(11) Untitled part

7.4K 598 12
                                    

Aku mencoba mengerjabkan mataku, membalikan posisi tubuhku ke samping kiri lalu mengerang kesakitan ketika merasakan sesuatu yang berdenyut nyeri di lengan atas kiriku. Pipi ku pun ikut berdenyut ketika aku mengerang, membuatku lantas membuka mata dan menatap langit-langit ruangan dengan pandangan kosong.

Tubuhku mencoba bangkit, namun rasa nyeri di lengan kiriku benar-benar menyakitkan. Akhirnya aku tetap berbaring di atas tempat tidur, menatap sekitar ruangan dan menyadari jika ini adalah kamarku. Aku menoleh, menatap jendela kaca yang kini memperlihatkan langit malam yang gelap. Pikiranku berkelana, mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi hingga aku berakhir di atas tempat tidur dengan keadaan seperti ini.

Sepintas ingatan masuk dengan cepat, tentang semuanya yang terjadi tadi pagi hingga aku berakhir pingsan, tentunya setelah mengucapkan sesuatu yang tidak masuk akal pada Darren, dan itu memalukan.

Pipiku sampai terasa panas ketika mengingatnya, bersamaan dengan pintu yang terbuka, dan membawa masuk aroma manis kesukaanku. Aku menghirup udara, lalu menggeram kecil ketika merasakan Liz yang melolong senang. Geramanku di sahut dengan geraman lain, membuatku otomatis membuka mata dan menatap terkejut Darren yang kini sedang menatapku dengan mata kelabunya yang berkabut, gairah?

Tidak, alihkan pandangan dari mata itu sebelum terlambat. Aku menatap nampan berisi sup cream dan susu vanilla, menu favoriteku, yang kini di bawa oleh Darren. Mengikuti arah pandanganku, Darren melangkah maju dengan matanya yang masih terlihat berkabut. Aku berusaha sekuat mungkin mengalihkan pandangan, pipiku terasa panas karena malu.

"Kau baik-baik saja?" ia bertanya perhatian, menaruh nampan itu di atas tempat tidur tepat di sampingku.

Aku mengangguk pelan "seperti yang kau lihat saat ini"

Ia mengangguk pelan, lalu mengambil air putih yang berada di atas nakas dan membantuku minum.

"Jangan bertindak bodoh lagi" tukasnya langsung.

Aku mengernyit, mencoba mengingat hal bodoh apa yang ku lakukan "apa maksudmu? Aku tidak melakukan apa-apa"

"Kau baru saja melakukan hal bodoh tadi siang"

"Hal bodoh?" pikiranku melayang pada waktu siang tadi, ketika Marryana menantangku dalam turnamen, dan ketika dia mencemoohku, lalu...., aku hampir membunuhnya. Pikiran itu langsung menampar ku dengan keras.

"Apa Marryana baik-baik saja?" aku bertanya dengan panik, menghiraukan Liz yang kini mengomeliku karena masih mengurus perempuan kurang ajar itu.

Mendengar pertanyaanku, Darren langsung menaikan alis, mengambil sendok lalu menyuapkanku sesendok sup cream. Aku membuka mulut menerima suapannya sambil menunggu jawabannya.

"Kau masih memikirkan tentang dia?"

Aku mengangguk, kembali membuka mulut untuk menerima suapan dari Darren.

"Aku hampir saja membunuhnya, apa dia baik-baik saja?"

Darren mengangguk pelan, mengusap kuah sup di sudut bibirku lalu kembali menyuapiku. Aku menghela nafas lelah, lalu meringis pelan ketika merasakan nyeri di pipiku.

"Apakah masih sakit? Aku tidak menyangka jika kemampuan penyembuhan mu sangat cepat" ucap Darren

Aku ikut menaikan alis, meminum susu vanilaku, setelah itu Darren kembali memberiku suapan. "Apa maksudmu? Aku biasa saja, tidak seperti kemampuan penyembuhan mu yang lebih cepat"

Darren menggeleng pelan. "kemampuan penyembuhan mu juga sangat cepat. Luka mu akan menghilang mungkin 2-3 hari kedepan"

Keningku berkerut bingung, itu terlalu cepat. Tidak mungkin kemampuan penyembuhan ku bisa secepat itu. "Kau bercanda? Tidak mungkin luka ku bisa sembuh hanya dalam beberapa hari"

Bound By The Alpha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang