"Mama!"
Aku tersadar dari lamunanku kemudian kembali menunduk untuk menatap gadis kecil bergaun biru yang masih setia memeluk kakiku. Ia baru saja berteriak dengan suara kecilnya yang tak seberapa dengan wajah memerah karena kesal, mungkin karena ku abaikan beberapa saat.
"Mama—" ia kembali bergumam lirih, mengulurkan tangannya ke atas seakan-akan meminta padaku untuk di gendong.
Jujur, aku ingin sekali menggendongnya saat ini, membuai gadis kecil ini dalam pelukan ku agar tertidur, menatap mata emasnya yang sayu menutup secara perlahan, lalu menyanyikan lagu lullaby yang dapat membuatnya mendapatkan mimpi indah. Tapi aku mempunyai kabar buruk, jika sebenarnya aku sama sekali tidak pernah menggendong satu bayipun di pelukanku.
Jadi, dengan canggung aku mengulurkan tanganku ke bawah, mengangkat tubuhnya untuk berada pada gendonganku lalu membuainya dalam ayunan pelan. Aku tahu gerakan tanganku masih terasa kaku, namun aku mencoba membiasakannya dengan melemaskan otot ku agar lebih rileks.
'Cantik sekali, kira-kira siapa ibunya?' Liz berucap dengan nada yang lebih lembut dari biasanya.
'Aku tidak tahu, tapi ku rasa kita akan menjaganya sementara hingga ibunya datang menemukannya' balasku.
Ku perhatikan dengan lekat ketika bola mata indahnya itu berkedip, diikuti dengan bulu mata lentiknya yang ikut bergerak dengan lentur. Rambut pirangnya terlihat sangat pas dengan mata itu, ia bahkan terlihat seperti putri kerajaan yang biasa muncul dalam cerita dongeng.
'Warna matanya sangat indah' Liz memuji dengan tulus.
Aku mengangguk, lalu memajukan wajahku untuk mengecup kedua mata tersebut, membuat gadis kecil ini tertawa dengan jemari kecilnya yang memilin rambutku.
'Menurutmu, apakah anak kita akan secantik ini juga? Jika aku melihat Darren, ku rasa akan sangat cantik'
Ucapan Liz membuatku membelalak dan hampir tersedak oleh ludahku sendiri. Bagaimana bisa ia berpikiran seperti itu?Tanpa sadar aku ikut memandang gadis kecil di gendonganku saat ini dengan pandangan penuh harap. Benarkah anak kami akan secantik ini? Apakah nanti seorang gadis atau lelaki? Apakah anak kami nanti akan mewarisi warna mataku atau warna mata Darren yang begitu cantik? Memikirkan itu membuat relung hatiku menghangat.
'Aku sudah yakin kau akan memikirkannya' Liz berucap penuh kemenangan, sedikit menyelipkan nada mengejek.
Aku mendengus dan tidak ingin mengatakan apa-apa, karena aku tahu pada akhirnya aku akan kalah jika di hadapkan dengan serigala betina itu.
Tenggelam dalam kata penuh ejekan Liz, aku sedikit berjengkit ketika sebuah tangan melingkari pinggangku dengan erat, hingga aroma manis itu menusuk hidungku dan sedikit menenangkanku.
Aku mencoba menenangkan gadis kecil di gendonganku yang sebelumnya ikut terkejut dan terbangun dari tidur singkatnya karena pergerakanku. Namun tak lama kemudian ia kembali memejamkan mata emas indahnya dan mengeluarkan suara dengkuran halus."Kau membuatku kaget" bisikku, menatap gadis kecil yang kini tertidur dalam gendonganku. Ku perkirakan umurnya setahun lebih, terlihat dari gerakan mulutnya yang kaku ketika mengucapkan kata mama, juga sikapnya yang belum bisa membedakan yang mana ibunya yang sebenarnya.
"Maafkan aku" Darren ikut berbisik di telingaku, lalu mengeratkan pelukannya di pinggangku.
"Kau tahu siapa ibu gadis kecil ini? Sepertinya ia terlalu kebingungan mencari ibunya, hingga salah mengira jika aku adalah ibunya" aku berucap sambil sedikit mengayunkan lenganku, membuainya ke dalam tidur yang semakin lelap.
"Kakak perempuanku, sepertinya dia sedang dalam keadaan panik sekarang" Darren berucap sambil terkekeh kecil.
Mendengar kekehannya membuatku ikut tertawa kecil. "Bukankah gadis kecil ini sangat cantik?" aku berucap dengan lembut, mengecup singkat pipi putihnya yang terlihat kemerahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bound By The Alpha
Werewolf(UNDER REVISION - Ditulis sebelum mengetahui banyak tentang tata bahasa dan cara menulis yang benar) **** "We can't fight the destiny." - Alicia Thompson **** Alice tidak suka di kekang, ia adalah gadis yang memiliki jiwa bebas. Sebab itulah ia ti...