Aku menarik nafas sejenak, kemudian menghembuskannya dengan perlahan. Di pojok ruangan, Kinan menatapku dengan datar, menyesap tehnya dengan nikmat lalu menaruh cangkirnya di atas meja tanpa bersuara.
"Aku rasa aku akan baik-baik saja sendirian" ucapku, mencoba membuat kalimat pengusiran dengan halus.
Kinan tidak memberikan tanggapan yang begitu berarti, tatapannya sama datarnya seperti yang lalu-lalu. "Benarkah? Yang ku tahu kemarin aku meninggalkanmu sendirian, dan berakhir dengan kemarahan Darren ke seluruh isi Pack"
"Aku yakin kau telah mendengar alasanku mengapa tiba-tiba menghilang" ucapku tersinggung.
"Ya, tentu saja dengan membawa masalah baru" ucapnya sambil menatapku dengan tatapan penuh arti. "Hebat sekali"
Sekuat tenaga aku menahan diriku untuk tidak bangkit, mengepalkan tangan dengan erat hingga urat nadi tanganku menyembul dari balik kulit. Ini tidak baik, harusnya aku tidak terpengaruh dengan pancingan Kinan yang selalu saja tepat sasaran itu.
"Asal kau tahu, aku bahkan tidak mengerti apa masalah yang telah ku perbuat. Jika saja Darren, kalian semua, memberitahuku dan tidak perlu menyembunyikannya, mungkin aku bisa menyelesaikannya sendiri"
"Untuk membuat masalah yang lain?"
"Tentu saja tidak!" aku menggeram, membiarkan tanganku terkulai lemas di atas buku terbuka yang berada di atas pangkuanku. "Aku ingin membantu, namun kalian tidak mengerti" bisikku lirih.
Kinan tidak menanggapi, namun sinar matanya melunak.
"Setidaknya aku harus mengetahui sesuatu, mengapa vampire itu begitu menginginkanku. Mengurungku seperti ini membuatku terlihat bodoh, tidak bisa melakukan apa-apa untuk membantu. Aku tidak ingin berdiam diri, aku juga ingin melakukan yang terbaik untuk Pack ini" jemariku kembali mengepal, membawa tekanan emosi yang tidak ku mengerti.
Liz bahkan tidak mengatakan apa-apa sejak semalam. Setelah melihat kemarahan Darren yang begitu nyata, ia mengurungkan niatnya untuk memberitahuku apa yang terjadi. Aku tidak mengerti, apa gunanya mereka menyembunyikan ini dariku? Jika hanya untuk keselamatanku, mereka tidak perlu melakukannya hingga sejauh ini, aku bisa melindungi diri sendiri dengan lebih baik.
"Aku mengerti" ucap Kinan dengan tatapan yang tidak bisa ku artikan. Aku menatapnya tidak percaya, lalu memalingkan wajah. "Namun ada sesuatu yang harus ku pertanyakan padamu"
Dengan cepat aku kembali menoleh, menatapnya dengan bingung.
"Di depanmu, terhampar ribuan bunga. Kau di beri pilihan hanya untuk memilih satu di antara bunga itu. Yang mana yang kau pilih?"
Masih dengan kebingungan aku menjawab, "tentu saja yang terbaik"
Kinan terlihat seperti menahan senyum. "Lalu, apakah menurutmu bunga yang terbaik itu bisa kau miliki sendiri?"
"Siapa yang tercepat pasti bisa mendapatkan yang terbaik, itu berarti sebelum bunga itu di miliki oleh orang lain, aku harus menjadikannya milikku terlebih dahulu"
"Di sanalah posisi mu Alice, jika kau memiliki analisis yang baik, kau pasti bisa mengetahui permasalahan yang terjadi sekarang" Kinan tersenyum penuh arti, lalu kembali menyesap tehnya.
Aku mengerutkan kening, mencoba mengulang kembali percakapan kami di pikiranku dan menemukan apa yang tersembunyi di dalamnya. Apa kaitannya bunga dengan diriku?
****
Melewati hari tanpa kalimat mengeluh dari Liz membuat keadaan menjadi sunyi. Liz tidak lagi mengomentari apa yang ku lakukan, bahkan tidak mengeluh tentang situasinya yang ingin sekali berganti shift. Walaupun perasaan yang menekan itu masih ku rasakan, namun Liz menahannya dan memutuskan untuk mengambil sendiri perasaan itu. Aku tidak bisa memprotes, karena Liz bahkan tidak mengatakan apa-apa sejak tadi. Aku menghabiskan waktu dengan membaca buku, menghabiskan beberapa kue yang di buatkan pelayan, merenung, bahkan tertidur hingga sore hari.
Kebanyakan waktu merenung aku gunakan untuk memikirkan percakapanku dengan Kinan sebelumnya. Ia tidak kembali lagi ke kamar setelah menghabiskan secangkir teh paginya, tentu saja aku tidak berhak untuk berpikir yang tidak-tidak jika mengingat Daisy juga membutuhkannya.
Sambil mengeringkan rambut, aku kembali merenung di depan kaca kamar mandi. Bertanya-tanya apa sebenarnya yang di inginkan oleh vampire itu dariku. Jika membayangkan aku adalah bunga, yang di maksud dengan Kinan, apa itu artinya aku memang sepenuhnya belum di miliki oleh Darren?
Pikiran itu membuatku tersentak. Aku memang belum sepenuhnya di miliki oleh Darren, bahkan aku menolak ketika hampir di tandai olehnya. Tapi bukankah aku adalah pasangan jiwanya? Kami telah terikat oleh takdir, kami memang di takdirkan untuk bersama, aku bisa di tandai olehnya kapan saja untuk menyempurnakan takdir kami. Lalu apa maksudnya yang menyamakan ku dengan bunga, dengan beberapa kemungkinan bahwa aku bisa di miliki oleh orang lain?
Kembali aku tersentak oleh pemikiran itu. Mungkin Kinan mempunyai maksud lain dengan perumpamaan itu, aku mungkin perlu mengartikan sesuatu yang ada di ucapannya, lalu apakah itu?
Aku kembali terlonjak oleh bunyi gebrakan keras dari pintu, sedetik sebelum pintu kamar mandi terhempas terbuka dengan paksa. Darren muncul di balik pintu, memandang panik ke sekitar kamar mandi yang luas, sebelum akhirnya menghela nafas ketika mendapatiku menatapnya bingung di depan kaca. Sebelum aku mengerti dengan apa yang terjadi, Darren telah meraihku ke dalam pelukannya, mencium keningku sambil menghela nafas lega.
"Apa terjadi sesuatu?" aku bertanya bingung sambil membalas pelukannya.Darren menggeleng, mencium puncak kepalaku lalu meletakkan kepalanya di bahuku. Aku bisa merasakan kecupan kecilnya di leherku.
"Lalu mengapa kau terlihat—" aku sengaja memenggal ucapanku, tahu bahwa Darren pasti mengerti. Mungkin aku memang terlalu banyak melamun, aku bahkan tidak mendengar ketukan Darren di pintu.
"Aku merindukanmu" jawabnya, semakin mengeratkan pelukan.
Aku juga merindukan Darren, tapi tidak mungkin saking merindukanku ia harus mendobrak pintu kamar mandi yang terkunci, merusak pintu tersebut hingga terlepas dari engselnya.
Seakan bisa membaca pikiranku, Darren berucap, "aku takut ketika memasuki kamar dan tidak melihatmu. Aku takut kau akan menghilang seperti kemarin, aku takut harus menahan diri setelah tidak melihatmu seharian dan tidak bisa memelukmu"
Suara Darren terdengar bergetar. Aku tidak tahu harus berkata apa dan lebih memilih memeluknya semakin erat.
"Maafkan aku" lirihku, merasa bersalah.
"Kau tidak membuat kesalahan sama sekali"
"Aku membuat kesalahan, harusnya aku mengerti perasaanmu."
"Tidak apa-apa" Darren menjawab singkat, lalu melerai pelukan kami.
Dia menatapku dengan senyumnya yang menawan lalu menyatukan keningnya dengan milikku. Aku menghirup aromanya yang selalu berhasil menenangkanku, berusaha mengisi rongga di hatiku yang sebelumnya kosong.Dalam keheningan, aku membiarkan Darren memagut bibirku dengan lembut, meresapi kehangatan yang di berikannya pada tubuhku. Aku melupakan semua masalah yang sebelumnya memberatkan pikiranku, melupakan bahwa sebelumnya kami berada di posisi yang menegangkan, aku membiarkan suasana magis mengelilingi kami seperti pusaran angin.
Ketika Darren membawa tubuhku ke dalam pelukannya, membawa kami hingga terbaring di atas kasur. Ia menciumku dengan lembut dan penuh perasaan, tidak melakukan sesuatu yang lebih dari itu. Memikirkan itu membuatku sejenak meragu. Apa sebenarnya yang menahanku untuk membiarkan Darren menandaiku? Darimanakah perasaan tidak siap yang selalu kurasakan hingga menolak di tandai oleh Darren?
****
AN
Pendek banget ya? Maap, emang lagi bingung sekarang kalo mo nulis part yg panjang. Masalahnya menurut saya part ini bagusnya cuma segini aja, jangan panjang2 dulu, ntar banyak yg kebongkar lagi titik temunya 😅
Saya ingin cerita saya alurnya tidak mudah di tebak, dengan tema yang sama namun berbeda di saat yang bersamaan, jadi kalo kalian lihat ada yg berbeda banget/ini kode loh/ mohon di mengerti.
Heheh, sekian
Salam
Suci-Chan 💞
KAMU SEDANG MEMBACA
Bound By The Alpha
Werewolf(UNDER REVISION - Ditulis sebelum mengetahui banyak tentang tata bahasa dan cara menulis yang benar) **** "We can't fight the destiny." - Alicia Thompson **** Alice tidak suka di kekang, ia adalah gadis yang memiliki jiwa bebas. Sebab itulah ia ti...