(22) Mencari Jalan Keluar

5.7K 421 21
                                    

Aku menghabiskan waktuku dengan memandangi Hutan Sanctum dari balik dinding kaca yang menghalangi. Tidak ada udara segar yang bisa ku hirup, tidak ada terpaan angin yang menyejukan, tidak ada bunga yang bisa ku sentuh untuk meringankan rasa bosan yang kurasakan. Semuanya hanya bisa ku lihat dari balik kaca, mencoba membayangkan bagaimana rasanya berada di luar dan berlari dengan bebas, bahkan mendapatkan izin untuk berdiri di sini sekarang saja begitu sulit.

"Jangan menatap ke luar dengan tatapan seperti itu, kau belum bisa mengetahui apa yang di pikirkan oleh Darren jika dia melihatmu" Kinan menyahut di sampingku, ikut menatap ke depan seakan-akan mengetahui apa yang ku pikirkan.

"Aku hanya membayangkan" sahutku cepat, merasa sedikit kesal.

"Ya, siapa yang tahu jika kau sekarang sedang membayangkan untuk mengendap-endap melewati pintu belakang dan berlari menuju Hutan Sanctum?" Kinan berucap sarkastik.

"Ya, ide yang bagus" ucapku tidak peduli, namun dalam hati memikirkannya matang-matang.

Kinan menatapku dengan kesal, namun tidak berkata apa-apa. Senang sekali rasanya berhasil membuatnya bungkam setelah menghadapi banyak perdebatan dan berakhir dengan kekalahan.

"Jangan kau berani melakukannya. Vampire itu mungkin masih berkeliaran sekarang. Darren memang sudah meningkatkan penjagaan dan melakukan pemburuan ke seluruh wilayah, but, who's know?"

"Aku tahu"

Ya, aku tahu. Aku telah melakukan analisa selama beberapa hari dan menghabiskan banyak waktu di perpustakaan. Banyak informasi baru yang ku dapatkan, walaupun banyak juga waktu yang harus terbuang. Aku telah mengerti apa maksud yang di ucapkan oleh Kinan waktu itu, tapi aku masih tidak bisa mencernanya dengan benar. Terlalu rumit, tetapi aku telah mencapai titik terangnya. Dan aku butuh penjelasan lebih tentang ini semua.

"Menurutmu, apa dia memang benar-benar vampire?" tanyaku, ragu.

Tubuh Kinan menegang, dia menatapku cemas dari sudut matanya. Sungguh mencurigakan.
"Kenapa kau bertanya seperti itu? Kau telah melihat sendiri warna matanya dan menjelaskannya pada kami, apa ada yang tidak kau ceritakan?" suara Kinan terdengar tajam, tapi aku telah menyesuaikan diri dengan baik.

"Apa perlu kau berpikir seperti itu?" aku berucap dengan nada biasa, tidak terpengaruh. "Ini hanya pikiran yang tiba-tiba terlintas, kau tidak perlu khawatir jika ada yang ku sembunyikan"

Aku berusaha tersenyum, namun Kinan tidak berniat membalasnya.

"Kau tahu Kinan" aku tersenyum, mengingat-ingat kembali sedikit penjelasan dari buku yang ku baca. "Di luar ternyata banyak sekali makhluk-makhluk yang awalnya tidak pernah ku percayai keberadaannya. Aku penasaran bagaimana penampilan mereka, oh, atau bagaimana jika salah satu dari makhluk yang berbeda itu berpasangan."

Kinan terdiam beberapa detik, seperti memilih kata-kata yang akan di ucapkannya, sebelum menjawab dengan tenang, "makhluk yang berbeda namun memaksakan diri untuk berpasangan itu menyimpang dari takdir. Melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan kodratnya akan membawa bencana pada dunia. Dan menyimpangi sesuatu yang sudah di takdirkan kepadamu itu membawa murka".

Ketenangannya sungguh tidak terduga, aku benci ketika mengetahui jika ia sudah berhasil meraih kembali pengendalian dirinya. Ucapannya sungguh mengena, dia sedang mencelaku secara tidak langsung sekarang. Apa aku benar-benar sudah menyimpangi sesuatu yang telah ditakdirkan padaku? Apa menolak di miliki oleh Darren akan membuatku seperti itu?

Sesuatu seakan-akan telah memukul jantungku dengan puluhan palu godam. Aku memang telah menyimpang dari takdir.

Kinan meninggalkanku tanpa kata setelahnya, namun sebagai gantinya ada sekitar lima warrior yang mengawasiku dari balik bayang-bayang. Perasaanku sedikit membaik, karena tahu jika mereka tidak berniat untuk membuatku merasa tidak nyaman dengan cara mengikutiku secara terang-terangan.

Bound By The Alpha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang