Ada sedikit kesalahan pada chapter 14 hingga baru bisa saya update, dan saya juga baru sadar. Silahkan periksa notification kembali agar bisa melihat chapter 14 yg baru saya update.Sekian
*****
Darren memutuskan menjauhiku beberapa hari ini, bahkan aku hampir tidak pernah melihatnya muncul di hadapanku setelah kejadian itu. Semua menjadi rumit, terlebih lagi omelan Liz benar-benar membuat kepalaku semakin terasa berat.
'Semua ini salahmu'
Aku memutuskan untuk mengabaikannya. Kepalaku akhir-akhir ini semakin terasa pusing.
'Jika saja egomu itu bisa kau kendalikan, ini tidak akan terjadi'
'Kau membuatnya marah, kau harus meminta maaf'
'Abaikan saja aku selamanya, aku akan terus meneror mu'
'Kau senang jika ia marah padamu, kan? Kau merasa bisa terbebas dari kekangannya, kan?'
Tanganku yang sedang mengaduk adonan kue pada mangkuk kaca langsung terhenti.
'Hentikan Liz, aku sudah menyesal akan hal itu, kau tidak perlu mengungkitnya lagi' geramku.
'Kenapa? Kau pikir jika kau menyesal masalah akan selesai?' Liz berucap dengan sarat akan ejekan.
'Lalu kau mau apa? Kau ingin aku meminta maaf padanya?'
'Tidak perlu kau pertanyakan lagi, kau sudah tau apa yang harus kau lakukan'
'Hentikan pembahasan ini, kau sama sekali tidak membantu'
'Kenapa?' Liz terkekeh pelan. 'Kau memang merasa bersalah bukan? Hanya saja egomu itu menahan mu untuk pergi meminta maaf'
'Aku merasa tidak ada yang salah dengan egoku' ucapku tegas.
'Oh, tentu saja. Itu artinya yang bermasalah adalah dirimu sendiri'
Ku genggam whisk yang berada di tanganku dengan erat, mencoba untuk menenangkan diri.
'Hentikan Liz, kau tidak tahu apa-apa' desisku kesal.
'Apa yang tidak aku tahu?' ucap Liz menantang.
Aku memejamkan mataku, merasakan emosi yang telah meluap-luap di kepalaku. Sialan! Kepalaku semakin terasa sakit sekarang. Apa yang harus ku lakukan untuk menghilangkan rasa sakit ini?
'Kau benar-benar me—'
Sebelum Liz menyelesaikan ucapannya, dengan cepat aku mendorongnya dalam pikiranku kemudian memutuskan mindlink kami. Brengsek! Kenapa dia sama sekali tidak bisa membantuku untuk diam dalam situasi ini?
"Astaga Luna!"
Aku menoleh dengan cepat ke arah pelayan yang baru saja memasuki dapur itu, menatapnya dengan heran.
"Ada apa?"
Ia menatapku dengan takut-takut, kemudian menunjuk ke bawah dengan mata yang membesar. Aku menunduk kebawah, mengikuti arah tunjukannya. Dengan cepat aku melepaskan genggamanku pada whisk yang sekarang sudah tidak berbentuk itu, membiarkan benda tersebut jatuh ke lantai.
Pelayan itu menatap whisk tersebut, lalu kembali menatapku. Sial! Kenapa aku bisa seemosi ini? Darimana asalnya kekuatan ini?
Dengan cepat aku memungutnya, memasukkannya pada tempat sampah, lalu menggenggam mangkuk berisi adonan kue yang belum ku selesaikan. Namun yang terjadi adalah, aku memecahkan mangkuk kaca tersebut dalam genggamanku, menimbulkan bunyi keras ketika mangkuk kaca tersebut beradu dengan lantai marmer karena reflekku yang langsung melepaskannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bound By The Alpha
Werewolf(UNDER REVISION - Ditulis sebelum mengetahui banyak tentang tata bahasa dan cara menulis yang benar) **** "We can't fight the destiny." - Alicia Thompson **** Alice tidak suka di kekang, ia adalah gadis yang memiliki jiwa bebas. Sebab itulah ia ti...