Sinar matahari masuk dari celah horden yang menutupi jendela kaca dikamarku, membuatku terbangun dengan perlahan, menatap sekeliling kamar seakan-akan ini bukanlah kamarku. Ingatan tentang semalam masih melekat jelas di kepala ku, ketika kami melarikan diri dari serigala hitam itu, dan berhasil sampai dirumah dengan selamat. Aku bersyukur Liz tidak terlihat terlalu marah dan menganggap bahwa ucapan ku benar, karena jujur, aku takut jika serigala itu memang pasanganku. Bukan karena apa, menurutku ini terlalu cepat.
Masih diatas tempat tidurku, aku menatap langit-langit kamarku yang kosong, mencoba menelaah semuanya dan menyingkirkan pikiran mengenai pasangan untuk sementara waktu. Liz juga tidak menyinggung hal semalam, dan sedang beristirahat karena lelah setelah berganti shift semalam.
"Alice! Cepat turun kebawah dan sarapan bersama!"
Teriakan dari mom membuatku secepatnya bangkit dari kasur. Dua hari kedepan akan diliburkan pasca malam pertama shift semalam, dan aku bersyukur karena tidak akan bertemu dengan Lily dan menghadapi ocehannya yang menganggu, ataupun Regan, walaupun rumah kami hanya terpaut oleh pagar kayu di sekeliling rumah.
Setelah memakai celana training dan kaus polos yang sedikit kebesaran, aku berjalan keluar kamar dan menuruni tangga menuju dapur. Ada mom dan dad yang sedang duduk dimeja makan sambil mengobrol sesekali. Aku duduk disamping dad lalu menarik piring berisi pankuk yang disiram oleh sirup maple manis.
"Bagaimana shift pertama mu Alice?" dad membuka pembicaraan.
"Tidak terlalu buruk, walaupun agak sedikit menyakitkan dad" sahutku sambil memasukan potongan pankuk di mulutku.
"Bagaimana dengan Liz?" kali ini mom yang bertanya.
"Liz sedikit kelelahan tadi malam, apalagi semalam kami-"
Aku menahan ucapanku diujung lidah ketika hampir saja memberitahukan perihal serigala hitam semalam. Mom dan dad tidak boleh tahu mengenai ini, setidaknya nanti.
"Kenapa semalam?" dad bertanya penasaran, sedangkan mom ikut menatap ku dengan mata bulatnya yang berbinar.
"Tidak ada, kami sempat tersesat ketika ingin keluar dari hutan"
"Bukankah ada senior Pack yang mengawas?"
"Kebetulan aku tidak menemui mereka" sahutku sambil mengangkat bahu.
Mom dan dad mengangguk mengerti.
"Bagaimana dengan gambaran matemu? Kau mengenalnya?"
Ucapan dari mom membuat ku tersedak oleh pankuk yang baru saja kutelan. Aku terbatuk-batuk lalu menerima susu vanila yang di berikan oleh dad, meneguknya hingga tersisa setengah. Dad mengelus punggungku dan menampakan wajah khawatirnya.
"Makanlah pelan-pelan sweetheart" dad memperingati.
Aku mengangguk lalu kembali memakan pankuk ku dengan lahap.
"Jadi bagaimana?" mom tetap mempertahankan pertanyaannya
Ughh, padahal kukira mom sudah melupakannya, ternyata mom memiliki ingatan yang baik. Aku tidak bisa lari lagi dari pertanyaan itu, maka aku menjelaskan garis besarnya saja."Aku melihatnya, hanya gambarannya samar-samar. Aku hanya mengingat warna mata kelabunya" jelas ku
"Apa kau mengenal orangnya?"
Aku menggeleng atas pertanyaan antusias mom, karena aku memang tidak mengenalnya.
"Kurasa kau akan bertemu dengan pasangan mu secepatnya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bound By The Alpha
Werewolf(UNDER REVISION - Ditulis sebelum mengetahui banyak tentang tata bahasa dan cara menulis yang benar) **** "We can't fight the destiny." - Alicia Thompson **** Alice tidak suka di kekang, ia adalah gadis yang memiliki jiwa bebas. Sebab itulah ia ti...