Rasanya seperti mimpi. Bagaimana bisa hanya dalam waktu sehari masalah yang terjadi malah semakin besar?
Aku mengerutkan kening, merasakan bagaimana ramainya keadaan di sekitar Pack Utama. Beberapa taman di sekitar Pack terpaksa di pangkas untuk di jadikan tempat berlatih para warrior, pelayan-pelayan berlalu-lalang tanpa henti untuk membantu apa yang dia bisa, mengobati warrior yang cedera karena berlatih, ataupun membuatkan minuman dan makanan jika mereka kelelahan.
Dari kabar yang ku dengar, area berlatih untuk para warrior tidak mencukupi karena banyak warga desa yang di tarik untuk berlatih menjadi warrior tanpa di adakannya Uji Coba. Tentu saja, dalam keadaan ini, berlatih adalah satu-satunya cara untuk melindungi Pack.
Sambil memandang sekitar, aku melangkah panjang-panjang menuju perpustakaan pribadi di sayap kanan, berniat untuk mencari informasi lebih mengenai Pohon Akacia. Yang aku tahu, Pohon Akacia adalah pohon kehidupan bagi kaum werewolf, yang hanya tumbuh subur pada tanah yang memiliki banyak penduduk dan pemimpin yang sanggup memimpin dengan baik. Tanah yang telah di berkati oleh moongoddes dan di beri kepercayaan untuk memperbanyak eksistensi werewolf di dunia.
Namun mengapa Pohon Akacia tiba-tiba menjadi seperti ini? Menggugurkan semua daunnya seakan-akan sesuatu tengah memberatkannya? Aku yakin ada sesuatu yang terjadi pada pohon itu, entah faktor dari luar ataupun dalam, tapi semua werewolf menggantungkan kehidupannya pada pohon itu.
Menghela nafas, aku sama sekali tidak membuang-buang waktu ketika sampai di perpustakaan. Sedikit meragu sebenarnya ketika melihat deretan rak buku yang menjulang tinggi hingga langit-langit, berisi buku-buku tebal yang memuat banyak informasi, namun aku tahu jika tidak ada cara lain selain mencari tahunya sendiri. Bertanya pada Darren akan membuat hubungan kami semakin memburuk, bahkan masalah kemarin membuat Darren tidak kembali ke kamar hingga sekarang.
Mencoba mengabaikan itu, aku menjelajahi setiap rak buku, membaca dengan teliti setiap judul yang tertulis pada covernya, mengambil kursi dan meja kemudian menumpuknya agar bisa mencapai hingga bagian teratas rak buku. Sejenak aku menyempatkan diri untuk meminta pada pelayan agar membawakanku minuman. Aku yakin akan menghabiskan waktu seharian, atau mungkin lebih untuk mencari buku itu. Menelusuri perpustakan luas berlantai dua seperti ini tentu saja tidak mudah, namun jika pada akhirnya aku bisa mendapatkan informasi, itu akan ku lakukan.
Menyesap lemonade yang baru saja di bawakan oleh pelayan, aku menatap tanpa minat ke arah kue tiramisu yang berada di atas loyang. Melihat kue itu membuatku mengingat tentang mom yang selalu menyediakannya ketika kedatangan tamu, atau membuatnya dan menaruhnya di kulkas sebagai pencuci mulut pada saat makan malam. Aku merindukan mom dan dad.
Menundukkan kepala, aku mengingat kembali rasa soup cream yang selalu mom buat ketika makan siang dan malam, mengingat dad dan pertanyaan menyelidiknya ketika aku telat pulang karena lupa waktu ketika bersama Regan dan Lily atau bagaimana ketika dad terpaksa meminum susu vanilla sebagai hukuman karena mengambil jatah omletteku. Semua kenangan itu benar-benar hampir ku lupakan semenjak berada di Pack Utama. Lily benar, kebanyakan yang menjadi orang penting di Pack hampir tidak pernah mengingat kata pulang.
Aku mengusap wajahku dengan gusar, merasakan dorongan untuk keluar dari Pack Utama dan kembali ke rumah memeluk mom dan dad. Ini benar-benar semakin mengacaukan pikiranku. Menghela nafas, aku memutuskan untuk bangkit dan kembali menelusuri setiap rak buku.
****
Mataku terasa berat, jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Untung saja aku sempat menyantap makan malam karena pelayan yang sama seperti tadi siang membawakanku makan malam di perpustakan ketika menyadari aku akan menghabiskan hari di perpustakaan. Menguap ketika merasa kantuk menyerang, aku kembali mengingat ketika Nicholas sempat mengintipku dari balik pintu tadi sore. Tidak perlu berpikir keras untuk menyadari jika Darrenlah yang memerintahkan dia untuk melihat keadaanku. Sekarang pun ia pasti sedang bertanya-tanya apa yang aku lakukan. Otaknya bisa menebak secepat kilat jika apa yang ku lakukan berkaitan dengan kenyataan semalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bound By The Alpha
Werewolf(UNDER REVISION - Ditulis sebelum mengetahui banyak tentang tata bahasa dan cara menulis yang benar) **** "We can't fight the destiny." - Alicia Thompson **** Alice tidak suka di kekang, ia adalah gadis yang memiliki jiwa bebas. Sebab itulah ia ti...