikat tanganku, sengaja membuatnya lebih kesal lagi.

"Hentikan itu Alice, kau tidak boleh melakukannya" Darren mulai terdengar lebih kesal.

"Kenapa? Kau tidak bisa melarangku begitu saja, semua orang punya urusan, dan aku melakukan ini demi keamanan Pack!"

"Tapi tidak jika mengancam nyawamu! Dia sudah mengetahui tentang mu dan hampir membunuhmu dengan abilitynya!"

"Oh, tentu saja" aku tersenyum miring "akan ku balas dia dengan mencari tahu semua yang menjadi inti permasalahan ini"

Darren menggeram kemudian mulai menatapku dengan tatapan dinginnya. Aku tidak suka tatapan itu, karena itu artinya sisi lainnya mulai ikut campur dalam pengendalian emosi Darren. Dan itu juga artinya aku dan Liz akan kalah sebelum memulai dalam perdebatan ini.

"Darren, kau harus membiarkan aku berlatih bersama kawanan Pack lainnya" aku berusaha berucap selembut mungkin.

"Untuk apa? Untuk membuatmu terluka lagi?" Darren mendengus kasar. "Jangan bercanda"

Aku mendesah kesal kemudian menarik dengan kasar lilitan perban di tanganku, memperlihatkan jari-jariku yang kini hampir sepenuhnya sembuh walaupun masih menyisakan jejak kemerahan. Tanpa memperdulikan wajah dingin Darren, aku melambaikan tanganku di depan wajahnya.

"Lihat! Luka ini tidak ada apa-apanya, bahkan hanya butuh waktu tiga jam agar bisa sembuh sepenuhnya"

"Tetap tidak boleh" Darren menyahut datar.

"Darren, ayolah—" belum selesai ucapanku, Darren terlebih dahulu memotong.

"Kau tidak boleh ikut berlatih dengan kawanan Pack, jangan membantahku"

Lidahku terasa kelu ketika Darren menatapku tajam seperti itu, dan tanpa kata langsung berbalik meninggalkanku. Mengesalkan sekali ketika tahu aku tidak bisa apa-apa hanya karena dia adalah seorang Alpha. Mengapa sulit sekali untuk mengizinkanku berlatih bersama kawanan Pack lainnya? Aku melakukan ini untuk melindungi Pack. Aku ingin berguna jika sesuatu tiba-tiba terjadi pada Pack, kenapa tidak ada yang mengerti?

Kejadian sebelumnya membuatku lebih memilih tutup mulut karena mereka telah menyembunyikan masalah sebesar itu padaku, namun aku tidak bisa menerima kenyataan jika mereka tetap menyembunyikan semuanya bahkan ketika aku telah mengetahuinya. Amarah seakan-akan memupuk di kepalaku dan membebani pikiranku. Mencoba menenangkan diri, aku memutuskan untuk kembali ke kamar untuk memikirkan langkah selanjutnya yang akan ku lakukan.

Pikiranku tiba-tiba tertuju pada sosok yang memberikanku mimpi buruk dan memberikan jejak kemerahan di leherku itu. Aneh sekali, aku memiliki kemampuan penyembuhan yang hebat, namun jejak kemerahan yang di tinggalkan sosok itu di leherku tidak dapat di sembuhkan dengan mudah. Seakan-akan jejak kemerahan itu akan sembuh seperti waktu pada umumnya tanpa kekuatan umumku sebagai werewolf. Aku jadi penasaran ability untuk sosok yang katanya di lahirkan dari penyimpangan itu.
Sambil mengerutkan kening heran, aku membuka pintu kamar kemudian memutuskan untuk menenangkan diri di balkon. Menatap hamparan bunga di bawah balkon, aku memikirkan tentang makhluk apa sebenarnya yang lahir dari penyimpangan itu? Apa sebenarnya dia?

Bound By The Alpha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang